Saturday, May 31, 2014

Life is a journey

Life is a journey filled with lessons, hardships, heartaches, joys, celebrations and special moments that will ultimately lead us to our destination, our purpose in life. The road will not always be smooth; in fact, throughout our travels, we will encounter many challenges.

Some of these challenges will test our courage, strengths, weaknesses, and faith. Along the way, we may stumble upon obstacles that will come between the paths that we are destined to take. In order to follow the right path, we must overcome these obstacles. Sometimes these obstacles are really blessings in disguise, only we don't realize that at the time.

Along our journey we will be confronted with many situations, some will be filled with joy, and some will be filled with heartache. How we react to what we are faced with determines what kind of outcome the rest of our journey through life will be like.
When things don't always go our way, we have two choices in dealing with the situations. We can focus on the fact that things didn't go how we had hoped they would and let life pass us by, or two, we can make the best out of the situation and know that these are only temporary setbacks and find the lessons that are to be learned.

Time stops for no one, and if we allow ourselves to focus on the negative we might miss out on some really amazing things that life has to offer. We can't go back to the past, we can only take the lessons that we have learned and the experiences that we have gained from it and move on. It is because of the heartaches, as well as the hardships, that in the end help to make us a stronger person.

The people that we meet on our journey, are people that we are destined to meet. Everybody comes into our lives for some reason or another and we don't always know their purpose until it is too late. They all play some kind of role. Some may stay for a lifetime; others may only stay for a short while.

It is often the people who stay for only a short time that end up making a lasting impression not only in our lives, but in our hearts as well. Although we may not realize it at the time, they will make a difference and change our lives in a way we never could imagine. To think that one person can have such a profound affect on your life forever is truly a blessing. It is because of these encounters that we learn some of life's best lessons and sometimes we even learn a little bit about ourselves.

People will come and go into our lives quickly, but sometimes we are lucky to meet that one special person that will stay in our hearts forever no matter what. Even though we may not always end up being with that person and they may not always stay in our life for as long as we like, the lessons that we have learned from them and the experiences that we have gained from meeting that person, will stay with us forever.

It's these things that will give us strength to continue on with our journey. We know that we can always look back on those times of our past and know that because of that one individual, we are who we are and we can remember the wonderful moments that we have shared with that person.

Memories are priceless treasures that we can cherish forever in our hearts. They also enables us to continue on with our journey for whatever life has in store for us. Sometimes all it takes is one special person to help us look inside ourselves and find a whole different person that we never knew existed. Our eyes are suddenly opened to a world we never knew existed- a world where time is so precious and moments never seem to last long enough.

Throughout this adventure, people will give you advice and insights on how to live your life but when it all comes down to it, you must always do what you feel is right. Always follow your heart, and most importantly never have any regrets. Don't hold anything back. Say what you want to say, and do what you want to do, because sometimes we don't get a second chance to say or do what we should have the first time around.

It is often said that what doesn't kill you will make you stronger. It all depends on how one defines the word "strong" It can have different meanings to different people. In this sense, "stronger" means looking back at the person you were and comparing it to the person you have become today. It also means looking deep into your soul and realizing that the person you are today couldn't exist if it weren't for the things that have happened in the past or for the people that you have met. Everything that happens in our life happens for a reason and sometimes that means we must face heartaches in order to experience joy.


Copyright © 2000 Shannon Spaunburg

Saturday, May 17, 2014

Holiday to Cirebon with my best friends ( 15-16 March 2014 )

Cirebon, 15-16 March 2014
Kami memutuskan untuk berwisata Batik dan wisata kuliner dengan sobat-sobat saya, Im, Evi,dan Sri. Asal mulanya saya ingin ke Cirebon karena saya baca di salah satu website tentang home industri Batik  Kecirebonan yang konon katanya memiliki perbedaan dalam hal motif-motif  Batiknya. Sekilas saya baca bahwa Batik Cirebon memiliki motif Batik yang jauh lebih cerah dibandingkan dengan Solo, Yogya maupun Pekalongan.  Seperti apa perbedaannya, saya sendiri tidak begitu tahu. Saya berharap bahwa kunjungan saya ini akan membuat saya paham secara umum tentang Batik. Dalam rangka keingintahuan saya inilah, saya mengajak sobat-sobat saya untuk berlibur week-end ke sana. Beruntung mereka serempak setuju. Kebetulan kami berempat memang suka travelling.

