Monday, June 28, 2010

Wanita tangguh

 Menikah sesuai adat-istiadat Batak

Ayah saya memiliki seorang adik perempuan yg cantik jelita, merupakan kembang desa di zamannya. Adat-istiadat yg masih kental di zaman itu, memaksa tante saya harus menikah dengan lelaki pilihan keluarganya. Dilihat dari fisik calon mempelai prianya tidak ada yg kurang satu pun, tubuhnya tinggi dan berisi, rambut sedikit ikal dan katanya seorang lelaki pekerja keras yg sangat bertanggungjawab buat keluarganya. Kriteria ini menjadikan dia terpilih menjadi mempelai pria buat tante saya. Walaupun berasal dari keluarga biasa saja. Alias tak ada harta yg patut dijadikan pertimbangan, sesepuh keluarga besar ayah saya, setuju menerima pinangan pria tersebut. Singkat cerita mereka akhirnya menikah secara agama dan adat Batak.

KDRT : Kekerasan dalam rumah tangga

Setelah 4 tahun menikah, tante saya sedang hamil anak ke-3, tiba-tiba ada kabar yg memberitahukan ke ayah saya bahwa tante saya sedang di rawat di rumah sakit karena keguguran anak ke-3. Tentu tanpa berprasangka buruk sedikitpun, ayah saya berpikir mungkin tante saya terlalu lelah atau kurang hati-hati dengan kandungannya sehingga keguguran. Ibu dan ayah saya serta sanak keluarga yg lainnya bergantian menjenguk tante saya di rumah sakit sampai beliau mulai baikan dan diizinkan oleh dokter untuk pulang ke rumahnya.

Aneh sekali ketika waktunya tiba untuk kembali ke rumah, tiba-tiba tante saya menangis tidak bersedia pulang ke rumahnya karena takut dan trauma menghadapi suaminya. Kontan ayah saya kaget setengah modar ketika tante saya bercerita bahwa dia keguguran karena ditendang sama suaminya, sehingga dia terpeleset jatuh dan mengakibatkan pendarahan, dilarikan ke rumah sakit tapi kandungannya tak tertolong lagi,sehingga keguguran. Ayah saya mencoba menyelidiki apa pasalnya sampai terjadi hal tersebut, katanya suaminya cemburu dan marah-marah karena tante saya mau berangkat belanja memakai pemulas bibir alias lipstik. Dia marah sambil menendang istrinya. Tante saya bilang memang sejak mereka menikah tante saya tak pernah diizinkan berdandan, apalagi pakai lipstik. Kayaknya suaminya posesif.



Tapi ketika sepupu tante saya  datang dari Medan dan kebetulan menghibahkan sebuah lipstik buat tante saya, kelihatannya tante saya begitu inginnya memakai lipstik tersebut. Tante saya berniat memakai lipstik tersebut ketika nanti suaminya sudah berangkat kerja  ke perkebunan. Setelah suaminya berangkat kerja, tante saya siap-siap mau pergi berbelanja ke pasar dan sebelum pergi tante saya memakai lipstik hasil hibah dari sepupunya tsb. Ternyata sebelum tante saya jalan ke pasar, suaminya balik lagi karena ada yg ketinggalan, dan dia melihat tante saya pakai lipstik, wooo dia langsung menuduh tante saya memakai uang belanja yg diberikan suaminya untuk berfoya-ria. Tanpa bertanya dulu dari mana asal  lipstik tersebut atau tanpa mendengar penjelasan tante saya, suaminya marah-marah dan langsung menendang tante saya yg sedang hamil 3 bulan. Sebenarnya sejak awal pernikahan tante saya, dia sudah sering menerima perlakuan kasar suaminya secara verbal. Tapi karena malu dan juga tak ingin keburukan suaminya diketahui pihak keluarga maka tante saya selalu berusaha bersabar dan menutupi tabiat suaminya. Puncaknya ketika keguguran kandungannya yg ke-3 ini, membuat tante saya tak mau lagi bersatu dengan suaminya. Tentu saja ayah saya panik luar biasa, karena belum ada satu pun dari silsilah keluarga ayah saya yg bercerai. Dan menurut keyakinan kami pun “ Apa pun yg sudah dipersatukan oleh Tuhan tak bisa dipisahkan oleh manusia kecuali oleh maut” Nach lho gimana nie?

Adat dan agama yg menjerat

Ayah saya secara mendadak mengumpulkan semua sesepuh adat dan juga keluarga besar kami untuk merundingkan masalah yg pelik ini. Untuk sementara tante saya harus tinggal di rumah kami sampai ada keputusan yg jelas terhadap kasus tante saya. Setelah semua sesepuh dan tetua adat berkumpul dan mencoba mengklarifikasi masalah ini kepada suami tante saya, akhirnya dia mengaku khilaf dan tak sengaja melakukan hal tersebut. Suami tante saya minta maaf dan berjanji di depan seluruh keluarga besar dan tetua adat bahwa dia tak akan mengulangi lagi kejadian yg sama.

