Saturday, July 25, 2015

Catatan travelling ke Singapore July 2015

 
Marina Bay Sands - Esplanade Singapore
 
 
Henderson Waves Bridge Telok Blangah Singapore













 
The Soppes at Marina Bay Sands Singapore
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Flying with Air France 254

Perjalanan hari ini 12 Juli 2015 nyaris tanpa beban dan berjalan lancar. Keputusan untuk mengambil liburan ke Singapore ini sangat mendadak. Semula saya ingin ke Jepang tapi karena kepastian libur dari kantor belum jelas maka saya ragu untuk membeli tiket ke Jepang. Akhirnya berubah ingin ke Singapore dulu dan lanjut ke Hongkong. Tapi ini pun tentative. Waktunya sudah mepet, saya masih ragu banget, sampai akhirnya 9 Juli, saya putuskan untuk ke Singapore. Saya akhirnya membeli tiket Lion Air dan dapat penerbangan yg 12 Juli 2015, pukul 16.15PM. Semua serba dadakan dan tangal 11 Juli saya baru membeli tiket pulang Singapore ke Jakarta dengan Air France AF 254. Saya pilih AF karena harganya sama mahalnya dengan tiket penerbangan lainnya. Sekalian deh saya pengen coba pesawat lainnya hahaha. Jadilah saya beli AF 254 via Traveloka. Itu pun sudah pukul 3 sore.
Karena sibuk dengan pekerjaan saya baru sadar, kalau  saya belum menukar IDR saya ke SGD. Saya coba menuju Lippo Mall karena money changer yg bagus ada di sana. Pukul 6 sore saya tiba di mall ternyata  2 money changer yg ada di sana tutup hari Sabtu. Alamak! Mampus deh saya nga punya SGD. Akhirnya saya putuskan akan menukar di Bandara Sutta saja, disinilah drama penukaran uang di Bandara Sutta terjadi.
Karena pesawat saya JT 156 berangkat jam 16.15, maka saya perhitungkan saya akan tiba di Terminal 2D paling lambat pukul 2 sore. Dan saya putuskan berangkat dari rumah pukul 10.00 pagi dan adik saya mengantar saya sampai Airport Shuttle jam 11 siang di daerah Jababeka. Karena saya tiba sudah mepet banget dan penumpang sudah penuh banget maka kursi sudah habis dan saya harus naik yg jam 11.30 siang. Saya berharap tidak macet dan bener semuanya lancar banget dan tiba di airport pukul 1 siang Dan saya punya waktu banyak banget. Saya masih sempat makan di KFC dan menukar uang di money changer.
Saya kurang paham letak money changer yg ada di Bandara Sukarno Hatta, karena saya belum pernah menukar uang saya di sini. Biasanya saya tukar di Lippo Mall atau di Dua Sisi Money Changer yg di PI atau PS Jakarta. Maka saat akan menukar di bandara saya tidak tahu lokasinya. Saya tanya petugas yg ada di bandara, katanya ada di Terminal 2 lantai 1, karena saya ada di penerbangan internasional maka saya ada di T2D dan saya pilih naik lift turun ke Lt. 1.

Money changer pertama yg saya datangi tidak ada petugasnya dan saya teriak juga tidak ada orang yg nongol. Saya jadi sedikit panik, khawatir saya tidak bisa menukar uang IDR saya ke SGD. Saya hanya punya 100 USD di dompet saya itupun sisa uang saya saat dinas luar ke Bangkok di Mei 2015. Saya mencoba ke money changer berikutnya, ternyata stock SGD habis. Saya jadi senyum kecut. Saya tak ingin ini jadi drama baru buat saya. Saya ke money changer berikutnya lagi, saya tanya ada stock SGD? Saya mau beli. Mereka bilang ada, saya tanya rate berapa? 1SGD sama dgn 10.300IDR. Saya kaget ratenya mahal banget. Tapi karena saya tak punya pilihan maka saya beli saja. Kalau tak salah saya beli 100SGD. Gila beda dengan harga pasar hampir 500 points. Saya cek di internet harga 1SGD 9.820. Jadi mereka ambil untung tinggi banget. Saya malas mikir karena saya butuh banget. Saya sarankan ke anda sekalian, sebelum ke LN, pastikan anda sudah menukar uang anda ke mata uang negara yg dituju. Kalau coba tukar di bandara, ternyata  rate yg dipakai sangat kacau dan gila-gilaan. Saya jengkel tapi tak punya pilihan sama sekali. Sebenarnya kalau  BI tahu praktek ini mereka bisa dicabut izinnya. Cape deh.
Setelah mengantongi SGD secukupnya saya segera masuk menuju lokasi check in JT 156 Lion Air. Saya melalui X-Ray dgn relative mulus. Sebelum check in saya mengecek ulang isi koper saya dan merapikan barang mana saja yg perlu saya pindah ke ransel hitam saya. Saya pilih bawa koper kali ini karena saya yakin di Spore semua serba nyaman dan praktis jadi bawa koper tidak akan menyulitkan saya. Dan liburan kali ini saya pilih tidak terlalu ngebackpacker banget hahaha…