Kami tetapkan tanggal 8-9 March kami akan ke sana. Ternyata di tengah jalan rencana ini kami batalkan karena ternyata Evi ada rapat khusus dengan serikat pekerja pusat. Setelah cek and ricek, akhirnya kami putuskan berangkat 15-16 March 2014.  Berhubung 11-13 March saya ada meeting di Cabang Cibadak dan Sukabumi  maka seluruh pemesanan KA Cirebon Ekspress dan penginapan semalam semuanya dibantu sobat saya Sri dan Evi.

Perjalanan ke Cibadak dan Sukabumi ternyata membuat tubuh saya lelah secara fisik. Tapi karena sudah janji dengan semua sobat saya, akhirnya saya putuskan tetap berangkat. Ditambah lagi tiket KA pun sudah dibeli oleh Sri. Maka Jumat malam saya berjanji selepas bekerja saya memilih menginap di flat Evi yg berada di Benhill. Saya janji akan tiba di flat Evi pukul 7 malam. Tetapi mungkin karena lelah dan pengen istirahat sejenak di kost saya, ohlala malah saya tertidur lelap sampai pukul 19.30 malam. Sehingga saya keluar tempat kost sudah pukul 20.00 malam. Saya pikir cukup nyaman juga kalau keluar pukul 20.00 malam, karena udara sudah cukup adem dan jalanan di sekitar Palmerah dan Slipi pun sudah tidak macet lagi.

Saat menuju flat Evi saya coba buka email saya melalui tablet Samsung saya, ternyata Sri mengabarkan kalau dia mengalami sakit kepala migren dan vertigo. Secara mendadak Sri bilang agar kami bisa printout tiket KA  di Alfa Mart atau di Indo Mart, karena just in case Sri nga bisa ikut ke Cirebon karena sakit kepala. Alamak ini berita buruk pertama yg saya baca.  Saya sempat terpikir bahwa awal yg kami lalui sedikit buruk. Dan saya pun sebenarnya kelelahan dan ingin batal berangkat dan  berubah pikiran, tetapi  karena kami sudah dari jauh hari mempersiapkannya, maka kurang baik kalau ditengah jalan batal. Ini gimana yah? Tapi Sri tetap bilang bahwa dia sudah minum obat dan berharap dia bisa sembuh keesokan harinya. Saya hanya berdoa dalam hati agar semua berjalandengan baik.
Saya coba  info ke  Evi tentang kondisi terakhir Sri. Dan saya minta agar Evi memprintout tiket di mini market. Khawatir besok paginya nga keburu kalau antri printout tiket di Gambir. Akhirnya saya dan Evi sepakat  akan printout di mini market dekat rusun Evi. Sayangnya saat saya ke mini market, jaringan di beberapa tempat tidak terhubung alias jaringan koneksi ke PJKAI terputus. Alamak drama apa lagi ini. Bener-bener semua kayak drama yg serba kebetulan. Kami akhirnya memutuskan akan lebih pagi lagi ke Gambir. Saya dan Evi memilih pesan taksi Bluebird dan minta dijemput pukul 4.45 pagi. Wah kebayang dinginnya mandi pagi demi menuju Cirebon. Bener-bener usaha yg luar biasa.

Malam itu Evi pilih tidur pukul 22.00 malam. Sementara saya masih memilih mandi malam karena kegerahan akibat belum mandi sore. Saya memilih byar-byar mandi untuk menghilangkan daki dan rasa gerah yg mendera tubuh saya. Selepas mandi saya memilih menonton acara Indonesia Idol di RCTI. Belum selesai seluruhnya acara tersebut saya sudah mengantuk banget, akhirnya saya pun masuk kamar dan tertidur.  Saat pagi dini hari saya terbangun sudah ada dering telpon masuk ke HP Evi. Ternyata Sri yg mengabarkan kalau dia jadi ikut ke Cirebon. Horeeee!  Pagi ini itu berita baik buat kami.

