Tuesday, August 26, 2014

New Things & New Hope 2014



You see everyday is a day you can start something new. There are always new things happening all around us. New Hope. New Lives. New Love. New Missions...

Hampir tujuh bulan lebih rumah saya sudah stop, tidak dikontrakkan lagi sejak Januari 2014... Tujuannya cuma satu : Saya ingin renovasi total rumah tersebut. Jadi jauh sebelum ketemu arsitek yg akan mendesain rumah dan juga tukang yg akan merenovasi rumah ini, saya sudah mengosongkan rumah saya ini. Saya khawatir kalau terus dikontrakkan saya akan malas merencanakan renovasinya.

Resminya bulan Januari rumah tsb kosong dan yg menyewa rumah itu pindah ke rumah tetangga yg sedang dikontrakkan. Setelah rumah kosong justru saya kesulitan mencari tukang bangunan yg cocok. Saya pengen juga sih diborongkan ke pemborong rumah. Teman saya memperkenalkan ke saya salah satu pemborong yg biasa mnegerjakan rumah temannya. Katanya hasil kerjanya bagus dan rapi. Jadilah kami ketemu di rumah beliau di sekitar perumahan Bukit Indah Pratama. Dia memberikan contoh hasil kerjanya adalah rumah pribadinya. Sekilas sih cukup baik hasilnya, namanya juga rumah pribadi.

Lalu saya tanya harganya berapa per meter persegi? Dia lalu menyebutkan harga per meter2.. Saya lalu minta spec yg akan dia tawarkan sesuai dengan harga yg baru saja dia tawarkan...Saya akhirnya minta penawaran harga resmi melalui surat tertulis dan juga metode pembayaran... Takutnya uang terima dia kabur bisa kacau deh...

2 hari kemudian saya terima surat penawaran harga dan spec yg disepakati. Saya baca dengan teliti dan saya coba searching di internet semua harga-harga bahan bangunan yg dia tawarkan dan lalu saya buatkan data perhitungan biaya secara kasar di Excel saya. Hasilnya harga yg ditawarkan TERLALU MAHAL... Dan saya pilih menolak tawaran tersebut.

Semula memang saya terpikir untuk renovasi rumah ini untuk bangunan 2 lantai. Karena luas tanah ini hanya 60m2. Jadi terbilang sempit. Jadi kalau bangunan 2 lantai bisa jadi 100m2. Tapi setelah dikalkulasikan seluruh biaya pembangunannya bisa menjadi sangat mahal. Sama saja membangun 2 lantai dengan beli rumah baru dengan luas 60M2. Kalau begitu mendingan beli tanah baru saja. Ini pun saya batalkan.

Karena saya akhirnya tenggelam dalam kesibukan saya, maka urusan renovasi ini hilang dan terlupakan dari agenda saya. Hampir 7 bulan rumah ini terlantar. Dan saya harus bayar biaya maintenance bulanan. Dan ini bikin saya tak nyaman. Maka saya paksa adik saya mencari tukang bangunan saja. Seluruh desain dan perhitungan biaya akan saya tangani sendiri saja. Saya tak butuh pemborong. Ini bener-bener saya over confidence. Padahal saya buta dengan dunia bangunan. Ampun deh. Saya kasih info ke adik saya bahwa saya hanya ingin bangunan yg super sederhana dan hemat biaya. Maka dia setuju cari tukang bangunan yg dia kenal.
Minggu berikutnya seminggu sebelum Lebaran tahun ini, adik saya bilang, sudah ada tukang yg siap bekerja setelah Lebaran katanya. Dan hasil negosiasi harga katanya cukup masuk di akal. Setelah dia menyebutkan angka harga borong tersebut saya akhirnya merubah rencana saya.

Semula rumah tersebut akan saya bagi 2 bangunan yg dibangun model kopel/dempet. Jadi satu buah bangunan itu menjadi 3 x 10 m2. Tujuannya supaya bisa disewakan menjadi 2 bangunan rumah. Kalau hanya satu buah bangunan saja, maka secara hitung2an bisnis kurang maksimal buat saya. Jadi akan saya bagi 2 saja. Akhirnya adik saya nego lagi.

Belum dimulai renovasi, di tengah jalan saya sudah berubah pikiran lagi. Desain rumah saya rubah lagi. Jadi saya pikir akan lebih bagus kalau satu buah bangunan ini saya buatkan model kamar yg luas dan didesain minimalis. Kamar utama akan menjadi 3 X 4m2 dan kamar mandi di dalam. Tinggi plafon saya minta 4M. Agar sirkulasi udara lancar. Bangunan awal plafon tingginya hanya 2.75M dan itu panas banget kalau tanpa pendingin. Adik saya pusing melihat saya berubah-ubah. Karena kalau borongan itu semuanya harus sudah fix dan tukangnya bisa menghitung waktu kerjanya. Tapi saya keukeuh harus sesuai maunya saya.

Akhirnya setelah Lebaran saya diskusi langsung dengan tukangnya. Dan saya menjelaskan semua yg saya inginkan. Saya tanya menurut dia estimasi biaya yg timbul kira-kira berapa banyak sesuai pengalaman dia. Kayaknya saat dia menyebutkan angkanya saya kaget banget terlalu rendah dan murah dibandingkan saya borongkan semua ke pemborong. Kurang percaya sih. Tapi saya oke aja deh. Kami sepakat untuk lanjut karena yg mengurus semua material adalah saya. Tukang hanya upah membangun saja sampai selesai. Seminggu setelah Lebaran kami mulai.

Nah sejak renovasi dimulai barulah saya merasakan from drama to drama booo... Ternyata setiap hari ada saja rencana saya yg berubah-ubah. Ini baru namanya berjibaku melawan antara batas anggaran dan keinginan untuk mendapatkan yg terbaik. Saya tiap hari berpikir dan memutar otak saya agar hasilnya sesuai yg saya mau dan bisa menekan budget seminim mungkin.

