Friday, April 29, 2011

Maafkanlah

Andai semua hal yg aku  ingini tercapai segera,apakah hidup ini masih cukup berharga untuk dijalani? Entahlah!

Terlalu banyak keinginan sering membuat aku frustrasi dan kurang bersyukur kepada Sang Hidup ini. Aku sering terlalu menginginkan sesuatu secara berlebihan. Dan hatiku akan nelongso ketika semua angan dan rancanganku tidak berjalan. Sampai-sampai aku  lupa bersyukur untuk nikmat kesehatan yg sudah Dia berikan. Aku kadang malu sama Dia, tapi tetap melakukan kesalahan yg sama. Tak pernah berhenti menginginkan sesuatu. Selalu ingin ini ingin itu mau ini mau itu...Satu diberi, tapi tak puas. Mau minta yg baru lagi, begitu terus tak berkesudahan...Sampai kapan???

Andai Kau melihatku saat ini, sedih dan nelongso karena terlalu banyak keinginanku yg tak tercapai, maafkanlah. Aku tak bisa meredakan rasa kecewaku, maafkanlah. Aku tak bisa menangis dan berteriak keras karena dadaku sesak dengan segala asa dan impian yg berjubel yg lapar ingin segera terpenuhi., maafkanlah! Inikah yg dinamakan kerakusan manusia?Entahlah!

Maafkan aku kalau mengecewakanMu....

Berikan aku waktu untuk bisa meredam segala keinginan yg tak penting itu...

nuchan@042011
maafkanlah

Tuesday, April 26, 2011

Good,Bad,Who knows?

Kakak kandung saya menelpon saya dengan sangat sumringah dan terdengar sangat bahagia di telpon. Saya bertanya-tanya dalam hati saya,apa gerangan yg membuat dia begitu bahagia? Usut punya usut ternyata dia bertemu kembali alias reuni dengan sahabat masa kecilnya yg selama ini tinggal di Bandung. Sahabat masa kecilnya ini pulang kampung karena sedang membangun bisnis perumahan di kampung saya. Memang benar akhir-akhir ini kampung saya banyak didatangi para investor lokal, karena saat ini penduduk yg sudah relatif modern lebih suka tinggal di perumahan dengan berbagai fasilitas yg lumayan baik dibandingkan dengan rumah-rumah biasa. Keadaan ini merangsang para investor untuk berlomba-lomba membangun perumahan untuk kaum menengah ke atas.

Kakak kandung saya yg memang punya bakat berbisnis sangat tertarik dengan rencana sahabatnya untuk menjadi partner dalam membangun perumahan ini. Mereka pun sepakat untuk bekerjasama dalam membangun perumahan ini. Maka mereka mulai mendirikan kantor pemasaran dan mulai mengincar lokasi yg strategis di kampung saya untuk dijadikan perumahan. Kakak saya yg memiliki latar belakang pendidikan Fakultas Hukum dan lulus dari Fak.Hukum jurusan Pertanahan dan juga lulusan Hukum Agraria dari UI. Dan latar belakang pendidikan ini membuat dia memiliki wawasan yg baik dalam hal pembelian dan pembebasan lahan tanah dari penduduk setempat. 

Selain membantu secara operasional dan secara hukum, kakak saya pun menginvestasikan sejumlah uang untuk membangun perumahan ini. Dan sebagai imbalannya sahabatnya ini menjanjikan akan memberikan sebuah rumah dengan harga tertentu dan sistem bagi hasil yg menurut kakak saya cukup adil. Maka kakak saya pun sangat antusias bekerja dan menginvestasikan uangnya karena nilai imbalannya memang cukup sepadan. Maka kakak saya pun bekerja dengan sangat tekun membantu bisnis perumahan ini.

Berhubung kerjasama ini antara 2 sahabat yg saling percaya, maka kakak saya sejak awal tidak membuat kontrak atau perjanjian mengenai syarat-syarat dan kesepakatan yg jelas di atas kertas bermaterai. Hanya modal saling percaya saya. Saya pun bingung bin aneh ya, koq kakak saya yg lulusan Fak.Hukum itu bisa-bisanya membuat kesepakatan hanya lisan saja. Aneh!