Sayang kami sudah pesan taksi terlalu pagi banget. Akhirnya kami mandi terburu-buru dan berangkat tergopoh-gopoh. Sampai di taksi Evi baru sadar kalau 2 HPnya tertinggal. Tapi saya sarankan diambil saja, tapi Evi bilang dia bisa hidup tanpa HP dan nga butuh HP. Saya pun setuju saja. Ternyata setelah keluar agak jauh Evi baru ingat HPnya sedang di-charge di kamarnya. Khawatir akan terjadi masalah, kami balik lagi ke flat Evi. Karena masih pagi banget kami cukup tenang dan tidak terburu-buru lagi karena Sri sudah bisa ikut. Taksi memutar lagi melalui jalan Karet menuju flat Evi. Ternyata cukup banyak drama yg kami lalui masing-masing hahaha.
Pukul 5.35 pagi kami tiba di Gambir. Ternyata Ima sudah tiba di Gambir. Seperti biasa dia penggemar maniak kopi Starbuck. Dia sedang antri di sana. Saya dan Evi milih membeli sarapan pagi di KFC, dan membeli makanan sejenis kebab saya lupa namanya apa.  Tapi rasanya cukup enak. Tak selang berapa lama kira-kira 5.45 pagi Sri sudah tiba di Gambir. Kami segera bergegas menuju flat form KA.

Ternyata lumayan jauh juga jarak dari ruang tunggu ke flat for KA. KA sudah tiba di flat form, kami segera naik. Saat naik kami ternyata mendapatkan kursi persis di bawah AC dan kursi kami terkena air bocoran dari AC. Kami coba lapor ke petugas tapi katanya nanti saat KA berjalan akan berhenti dengan sendirinya. Saya dan Evi tertawa dengan informasi ini, karena apa hubungannya KA berjalan dan bocornya akan segera berhenti. Saya minta petugas lapor dan kita minta ganti kursi lainnya. Akhirnya petugas setuju memindahkan kami ke gerbong lainnya. Dan sayang sekali kami akhir berpisah dengan Sri dan Ima. Ini saya pikir drama kedua  yg agak dramatis banget buat kami dari awal sudah dipenuhi kelucuan tapi kami menyikapinya dengan tertawa. Karena mau gimana lagi hahaha.
KA hari ini berangkat tepat waktu, dan saya mengacungkan jempol saya, karena ternyata KA berangkat dengan tepat waktu. Pelayanan KA juga cukup lumayan karena saya tidak memiliki ekspektasi yg tinggi tentang pelayanan KA Indonesia. Saya sudah cukup lama mendengar betapa bobroknya sistem KA di negeri ini. Tapi ketika saya melihat kondisi saat ini mungkin saya harus cukup adil untuk berkomentar bahwa ada perbaikan yg cukup serius dari pejabat baru KA Indonesia ini. Semoga di masa depan akan lebih baik lagi.

***
Kami berdua ngobrol ngalor ngidul dengan Evi. Seperti biasa tidak jauh dari urusan kantor beserta para pelaku di dalamnya. Evi bercerita tentang atasan barunya yg cewe tapi cukup bertanggungjawab dan tidak neko-neko tentu saja, dan juga tentang semua kesibukan Evi yg baru. Dia lumayan sering pulang malam untuk mengejar deadline kerjaan. Saya cukup surprise juga yah. Saya justru berbanding terbalik dengan kondisi apa  yg saat ini dijalani Evi. Saya lebih sering pulang tepat waktu dang menghabiskan waktu menonton drama Jepang atau drama Korea. Dan saya cukup menikmati kondisi saat ini.