Setelah semua barang saya rapikan dan koper saya kunci, saya pikir saya harus wrapping koper saya. Karena koper saya punya dua laci yg bisa masukkin berbagai pernak-pernik di luarnya sehingga saya khawatir kalau ada yg iseng memasukkan barang aneh yg bukan milik saya saat masuk bagasi pesawat hahaha…kebanyakan nonton film aneh jadi parno. Kebayang masuk Spore aturan bawa narkoba itu bisa hukuman mati dan kalau ada yg iseng masukkin ke koper saya gimana hehehe. Dan wrapping koper juga akan menyelamatkan koper saya dari kerusakan karena tertimpa koper lainnya. Akhirnya saya putuskan wrapping koper saya seharga 50ribu rupiah.
Setelah itu saya menuju antrian check in di Lion Air. Yg antri lumayan banyak tapi counter yg buka juga banyak dan pihak petugas juga sangat kooperatif jadi tidak ada hambatan yg berarti saya saya check in.
Setelah selesai check in, saya berjalan menuju pintu imigrasi dan antrian sudah cukup panjang dan petugas yg buka hanya 2 orang saja. Mungkin bulan puasa jadi yg buka sedikit kali yah. Tapi tak berapa lama pintu imigrasi yg lain dibuka, maka saya pindah ke petugas yg baru buka dan saya dapat antrian No.2. Paspor saya dicek dan distamp petugas dan selesai, saya belok kiri menuju pintu gate D4.  Saya berjalan menyusuri selasar dan sembari sesekali singgah melihat harga Batik dan souvenir yg dijual di counter Duty Free yg ada di sana. Satu kata Mahal boo.

Setibanya di Gate D4, saya tanya petugas di sana saya boleh masuk ruang tunggu tidak? Dia bilang belum boleh karena masih penuh dengan penumpang yg akan boarding di jam berikutnya dan diisi penumpang dari MH yg akan terbang ke KL. Akhirnya saya mundur dan balik menunggu di luar.

Saya duduk dengan salah seorang ibu yg akan terbang ke Spore juga. Kami terlibat perbincangan mengenai situasi penerbangan saat ini dan ngalor ngidul nga jelas arah ceritanya hehehe…hanya sekedar membunuh waktu yg tersisa, sampai waktu untuk masuk ruang tunggu diperbolehkan.
Ketika pengumuman terdengar bahwa kami sudah boleh memasuki ruang tunggu, saya segera menuju gate D4 dan memperlihatkan boarding pass saya ke petugas. Saya memilih duduk menunggu di dekat salah satu lokasi yg bisa me-recharge HP saya. Saya coba online di Tab saya dgn Free Wifi SHIA tapi koneksi internetnya sangat buruk dan muncul koneksinya dgn symbol LIMITED. Voila menyebalkan banget. Akhirnya saya online pakai tab saya dgn paket internet Excel saya. Saat saya online saya dapat email dari hostel saya di Spore yg menanyakan apakah saya jadi datang atau tidak. Karena rule di TIL itu batas akhir mereka menahan bookingan kamar adalah pukul 6 sore waktu Spore. Saat saya lihat jam saya sudah pukul 4 sore dan di sana sudah pukul 5 sore maka wajar kalau mereka cross-check lagi ke saya. Walaupun sebelumnya saya sudah email ke mereka bahwa saya akan tiba di hostel pukul 10 malam karena saya tidak tahu pasti apakah saya bisa ontime tiba di hostel mereka. Maka saya info ke mereka saya check in jam 10 malam. Karena jam akhir mereka check in pukul 21.30 malam, maka mereka menghimbau saya untuk melakukan self check in saja. Mereka meninggalkan kunci di dalam box dan ada password yg mereka berikan untuk membuka box dan juga panduan membuka pintu utamanya.