Awal dimulainya bisnis ini semuanya baik-baik dan lancar saja. Semuanya happy-happy saja. Tak sampai satu tahun, bisnis ini pun terlihat sangat lancar dan mulai membuahkan hasil yg sangat sukses. Seiring dengan makin suksesnya dan semakin sibuknya kantor perumahan mereka ini, maka direkrutlah beberapa staff untuk mengelola kantor ini. Berhubung bisnis keluarga maka yg dipakai pun staffnya masih terbilang saudara alias adik kandung sahabat kakak saya ini. Walaupun yg dipakai masih saudara sendiri memang tidak ada masalah sih. Semuanya baik-baik saja.

Setelah berjalan 2 tahun bisnis makin besar dan besar. Maka muncul tambahan staff yg baru lagi, masih dari keluarga sahabat kakak saya ini. Tapi sejak makin besar bisnis ini mulai terlihat bahwa sahabat kakak saya ini berubah sikap. Dia mulai mengendalikan sendiri bisnis ini tanpa melibatkan kakak saya. Semua keputusan dan hal-hal yg terkait pengembangan baru dan uang mereka kelola sendiri di kalangan keluarganya. Sikap ini membuat kakak saya merasa gerah dan tak puas. Maka untuk menghindari konflik sesama sahabat, maka kakak saya secara resmi meminta mundur terartur dan meminta uangnya agar segera dikembalikan saja sesuai dengan perjanjian lisan itu dengan nilai konversi sesuai harga pasar saat ini.

Tapi sayang seribu sayang  karena perjanjian tertulis tak ada sama sekali, maka sahabatnya ini terlihat ogah-ogahan dalam menyelesaikan masalah keuangan ini. Bahkan dia hanya bersedia mengembalikan modal saja ditambah bunga modal selama 2 tahun saja. Hal ini membuat kakak saya tak puas dan tak terima. Maka dia coba nego ulang sebagai sahabat tapi hasilnya nihil. Yg ada kakak saya merasa dibikin kayak bola pingpong, dan terlihat kayak mengemis untuk mengambil uang yg sudah diinvestasikan. Hal ini membuat kakak saya nelongso banget.

Akhirnya dia curhat ke saya kalau sedang mengalami masalah dengan sahabatnya. Dulu kakak saya sangat bahagia menemukan sahabatnya kembali. Dengan sejuta impian yg melambung tinggi mereka merenda bisnis bersama, semua terlihat baik dan indah. Tapi siapa yg menduga apa yg dulu merupakan good news sekarang berubah menjadi bad news....

Nego ulang yg tak menemukan titik temu dan win-win solution, maka membuat kakak saya berang. Maka dia pun melayangkan surat somasi ke sahabatnya melalui seorang pengacara. Maka sahabatnya ini sementara dikenakan kasus pidana penipuan. Entah apa yg ada di benak sahabatnya saat ini. Tapi yg jelas kakak saya sudah patah arang dan siap bertempur habis-habisan. Siapa yg akan jadi arang dan abu belum tahu. saya pun mendukung kakak saya sepenuhnya. Saya justru bilang begini : sekalian aja kalau mau habis, dihabisin saja uangnya... Dia pilih masuk penjara dan menanggung malu atau justru mengembalikan uang tersebut sesuai janjinya...

Kejadian ini mungkin akan menjadi poin pembelajaran buat siapa pun yg membaca artikel ini. Good news, bad news, Who Knows.....Makanya hati-hatilah. Uang tak mengenal saudara atau sahabat....


nuchan@2011
be careful

Sunday, April 24, 2011

Musang berbulu domba

Apakah anda pernah mengalami dikhianati oleh orang yg anda kenal dekat? Didepan Anda bersikap baik, lembut, penurut dan bersahabat, namun dibalik itu jika Anda lengah atau lemah Anda akan dimakan, dicaplok sampai habis atau dikhianati dengan cara yg tak pernah Anda pikirkan sama sekali seperti musang berbulu domba.