Walaupun drama di kantor saya tak kalah unik dan mengundang berbagai drama yg tak kalah anehnya. Tapi saya tak ingin bercerita atau terlibat terlalu jauh dengan berbagai drama politik kantor yg sama rumitnya dengan politik pemerintahan. Beruntung saya sudah bersiap dengan mental yg cukup untuk berhadapan dengan orang-orang yg memiliki tingkat kesulitan tertentu. Mulai dari kebiasaan kantor baru ini yg sangat beda dengan kantor saya yg lama termasuk mind-set para staffnya sangat berbeda. Tapi saya sudah tak ingin menghabiskan waktu memikirkan hal-hal rumit seperti ini. Saya pilih adem ayem saja yah. Rasanya rugi saya menghabiskan enzim di mulut saya untuk orang-orang yg memiliki mind-set berseberangan dengan saya. Dan saya senang kami bisa ngobrol ngalor ngidul dengan Evi. Saya sebenarnya berharap kami bisa mengobrol berempat jadi bisa lebih seru juga hahaha. Sudut pandang saya dan 3 sobat saya yg lain memang sangat beda dan saya suka dengan semua perbedaan itu. Jadi cerita ngalor ngidulnya bisa lebih berwarna.

***
Tiba di Stasiun Kejaksan Cirebon
Sepertinya bener KA Indonesia lumayan tepat waktu . KA Cirebon Ekspress tepat pukul 9.00 sudah masuk ke  stasiun Kejaksan Cirebon. Di Cirebon ada 2 stasiun KA yaitu satu stasiun Cirebon Kejaksan  dan satu lagi Cirebon Prujakan.

Stasiun Cirebon (CN) merupakan sebuah stasiun kereta api yang terletak di Jl. Siliwangi, kelurahan Kebonbaru, Kejaksan, Cirebon.Karena terletak di kecamatan Kejaksan, Stasiun Cirebon kadang-kadang disebut juga Stasiun Kejaksan. Stasiun yang terletak di Daerah Operasi III Cirebon ini terletak pada ketinggian 4 m di atas permukaan laut.

Stasiun Cirebon termasuk pada lintasan jalur Utara, tapi pada stasiun ini terdapat percabangan jalur ke stasiun Purwokerto yang akan berhubungan dengan jalur lintas selatan di stasiun Kroya. Dengan demikian sebagian besar kereta api eksekutif dan campuran baik jalur Utara maupun Selatan berhenti di stasiun ini, kecuali kereta api kelas ekonomi dan bisnis yang berhenti di stasiun Cirebon Prujakan. Pada Tahun 2011 stasiun Cirebon direnovasi dengan meninggikan peron stasiun dan menambah jalur dan fasilitas yang ada.

Gedung Stasiun Cirebon yang sekarang dibangun pada tahun 1920 berdasarkan karya arsitek Pieter Adriaan Jacobus Moojen (1879–1955) dalam gaya arsitektur campuran art nouveau dengan art deco. Dua "menara"-nya yang sekarang ada tulisan CIREBON dulu ada tulisan KAARTJES (karcis) di sebelah kiri dan BAGAGE (bagasi) di sebelah kanan. Pada tahun 1984, gedung stasiun ini dicat putih.Pada tahun 2011 stasiun Cirebon dan stasiun Prujakan direnovasi.

Secara sekilas saya pikir stasiun KA Kejaksan ini cukup bersih dan rapi. Ngomong-ngomong karena ini pertama kali kami naik KA ke Cirebon, maka agak sedikit kurang jelas apakah KA ini bener-bener akan stop terakhir di stasiun Kejaksan atau akan melanjut ke stasiun Cirebon Prujakan. Saya sempat minta ke Evi agar bertanya ke petugas apakah kami akan turun di Kejaksan atau justru di Prujakan. Kami menjelaskan kalau kami menginap di Hotel Priangan yg dekat jalan Siliwangi dan sebaiknya kami turun di stasiun mana? Petugas bilang kami sebaiknya turun di Kejaksan saja karena hotel kami pasti lebih dekat dari stasiun ini. Malah info terakhir menyebutkan bahwa Cirebon Ekspress ini memang perhentian terakhirnya  di Stasiun Kejaksan hahaha saya sempat ngakak mendengarnya. Karena sebelumnya saya khawatir kalau kami salah turun ternyata di sini perhentian terakhir hahaha. Untung Evi tidak panikdan yang  agak khawatir malah saya sendiri.