Walaupun tante saya bersikeras tak mau pulang tapi ketika seluruh keluarga besar dan tetua adat memutuskan untuk bersatu lagi, maka tante saya tak punya pilihan lain, dia harus bersedia kembali lagi ke suaminya, demi anak-anaknya, demi keluarga besarnya, demi adat yg dijunjung tinggi oleh masyarakat Batak, demi agama yg dianutnya. Tante saya harus terjebak dengan semua aturan agama dan kungkungan adat yg tak bisa ditembusnya. Pernikahan yg menyedihkan di mata saya. Saya melihat raut muka tante saya yg terlihat lebih tua dari usianya, saya melihat lututnya gemetar ketika harus pulang kembali ke rumah suaminya. Saya melihat dia menangis terisak-isak di kamar saya, menahan galau yg hebat di hatinya. Tante saya seperti berjalan menuju penjagalan kerbau. Pemandangan yg memilukan ini membuat saya membenci suami tante saya. Wajah kembang desa yg cantik jelita itu kini layu tak berseri lagi dibantai oleh kalimat-kalimat kasar yg diluncurkan suaminya bak pisau silet yg menyayat hati tante saya. Tante saya yg cantik, lembut dan penuh kasih kini berubah seperti zombie di mata saya.

Setelah perdamaian singkat tersebut, keluarga berharap ada perubahan pada suami tante saya. Tapi janji-janji tinggal janji, hanya sehari saja dia berubah baik, selebihnya suaminya kembali ke habit yg sama kasar dan menjengkelkan.  Saya tahu bahwa suami tante saya tak pernah berubah, karena tante saya diam-diam sering curhat ke ibu saya sambil menangis terisak-isak. Dan ibu saya sering memberikan uang buat bantu-bantu kehidupan dia sehari-hari, karena kalau sampai uang belanja yg sudah diberikan kurang, niscaya suami tante saya bisa marah-marah histeris menuduh tante saya tak becus mengurus keuangan keluarga. Suaminya bener-bener pelit dan kikir banget. Kalau ada acara keluarga pun, kalau diminta patungan, maka seribu alasan dikemukakannya supaya tak perlu menyumbang. Anehnya meskipun pelit dan kikir tapi koq nga kaya raya. Capek dech!

Tahun demi tahun berlalu, anak-anaknya sudah menjadi besar, ada yg harus kuliah di IKIP-Medan, ada yg sedang sekolah  SMA, ada yg di  SMK dan anaknya yg paling tua cukup menamatkan SMA dan sekarang ikut suami tante saya berkebun sawit di perkebunan mereka. Kehidupan tante saya tak pernah berubah, dia hanya mencoba menjalani hidupnya dengan tabah sambil membesarkan anak-anaknya penuh cinta. Perlakuan suaminya yg kasar dan tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba marah kayak angin puting beliung sudah menjadi menu sehari-hari tante saya. Tante saya sudah pasrah menerima nasibnya. Dan anak-anaknya bisa melihat betapa ibunya tertekan akibat perlakuan ayahnya yg kasar. Dan melihat drama keluarga yg menyedihkan ini, membuat anak-anaknya berusaha membahagiakan ibunya dengan jalan patuh dan menuruti semua keinginan ayahnya, karena kalau sampai anak-anaknya membantah ayahnya, maka yg mendapat perlakuan kasar adalah ibunya, dituduh tak becus mengurus anak dan keluarga. Itu sebabnya anak-anaknya tumbuh menjadi lelaki dan wanita penurut demi menyelamatkan ibunya. Sungguh drama hidup yg memilukan di mata saya.

Badai pun pasti berlalu

Singkat cerita, anak perempuan tertuanya lulus dari IKIP Medan dan ditempatkan sebagai guru di Pontianak. Anak perempuan yg ke-4 diterima di salah satu universitas negeri di Kendari, anak laki-lakinya yg lain lulus dari sekolah perawat dan katanya melamar jadi perawat di Australia dan sekarang sudah bekerja di luar negeri. Tentu saja hal ini membuat tante saya sangat bahagia. Setidaknya dia sudah membesarkan semua anak-anaknya dengan benar dan baik walaupun tahun-tahun yg panjang penuh derita yg dialaminya sepanjang perkawinan, seolah lunas terbayar melihat anak-anaknya sudah besar, sudah bekerja dan punya penghasilan sendiri. Apalagi yg diharapkan seorang ibu sejati selain kemandirian dan kesuksesan putra-putrinya. Semua airmata duka itu seolah tak berarti apa-apa dibandingkan dengan apa yg ada di depan matanya saat ini.