Saya harus browsing2 harga bangunan dan melakukan perbandingan dari segi harga dan kualitas yg saya mau. Mulai dari pakai bata merah atau Hebel putih. Atau menggunakan keramik atau Granite Tile. Mulai dari pakai sanitary serba merk Toto atau American Standard atau merk yg ada di bawahnya. Saya pun harus membandingkan membeli material di Mitra 10 atau di toko bangunan biasa. Ini bener-bener menguras energi saya...

Anda bisa bayangkan hanya untuk membangun kamar mandi saja, saya harus bener2 berpikir bagaimana desainnya, ukuran idealnya berapa, posisi toiletnya arah kemana, wastafel dipasang dimana, pakai pembatas antara toilet dan shower untuk mandi atau tidak, keramik dinding kamar mandi harus kayak apa, lantai gimana, sirkulasi udaranya gimana perlu exhaust atau tidak, pintu kamar mandi yg bagus gimana dan arahnya yg bagus kemana, belum lagi mikirin shower dan merk yg ideal, pemanas air atau heater kamar mandinya, ukuran heater yg pas berapa dan merk apa dan bla bla bla...ini detail dan pernak-pernik yg harus dipirkan ternyata banyak banget... Itu kepala rasanya penuh banget...Ampun deh! Proses yg harus saya lalui bener-bener panjang dan melelahkan. Itu sampai terpikir begini di benak saya, aduh enak kali kalau diserahkan ke ahlinya saja. Saya nga perlu mikir rumit begini...

Belum lagi drama kalau tukangnya tiba-tiba sakit dan saya deg2an khawatir renovasinya mandeg di tengah jalan... OMG, capek banget hahaha...

Tapi di balik semua proses yg melelahkan itu, saya jadi banyak-banyak banget belajar tentang dunia bangunan. Karena saya setiap akhir pekan berjibaku mencari material ke tempat-tempat yg sebelumnya jarang saya kunjungi. Contoh saya baru tahu ada pusat keramik murah di Cikuda Wanaherang Gunung Putri Bogor. Di sana banyak granite tile lokal dengan harga yg sebenarnya cukup kompetitif dibandingkan beli granite di Mitra 10, seperti granite Indogress, Garuda, Valentino Gress, dll. Kalau beli dalam jumlah banyak tentu akan sangat berpengaruh terhadap budget renovasi keseluruhan. Saya juga jadi tahu keunggulan tiap merk granite dan jenis-jenisnya juga sangat banyak Dan bagaimana memilih granite yg baik dan memilih motif yg tepat. Itu saya masih bicara tentang urusan granite ya. Belum bicara tentang pengetahuan sanitary yg merk dan harganya beragam. Kenapa saya harus tetap ngotot pakai Toto dan bukan American Standard.

Belum lagi saya harus belajar tentang dunia perkayuan untuk kusen pintu rumah dan jendela... Mulai dari kayu Jati, Meranti, Kamper, Borneo, dll. Belum termasuk kayu basah atau yg sudah di oven dan anti rayap. Voila panjang deh. Semua ini terkait dengan budget. Belum harus mikir desainnya yg pas buat rumah ukuran kecil. Semua kudu dihitung secara cermat. Hancur minah. Otak diperas semuanya.

Moral dari cerita yg saya ingin sampaikan adalah :

1. Saat anda belum terjun langsung untuk menangani sesuatu, semua kelihatannya kog begitu mudah dan gampang banget. Sehingga sering kali kita tidak menghargai hasil kerja orang lain karena kita pikir segitu doang gampang kog...Coba saja kerjakan sendiri, baru tahu tingkat kesulitannya. Saat itu terjadi baru kita bisa angkat topi buat hasil kerja orang lain hahaha...

2. Awalnya saya kesal karena belum terbiasa dan pakai mumet harus memikirkan detailnya. Tapi setelah semua emosi yg naik turun itu bisa saya lalui, saya baru sadar kalau pengetahuan saya tentang dunia bangunan berkembang sangat pesat dan saya sudah bisa dengan cepat melakukan kalkulasi di otak saya untuk menekan budget, walaupun nga selalu sukses tapi setidaknya saya tidak buta banget tho...

3. Ternyata asyik juga diskusi tentang berbagai hal dengan orang baru dan tentang setiap material yg akan saya beli. Dan saya berjumpa dengan para teknisi berbagai produk yg akan saya beli dan mereka biasanya menjelaskan fitur dan keunggulan tiap produk yg ada dan juga produk pesaingnya. Contoh beda antara sanitary Toto, American Standard, Tidy dan lain-lain. Seru melihat mereka sangat menguasai bidang mereka masing-masing. Saya bener-bener kagum dengan mereka itu.

4. Saya mendapatkan kepuasan tersendiri dengan hasil rancangan saya sendiri dan juga perhitungan biaya saya sendiri. saya bisa menghemat biaya yg luar biasa banget meskipun saya tidak menghitung biaya yg timbul untuk jumlah waktu dan emosi saya yg terbakar karena proses yg rumit ya hahahaha.... dengan biaya yg cukup rendah tapi saya mendapatkan spec material yg saya inginkan. Bayangkan spec yg ditawarkan pemborong hanya keramik Mulia 40 x 40 cm tapi saya bisa dapat pakai granite tile Indogress 60 X 60cm. Secara total anggaran masih rendah tapi spec saya naik. Voila susah-susah gampang sih...

5. Setidaknya tahun ini saya tandai dengan menantang diri saya sendiri untuk mengerjakan hal-hal baru buat saya...

nuchan@082014

new things & new hope