***
Udara panas yg mendera

Ketika turun dari KA, udara panas Cirebon segera menyergap tubuh saya. Gila udaranya memiliki kelembaban yg tinggi dipadu dengan udara panas laut yg membuat badan gampang berkeringat. Gila. Kami segera keluar dan disambut para porter/ tukang angkut barang dan juga para tukang becak. Saya perlu memberikan catatan khusus bahwa para tukang becak di sini sangat agresif dan cenderung menyebalkan di mata saya. Evi mencoba tawar-menawar dengan tukang becak. Sebenarnya Evi sudah dapat info bahwa harga satu becak menuju Priangan Hotel ini tak lebih dari 10,000 rupiah. Setelah tawar menawar akhir kami sepakat mengambil dua becak seharga 10,000 per becak.  Walaupun pada akhirnya nanti kami ditipu dan dipaksa bayar per kepala 10,000 rupiah.

Berhubung karena kami sedang lapar dan pengen makan makanan khas Cirebon kami singgah di sebuah warung yg bertuliskan  PUKULJABON (Pusat Kuliner Jajanan Khas Cirebon), maka kami minta becak menunggu saja atau batal. Kayaknya becak nungguin deh. Memasuki warung ini kami disuguhi  interior yg cukup menarik dan menjanjikan buat saya pribadi walaupun sedari awal saya sudah sangat yakin bahwa saya akan sulit beradaptasi dengan menu yg baru. Saya bukan penggemar masakan baru yg menurut saya belum jelas rasanya buat saya. Beda dengan 3 sobat saya Evi, Ima dan Sri, mereka adalah orang-orang yg memiliki selera makan yg bagus dan kaya dengan taste berbagai makanan Nusantara dan luar negeri. Sedangkan saya agak kuper tentang makanan selain masakan Sumatra. Buat saya makanan akan sempurna rasanya kalau makanan tersebut pedas banget dan pakai sambel pedas yg segar banget artinya bahannya dari cabe segar yg masih mentah. Itu syarat dasar tentang makanan sedap buat saya. Cabe rawit pedas dan masih segar.
Saya ikutan makan di Pukuljabon ini tanpa harapan yg muluk-muluk. Kami memasuki warung ini dengan perasaan dan harapan yg sangat berbeda. Di bagian depan ada tukang es kelapa muda. Yg muncul di benak saya di tengah panasnya udara Cirebon adalah minum Es Kelapa Muda yg masih segar banget. Waktu disodorkan menu ke tangan saya, saya malah bingung lihat daftar menu yg menurut saya tidak ada yg menarik perhatian saya. Ada yg bilang Cirebon terkenal dengan nasi jamblang. Namanya sih agak wah tapi saya tak punya bayang tentang rasanya. Evi pesan menu Empal Asem, Sri pesan Rujak Kangkung, Ima pesan tahu gejrot dan saya pilih Nasi Lengko. Dari semua menu tersebut saya pilih Nasi Lengko karena saya tak punya bayangan sama sekali tentang rasanya. Meskipun Evi bilang kayak nasi pecel tapi saya nga bisa bayangkan.

Saat menu disajikan ke kami, saya kaget lihat makanan Nasi Lengko ini kayak nasi pecel. Saat saya coba memakannya waaahhhhh rasanya memang persis seperti yg saya bayangkan tidak enak dan tak sesuai dengan lidah saya. Rasanya manis kecap dan yg paling menyebalkan nasi di sini tidak enak dan tidak pulen. Bener-bener tak cocok di lidah saya. Saat saya tanya Sri tentang rasa Rujak Kangkung katanya rasanya enak dan cocok di lidahnya. Luar biasa. Sedangkan kesan Evi saya pikir cukuplah untuk ukuran lidah Evi yg mudah beradaptasi. Tapi komentar dari Ima tentang rasa tahu gejrotnya katanya biasa saja hahaha. Ampun dah. Satu-satunya yg bisa saya nikmati hanya minum air kelapa muda saja. Meskipun rasanya aneh tapi saya tak kecewa karena memang sesuai prediksi saya hahaha. Kelapa ya rasa kelapa aja.