Kini semua sepupu saya sudah bekerja, dan sebagian sudah menikah dan punya anak yg lucu-lucu. Tante saya sudah mulai menghela nafas lega. Ditengah kebahagiaan tante saya, tiba-tiba terdengar kabar bahwa suaminya tabrakan dan meninggal dunia di tempat katanya. Seluruh keluarga besar saya berkumpul semuanya menuju rumah tante saya. Banyak tetangga yg sudah melayat di sana. Seperti kebiasaan adat Batak, maka sebelum dikebumikan maka seluruh harta maupun hutang piutang orang yg meninggal dunia akan dibacakan, dan bila ada saudara atau tetangga atau siapa saja yg merasa uangnya dipinjam atau belum dikembalikan almarhum, maka mohon memberitahukan keluarga besarnya agar bisa diselesaikan sebelum penguburannya. Alih-alih mendengar laporan hutang ternyata ketika dicek dengan teliti ternyata suami tante saya meninggalkan perkebunan yg cukup luas dan juga uang tunai di bank dalam jumlah yg cukup fantastis masa itu dikampung saya. Hampir ratusan juta rupiah belum termasuk seluruh kebun sawit. Tiba-tiba saja tante saya menjadi janda kaya dadakan. Suaminya yg super kikir itu hidup hemat dan berusaha menyimpan setiap sen jerih payahnya, tapi tak satu sen pun dinikmatinya, sebelum sempat dia menikmati jerih payahnya keburu mati naas ketabrak truk yg lagi ngantuk. Kini tante saya yg siap-siap menikmati pensiun dari suaminya yg mati dadakan. Memang orang sabar kayak tante saya pasti disayang Tuhan hehehe.

Kini hidup tante saya sudah bebas dan tenang, memiliki putra-putri yg selalu setia mendampinginya. Melimpahkan tante saya kasih-sayang dan cinta yg luar biasa, karena putra-putrinya melihat penderitaan ibunya yg tiada taranya. Doa panjang ibunya membuat anak-anaknya berhasil. Kini tante saya hanya ongkang-ongkang kaki menunggu kunjungan para cucunya. Kadang-kadang dia berlibur sebulan atau dua bulan di Pontianak, di Medan atau di Australia di tempat anak-anaknya berada. Perjalanan panjang yg berliku-liku sudah dilalui wanita tangguh ini. Kadang kala memang tante saya berteriak putus asa, tapi demi anak-anak yg dikasihinya dia bertahan terhadap semua penderitaan itu. Dan kini wanita tangguh ini sudah melewati batu ujian terberat dalam hidupnya. Kini tante saya hanya menikmati buah dari cinta dan kesabarannya. Memang Tuhan tak pernah tidur. Tuhan akan melimpahkan madu dan susu bagi orang yg setia dan sabar pada pencobaan. Saya menyebut tante saya wanita tangguh. Karena kalau saya yg diperhadapkan dalam masalah tersebut, saya mungkin sudah menyerah, saya mungkin memilih bercerai, walaupun keyakinan saya melarang bercerai tapi bagi saya, hidup sangat singkat dan saya takkan sudi mensia-siakan hidup saya buat lelaki kikir dan kasar dan menjengkelkan.  Hidup memang penuh liku-liku/Ada duka ada suka/Semua orang pasti pernah merasakannya/ Itu kata Camelia Malik tinggal bagaimana kita menghadapi setiap persoalan dengan bijak. Dan tante saya si wanita tangguh ini sudah melalui hidupnya dengan bijak lestari.

Moral dari kisah ini adalah :

1) Di masa lalu wanita tak punya pilihan dalam hidupnya, semua diatur oleh adat-istiadat, keluarga, dan agama. Perceraian di masa lalu adalah sebuah aib yg memalukan bagi keluarga besar. Meskipun tak bahagia dan menderita, para istrinya biasanya bertahan dan terkungkung dalam penderitaan yg memilukan. Tingkat perceraian sedikit bukan karena hidup perkawinan mereka bahagia tapi semata-mata terjebak dalam aturan adat-istiadat,keluarga dan agama. Dan wanita pun tak memiliki kemampuan finansial untuk menghidupi dirinya. Cara satu-satunya bertahan  hidup adalah sabar dalam penderitaan sambil menunggu mukjizat datang.

2) Buah dari kesabaran adalah kebahagiaan. Meskipun terlihat terlambat tapi segala sesuatunya memang akan indah pada waktuNYA.

3) Wanita masa kini tak akan bersedia terjebak dalam aturan adat-istiadat, keluarga dan agama serta omong kosong tentang pernikahan yg seperti ini. Kemandirian finansial membuat para wanita masa kini tak bersedia dipecundangi lelaki brengsek,kasar dan menyebalkan seperti suami tante saya. Sebelum KDRT pun kalau suaminya tak bisa memberikan kebahagiaan yg wanita idamkan, maka alamat akan segera berakhir di meja hijau pengadilan agama. CERAI. We have so many choices in life!

nuchan@28062010
copyright

No comments:

Post a Comment