Saya segera membalas email mereka dan memberitahukan bahwa saya tetap datang dan saya sudah di airport saat ini. Untuk memastikan kamar saya tersedia, saya langsung telpon ke petugas hotel dan bilang kalau pesawat saya delay satu jam jadi saya tiba di hostel sedikit larut malam. Mereka bilang no problem. Nothing to worry. Dan mereka juga mengirimkan berbagai alternative untuk menuju hostel mereka. Dari sekian pilihan yg ada saya sudah memutuskan naik Airport Shuttle Bus saja. Easy and safe for me. Here I am coming Singapore!
Sudah delay 1 jam dan saya sudah masuk ke dalam pesawat dan semua sudah beres tapi pesawat belum juga bisa terbang karena kepadatan lalu lintas di udara jadi kami masih saja menunggu di dalam pesawat, sampai ada aba-aba boleh terbang.
Pesawat seharusnya terbang pukul 16.55PM tapi faktanya baru terbang pukul 18.30 malam. Dan pesawat saya baru mendarat sekitar pukul 8.50 malam di Changi Airport. Suasana antrian di imigrasi Changi Airport tidak begitu padat dan counter yg buka juga cukup banyak. Saat tiba di imigrasi, petugas tanya ke saya dalam Bahasa Melayu yg sangat bagus, berapa lama saya akan tinggal di Spore? Saya jawab satu minggu saja. Dia tanya tinggal di mana? Saya jawab di Tree in Lodge semacam hostel di Silat Avenue 149. Oh liburan ke sini katanya. Yah betul hanya liburan. Dia lalu menstamp paspor saya sambil tersenyum ramah.
Changi Airport memang selalu menyajikan suasana adem dan nyaman. Ketika keluar dari pesawat dan menuju imigrasi maka mata saya sudah dimanjakan dengan bunga anggrek  dan terlihat asri dan cantik. Antrian imigrasi tidak ramai dan relative nyaman dan prosesnya cepat. Selesai imigrasi saya segera menuju lokasi baggage claim dan mengambil koper saya.  Saya menyusuri ruangan yg menuju counter Airport Shuttle Bus. Karena lupa lokasinya maka saya tanya petugas cleaning service di sana, seorang bapak Chinese yg sudah tua dan dia hanya mengarahkan tangan dan menunjukkan arah saja tanpa bicara sama sekali.Saya pun mengangguk dan berterima kasih.
Tiba di counter Airport Shuttle Bus, seorang staff wanita Chinese menyambut saya dan tanya saya mau ke mana? Saya bilang saya mau ke hostel saya di Silat Avenue.  Dia jawab dengan cepat, kita tidak melayani antar ke hostel, kita hanya antar ke hotel-hotel besar saja katanya. Lalu dia tanya hostel apa? Saya tunjukkan booking hostel saya, dia lalu bilang kalau  Tree in Lodge  oke, kita bisa antar. Dia lalu mengeluarkan slip dan biayanya  SG$9. Saya menyerahkan uang SG$50 ke tangannya dan dia memberikan kembalian 4 lembar uang SG$10 dan 1 coin SG$1. Lalu dia minta saya menunggu di ruang tunggu yg ada kursi berbaris di dekat counter mereka. Saya duduk di sana bersama 3 orang penumpang yg lainnya.  Petugas terdengar berteriak memanggil drivernya dengan nama Uncle Lee. Sambil menunggu bus jalan, saya mengisi waktu dgn  memotret ruangan tsb.
 