Sebuah permulaan yg kurang wah buat kami tapi memang perjalanan kali ini tidak terlalu memiliki ekspektasi yg tinggi hahaha. Setelah selesai makan, kami kembali menuju becak kami yg masih menunggu. Behubung tadi sudah sepakat harganya jadi kami langsung naik ke becak tersebut. Ima dan Sri satu becak dan saya serta Evi satu becak. Becak dikayuh menuju Hotel Priangan. Masih pagi tapi udara sangat menyengat buat saya. Masih bersyukur karena di tengah udara panas Cirebon ini angin sering bertiup dan membuat badan lebih adem sedikit. Kalau tidak ada angin maka sudah bisa dibayangkan betapa panas dan membakarnya udara di sana. Saya prediksi udara di Cirebon itu berkisar 32-35 derajat. Panasssss pisan!

Meskipun jarak stasiun KA dan hotel tidak terlalu jauh tapi udara yg panas membuat perjalanan dengan becak ini terasa jauh. Sepanjang jalan tukang becak kami terus bertanya ke saya dan Evi, apakah kami pengen jasa becak lagi buat keliling di Cirebon. Saya dan Evi bilang tidak berniat sama sekali. Anehnya tukang becak ini terus bertanya dan bertanya. Saya sebenarnya merasa terganggu, tapi kami berdua pilih diam saja. Saat sudah tiba di hotel ternyata tukang becak memaksa untuk bayar per kepala 10,000 rupiah, katanya nga bisa per becak tapi harga per kepala. Evi dan saya agak kesal banget. Gila ini tukang becak  bener-bener kurang ajar dan terlihat ini modus yg biasa mereka lakukan ke pelanggan barunya yg datang dari luar daerah. Memaksa dan menipu penumpangnya. Dan ini menimbulkan kesan buruk buat saya.

Karena malas berdebat dan tak ingin ribut kami akhirnya bayar 20,000 rupiah per becak. Evi dan saya bukan kesal dengan uang 20,000 rupiah itu tapi lebih kepada kesal karena ditipu tukang becak saja. Dan ini saya pikir merusak citra tukang becak secara keseluruhan. Saya dan Evi kog jadi senewen dan kesal ditipu sama tukang becak ini. Yah memang bukan hanya di Cirebon ada kasus begini, di beberapa kota lain juga pasti ada. Saya heran kenapa mereka tidak berpikir jangka panjang bahwa ini merusak citra kota Cirebon juga. Saya yakin siapapun yg tertipu di sini akan berpikir dua kali naik becak karena merasa dibohongi. Rasa kesal itu membuat kita tak merasa simpati dengan mereka dan malah berpikir sudah miskin tak punya moral pula apalagi yg tersisa buat diri tukang becak ini.  Dasar paling berharga dalam hidup ini adalah sebuah kejujuran. Kejujuran harganya saya pikir tak terbatas. Artinya orang akan mengenang kita dengan kejujuran dan integritas yg kita miliki. Dan setiap perilaku kita akan diukur dengan ukuran tertinggi yaitu kejujuran. Dan ini tak dimiliki para tukang becak ini. Saya tidak menuding semuanya begitu tapi saya yakin mereka dengan senang hati menipu orang yg bisa ditipu dan itu membuat mereka terlihat seperti manusia yg tak pantas dihargai. Mungkin anda pikir saya agak lebay ya. Masak ditipu 20,000 rupiah saja, reaksinya begitu banget. Nah itu masalahnya bukan soal besar kecilnya uang yg ditipu tapi lebih kepada kita nga terima mereka nga jujur saja. Kalau mereka lebih jujur mungkin karena simpati kita bisa bayar lebih atas dasar kerelaan kita masing-masing.  Untuk teman-teman yg pengen ke Cirebon dan pengen naik becak sebaiknya lebih baik tanya dulu sebelum naik becaknya, harganya per becak atau per kepala. Biar nga senewen dikadalin sama tukang becak di sana.