Saya mungkin salah seorang yg gampang tertipu dengan penampilan seseorang yg terlihat baik dan manis serta terlihat berbudi. Walaupun orang disekeliling saya sudah curiga dan tak percaya dengan penampilan dan mulut manisnya, saya tetap tak percaya sama sekali dengan komentar mereka yg bernada miring tentang dia. Mungkin karena sikap saya yg cenderung straight forward, maka saya sulit melihat tipikal teman atau kolega kerja yg bersikap seperti “musang berbulu domba”


Thursday, April 14, 2011

Seoul I am coming

Beberapa bulan yg lalu secara iseng saya membuka website http://www.airasia.com. Setelah sekian lama saya tak pernah lagi menerima kiriman tentang AA promo di inbox saya. Dulu, setiap kali ada program AA promo, maka saya salah satu member yg lebih dulu dapat prioritas dapat info tersebut. Karena sebelumnya saya pernah mendaftarkan diri saya, masuk dalam daftar yg ingin dikirimkan info tentang promo-promo di AA tersebut. Tapi sejak ada perubahan sistem di AA bahwa bila ingin mendapatkan info-info promo terkini, maka saya harus mendaftar sebagai pemilik Credit Card HSBC. Karena saya sudah punya CC BNI, maka saya pikir agak lebay juga kalau saya harus punya CC HSBC lagi. Walaupun mereka menawarkan bebas biaya tahunan sampai seumur hidup, tapi tampaknya saya kurang berminat. Saya sudah terlanjur nyaman memakai CC BNI. Bukan karena jargon BNI  yg bunga pembelanjaan jauh lebih kompetitif yaitu 2.5%, tapi semata-mata karena saya malas kalau harus setiap bulan menerima "Billing Statement" yg berlembar-lembar banyaknya. Dan kertas yg digunakan pun saya pikir sangat tebal dan mahal sekali, padahal saya tak pernah sekalipun minat membaca laporan-laporan promo yg ada di BS tsb. Saya pikir betapa borosnya pihak bank tsb dalam menggunakan kertas yg nota bene menggunakan raw material dari kayu yg diubah jadi pulp dan kemudian diubah jadi kertas. Padahal kertas yg dipakai buat BS tersebut tidak terlalu penting buat customer, begitu dibaca kemudian langsung dibuang begitu saja ke tong sampah. Bayangkan kalau saya punya 2 buah CC dan setiap bulan dapat 2 set BS dari 2 bank yg berbeda, betapa borosnya saya, hanya menambah sampah dan menghilangkan sumber daya alam dengan sia-sia. ( Duch mikirnya kejauhan yah..kayaknya lebay nie hehehe...tapi memang itu alasan yg sebenarnya saya tak berminat memiliki CC 2 buah hehehe..)


Tuesday, April 12, 2011

Akhirnya kumemilikimu

Setelah 3 hari lamanya menunggu kepastian visa Korsel saya, maka hari-hari yg saya tunggu itupun tiba. Gila baru kali ini saya mengurus visa tapi rasanya deg-degan banget takut nga berjalan sesuai rencana saya. Selama 3 hari saya berharap-harap agar semuanya bisa lancar dan visa saya disetujui.

Meskipun saat mengajukan dokumen-dokumen yg dibutuhkan sudah saya lengkapi dengan segala dokumen yg superkomplit, agar saya tak berulang-ulang datang ke Kedubes Korsel ini. Malah dokumen yg kelihatan tidak dibutuhkan pun saya bawa saja sekalian. Jadi kalau mereka dadakan minta dokumen yg lainnya saya sudah bawa di tas saya.

Tuesday, April 5, 2011

Repotnya ngurusin visa ke Korsel (1)

Urusan mengurus visa ke Korsel ini cukup membuat saya gempor dan repot juga. Karena harus diurus sendiri, maka saya harus menyediakan dokumen-dokumen yg dibutuhkan secara lengkap. Kalau nga mau, visanya ditolak atau waktu prosesnya akan panjang dan bolak-balik ke Kedubes Korsel..Malas khan. Jadi daripada repot dan khawatir ditolak mendingan sedari awal siap tempur deh.

Malangnya mengurus visa Korsel ini, info yg tersedia dari pihak Kedubes sangat minim dan kurang informative. Beda banget dengan Kedubes China, yg mengelola pengurusan visa ini disubkon ke pihak ke-3. Dan informasi yg disediakan pun sangat lengkap dan mudah diakses di internet. (China gitu lho…Sangat canggih dalam metode penyediaan informasi)