Singapore makin hari makin menawan. Penerbangan yg saya sukai adalah landing malam hari. Itu momen yg sangat berharga buat saya karena bisa menyaksikan kerlap-kerlip lampu dari ketinggian. Mendarat malam hari di Changi Airport. Pesawat saya mendarat pukul 19.50PM di Changi Airport, karena pesawat saya delay 1 jam...ckckck...Sudah malam dan saya lagi nga minat berjibaku malam-malam begini, maka pilih jalan pintas naik Airport Shuttle Bus SG$9 sampai TIL di Silat Avenue ...
Ternyata ada lucunya juga naik Airport Shuttle Bus, saya punya kesempatan melihat supirnya lagi kesal lihat penumpangnya. Ceritanya si supir masuk ke dalam bandara untuk menjemput penumpang di T-1, ternyata si penumpang menunggu di luar gedung. Akhirnya supir keluar dan tanya ke orang-orang yg berdiri di luar tsb, Carlton City? 2 penumpang bertampang Chinese banget menganggukkan kepalanya...lalu dia mengomel panjang lebar karena si penumpang ini kenapa menunggu di luar.
Lalu dia naik ke bus dan di dalam bus si supir masih mengomel pakai bahasa Mandarin...no need to worry lah...you should wait inside lah hahaha, pakai campur singlish...ini pertama kali saya lihat supir marah ke penumpangnya hahaha...gue ngakak dalam hati hahaha, lucu aja lihatnya.
Selain cerita lucu, ternyata ada untungnya juga...tadi lucu sekarang untung banget...gue dibawa muter2 Singapore dulu hahaha..pertama supir menurunkan tamu di Pan Pasific Hotel di area Marina Bay dan yg kedua ke Carlton City dan terakhir ke hostel saya di TIL, dan saya bisa  muter2 lihat suasana malam di Spore karena bus melintasi berbagai area yg sangat beragam hahaha...mulai dari Marina Bay, Suntec City dan China Town hahaha...Malam pertama disuguhi berbagai hal yg lucu banget. Mungkin liburan ini akan diisi dengan berbagai kelucuan hahaha...sebelum berangkat sebenarnya ada sedikit drama juga tapi nanti ditulis saja dicerita yg lain hahaha.
Malam ini bus saya hanya mengantar ke tiga lokasi saja, saat menurunkan penumpang di Hotel Pan Pasific 7 Raffles Boulevard,Marina Square, saya melihat supirnya berbicara Bahasa Mandarin dan membantu tamunya menurunkan kopernya dengan tone suara yg cukup ramah. Kemudian kami lanjut ke Carlton City Hotel di 1 Gopeng Street, Singapore, meskipun tadi dia mengomel kepada kedua penumpang Chinese ini tapi saat menurunkan mereka si supir sudah sedikit ramah dan ketika turun, dua penumpang ini mengucapkan Xiexie hahaha. Terakhir saya turun di Silat Avenue dan sang supir menunjukkan lokasi hostel saya dengan ramah. Katanya Tree in Lodge turun di halte ini dan di depan itu sudah hostel kamu katanya. Saya menganggukan kepala dan bilang Thank you.
Saya lalu jalan membawa koper saya. Saat saya tiba ternyata petugas hostel sudah pulang ke rumahnya. Saya tiba di sana disambut salah seorang tamu yg nginap di TIL dan dia sedang merokok dan minum di luar. Dia menyarankan saya telpon ke petugas, tapi saya bilang oke. Saya hanya perlu membuka box tempat kunci saya. Saya sudah diberi password by email bagaimana membuka pintu utama. Saya coba buka dengan password yg saya punya dan box terbuka dan saya mengambil kunci saya. Sebelum saya sempat menggunakan ternyata orang yg ada di dalam sudah membantu membuka pintu utama dan saya akhirnya masuk tanpa memakai kunci saya. Saat saya menuju kamar saya pun di depan pintu sudah ada pesan buat saya. Saya tidur di kamar C dan saya harus tidur di atas. Karena semua wanita jadi saya merasa aman. Saya senang kalau sekamar semua female, karena saya jadi merasa bebas. Dan yg penting jarang ada yg mengorok hehehe. Saya kurang suka  dgn orang yg mengorok.
Malam itu saya pengen online dan tanya teman sekamar apa nama password wifi di sini, dia bilang bisa wifi tapi lupa passwordnya. Saya naik ke lantai 2 mencari minuman dan di dekat dinding saya lihat nama passwordnya. Saya coba online ternyata bisa. Jadilah malam itu saya online sampai pukul 12 malam hehehe. Sebelum tidur saya masih sempat photo and selfie sendirian di kamar. Dan tak lupa upload dan posting photo di wall FB saya hehehe. Saya  rajin posting di FB untuk mempermudah saya, saat menulis ulang catatan perjalanan saya, jadi saya bisa ingat urutan kegiatan saya selama liburan hahaha.
Sudah pukul 12 malam waktu Spore tapi lampu baca di dekat tempat tidur saya masih menyala. Untung tiap bunk bed diberi tirai agar tiap tamu punya privasi saat tidur. Malam ini saya tidur di bunk bed atas. Tiap kali bergerak menimbulkan bunyi dan ini cukup menggangu di telinga saya. Tapi apa boleh buat, itu bagian dari bunga-bunga tidur di dormitory. Masih syukur female semuanya. Jadi saya masih bebas menggunakan baju tidur yg serba sexy tanpa terganggu dengan teman sekamar melihat tubuh sexy saya hahaha.
Day 2- 13 Juli 2015
Akibat tidur terlalu larut malam, saya bangun pagi sudah pukul 10 pagi  waktu Spore. Sudah bangun tapi saya masih betah di kamar, belum niat beranjak ke kamar mandi. AC yg cukup dingin dan kamar tanpa jendela, membuat kami semua tidak bisa melihat sinar mentari yg masuk lewat celah jendala. Makanya kami semua tidur lelap dalam sejuknya AC dan gelapnya kamar. Meskipun jam saya menunjukkan pukul 10 pagi tidak membuat saya pengen bangkit dari tempat tidur. Saya pilih bermalas2an sambil membuka computer dan berselancar di website. Voila bagian ternikmat dari travelling sendiri adalah bebas menentukan waktu sendiri dan bisa menentukan apa saja yg kita mau dan boleh berubah rencana sesuka hati saya.
Sebelum mandi saya putuskan untuk sarapan pagi dulu di lantai 2. Saya bakar roti dan diberi selai kacang. Dan menyeduh teh manis. Sambil sarapan pagi saya mengecek email dan FB saya. Saya menikmati kesunyian di lt.2. Sudah lama saya tak merasakan perasaan seperti ini, me, myself and I. Yg ada hanya saya dan diri saya sendiri beserta berbagai pikiran yg muncul di benak saya. Hostel TIL ini memang sepi banget tidak ada kehebohan dan keriuhan seperti hostel lain yg biasa saya pakai menginap di Spore. Nyaris seperti tidak ada kehidupan para backpacker. Kalau nginap di Inncrowd Little India, pagi dan malam pasti heboh dengan keasyikan para traveler yg bersendagurau di Living Room hostel dan terkadang mereka main kartu sampai taruhan gila-gilaan, yg kalah wajahnya dicoret-coret  dan disuruh joget di atas meja. Gila bener. Tapi kesunyian ini yg saya butuhkan.
Tak berapa lama saya ditegur salah seorang pria yg naik ke Lt.2. Ternyata Mr. Kim sang pengelola hostel. Dia tanya apakah saya yg menginap di kamar 1C, yg datang tadi malam. Saya jawab ya, sambil tersenyum. Dgn antusias dia tanya, apakah semua berjalan lancar, saya jawab no problem. Lalu dia tanya apa rencana saya hari ini? Saya bilang saya ingin ke Henderson Wave Bridge- National Park Spore. Oh good. He says  I will show you later how to get there from here. Ok. Saya lalu menikmati kembali kesendirian saya dengan roti di piring saya.
Sudah 10.30 pagi saya baru masuk kamar mandi. Lumayan asyik di sini karena saya tak perlu antri ke kamar mandi. Saya mandi Cuma 10 menit kemudian dandan dan siap ke luar menjelajahi Spore. Sebelum keluar Mr.Kim seperti janjinya menjelaskan cara cepat menuju Henderson Wave Bridge di Telok Blangah.