***
Tiba di Hotel Priangan

Saat saya dan sobat yg lain memasuki Hotel Priangan ini suasana hotel yg dibangun sangat bernuansa minimalis sekali. Suasana parkir juga tidak terlalu lebar dan berada tepat berseberangan dengan mall Yogya lama. Dan disebelah kiri ada mini market Indo Maret  dan di sepanjang jalan Siliwangi ini banyak toko-toko yg berderet jual makanan dan  oleh-oleh khas Cirebon. Teras kecil di dekat resepsionis sangat kecil dan setiap kamar juga menghadap ke taman kecil yg dibangun di bagian tengah hotel. Sekilas terlihat sangat asri. Kami diberikan kamar No.14 di kamar suite room. Saya pikir suite room ini lebar dan pasti mewah kayak di hotel-hotel besar di Jakarta. Ternyata untuk ukuran saya ini bukan suite room tapi standar superior aja. Kami menginap di satu kamar dengan 2 buah double bed. Dan ruang geraknya pun sangat kecil tapi ada TV dan meja rias saja. Tidak ada lemari besar hanya lemari kecil buat baju lipat saja dan kamar mandinya pun sangat standar banget. Ada shower dan toilet di kamar mandi. Pokoknya jangan berharap terlalu banyak ya, semuanya standar banget. Tapi saya pikir karena nginap hanya satu malam saja jadi tidak terlalu pusing memikirkannya. Walaupun harga yg ditawarkan di Cirebon ini cukup mahal buat saya kalau dibandingkan dengan hotel di Solo. Di sini mahal dan sangat minim fasilitas. Saya sih tidak merekomendasikan hotel ini, tidak worth it buat saya. Biasa saja.

Kami putuskan mengademkan tubuh dulu baru kami nanti keluar menuju ke Batik Trusmi. Sri memilih tidur dulu dan yg lain ada yang  sholat dulu dan saya pilih leyeh-leyeh dulu.  Ini memang agak lucu ya, kami nga punya rencana yg pasti mau ngapain di sini. Saya hanya ingin melihat langsung pusat grosir Bati Trusmi Cirebon ini. Yg lain katanya pengen wisata kuliner Cirebon. Tapi kami sepakat hari pertama mau ke Batik Trusmi. 

Setelah selesai mengademkan tubuh kami sepakat untuk menuju Pusat Grosir Batik Trusmi. Sebelum berangkat kita tanya dulu resepsionis hotel bagaimana menuju Batik Trusmi dengan naik angkutan umum. Resepsionis menjelaskan bahwa kami harus naik angkot warna biru dengan singkatan GP (Gunung Sari –Plered) dari perempatan jalan Siliwangi. Katanya jauh dekat 3,000 rupiah. Jadilah kami keluar hotel dengan berpayung ria untuk menghindari panasnya udara di luar. Kami naik angkot GP menuju Trusmi. Lumayan jauh juga sekita 40 menit ke sana. Kami melewati salah satu  Pusat Perbelanjaan terbesar diwilayah 3 Cirebon,Indramayu,Majalengka dan Kuningan. Pusat Fashion,Elektronik dan restaurant Fastfood namanya Grage Mall Cirebon. Dalam mall  ini ada Matahari, Grage Hotel,Gramedia, Grage 21, Dunkin Donuts, KFC, Timezone, Disc Tarra, MyRin Cirebon, Eizie Muslim Butik, Grage Mall Cirebon, dll. Saya pikir dibandingkan dengan Solo, kota ini cukup banyak juga pusat perbelanjaannya dan mudah ditemukan mini market. Ini adalah hasil kebijakan yg suram dari pemerintah daerah Cirebon dan mengecewakan buat saya karena cenderung mematikan usaha dan bisnis kecil-kecilan milik orang-orang kecil dan pedagang lokal. Ampun dah.

Kota ini panas dan cukup semrawut. Tidak tertata rapi.Banyak angkot dan banyak becak.Tukang becak ada yg nangkring dibecaknya sambil tiduran menunggu penumpang.Kotor. Tidak beda jauh dengan daerah lain di Indonesia, tidak ada pengelolaan sampah yang baik. Pedagang kaki lima di mana-mana.  Motto daerah Cirebon yang merupakan semboyan kerja adalah Gemah Ripah Loh Jinawi. Slogan pemerintahnya memang bagus tapi ini hanya sekedar slogan tanpa makna dan tanpa isi sama sekali. Spanduk pendukung partai tertempel di mana-mana dengan visi yang absurd dan tak beda jauh dengan slogan omong kosong yg memuakkan di mata saya.