Saturday, July 4, 2015

10 Habits To Give Up If You Want To Be Happy

While happiness may not be possible all the time, in many cases our happiness depends on choosing to be happy. It's as simple as that.
 
Unfortunately, we complicate our lives to the point that we're unable to recognize happiness when it appears right in front of us.
 
So how to clear the slate? Here are 10 things you'll need to give up in exchange for your happiness.
 
1. Give up caring what other people think of you.
I know it may feel counterintuitive, since humans are social animals, but spending time worrying what others think is a waste of energy. You'll never please everyone, and it's none of your business what others think of you.
 
2. Give up trying to please everyone.
Unless you're living life to the beat of your own drum, your tribe won't be able to find you. Be the best version of YOU you can be, and you'll naturally attract the people who are supposed to surround you.
 
3. Give up participating in gossip.
Those sharing gossip with you will gossip about you, 100% of the time. Believing gossip is like gambling everything on a horse sight unseen. It's naive.
 
4. Give up worrying.
Where thoughts go, energy flows. When you worry, you invest time and energy in something you don't want to have happen. Learn to let go and trust.
 
5. Give up feelings of insecurity.
When you take yourself too seriously, you think everyone else does too. There's one version of you on the planet. Be it, own it and quit worrying about it. No one really cares or watches you that closely.
 
6. Give up taking everything personally.
Truth is, most people are too consumed with their own life to really consider what you're doing. As my first boss said so well, "The world doesn't revolve around you. Most people's reactions have nothing to do with you, so let them go."
 
7. Give up the past.
We've all been hurt, we all had parents who made mistakes and we've all been through hell. Every experience in life has taught you something or made you stronger.
 
8. Give up spending money on what you don't need in effort to buy happiness.
Living simply allows the space for life to flow. We complicate our lives by spending too much money and filling our home with things. Less is truly more.
 
9. Give up anger.
Anger burns a hole in the hand of the person still holding on to it. Move it out once and for all.
 
10. Give up control.
Control is an illusion, as we live in an out-of-control world. Learn to embrace the new and welcome change; otherwise you'll grow old through your own rigidity.