Cirebon dikenal dengan nama Kota Udang dan Kota Wali. Selain itu kota Cirebon disebut juga sebagai Caruban Nagari (penanda gunung Ceremai) dan Grage (Negeri Gede dalam bahasa Jawa Cirebon berarti kerajaan yang luas). Sebagai daerah pertemuan budaya Jawa dan Sunda sejak beberapa abad silam, masyarakat Cirebon biasa menggunakan dua bahasa, bahasa Sunda dan Jawa.

Nama Cirebon berasal dari kata Caruban, dalam Bahasa Sunda yang berarti campuran (karena budaya Cirebon merupakan campuran dari budaya Sunda, Jawa, Tionghoa, dan unsur-unsur budaya Arab) atau bisa juga berasal dari kata Ci yang artinya air atau sungai dan Rebon yang artinya udang dalam Bahasa Sunda (karena udang merupakan salah satu hasil perikanan Kota Cirebon).

Kota Cirebon terletak pada 6°41LU 108°33BT pantai Utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur 8 kilometer, Utara ke Selatan 11 kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut 5 meter (termasuk dataran rendah). Kota Cirebon dapat ditempuh melalui jalan darat sejauh 130 km dari arah Kota Bandung dan 258 km dari arah Kota Jakarta.

Kota Cirebon terletak pada lokasi yang strategis dan menjadi simpul pergerakan transportasi antara Jawa Barat dan Jawa Tengah.Letaknya yang berada di wilayah pantai menjadikan Kota Cirebon memiliki wilayah dataran yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah perbukitannya. Luas Kota Cirebon adalah 37,54 km2 dengan dominasi penggunaan lahan untuk perumahan (32%) dan tanah pertanian (38%).
Wilayah Kotamadya Cirebon Sebelah Utara dibatasi Sungai Kedung Pane, Sebelah Barat dibatasi Sungai Banjir Kanal, Kabupaten Cirebon, Sebelah Selatan dibatasi Sungai Kalijaga, Sebelah Timur dibatasi Laut Jawa.

Sebagian besar wilayah merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0-2000 dpl, sementara kemiringan lereng antara 0-40 % dimana 0-3 % merupakan daerah berkarateristik kota, 3-25 % daerah transmisi dan 25-40 % merupakan pinggiran.

Kota ini dilalui oleh beberapa sungai di antaranya Sungai Kedung Pane, Sungai Sukalila, Sungai Kesunean, dan Sungai Kalijaga.
Melihat letak  kota ini maka tak heran memang udaranya sangat panas karena letaknya dekat dengan laut. Campuran berbagai budaya sangat kental dengan nuansa kota ini, karena memang kota ini diapit oleh Jawa Barat dan Jawa Tengah dan menjadi lintasan budaya dari keduanya.
Angkot GP kami akhirnya tiba di daerah Kampung Pusat Grosir Batik Trusmi terletak di Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, yaitu sekitar 4 km dari Kota Cirebon ke arah barat menuju Kota Bandung.Di desa Trusmi dan sekitarnya terdapat lebih dari 3000 tenaga kerja atau pengrajin batik.Tenaga kerja batik tersebut berasal dari beberapa daerah yang ada di sekitar desa Trusmi, seperti dari desa Gamel, Kaliwulu, Wotgali, dan Kalitengah.

Konon katanya kisah membatik Desa Trusmi berawal dari peranan Ki Gede Trusmi.Salah seorang pengikut setia Sunan Gunung Jati ini mengajarkan seni membatik sembari menyebarkan Islam.Sampai sekarang, makam Ki Gede masih terawat baik, setiap tahun dilakukan upacara cukup khidmat, upacara Ganti Welit (atap rumput) dan Ganti Sirap setiap empat tahun. Di sepanjang jalan utama yang berjarak 1,5 km dari desa Trusmi sampai Panembahan, saat ini banyak kita jumpai puluhan showroom batik. Berbagai papan nama showroom nampak berjejer menghiasi setiap bangunan yang ada di tepi jalan. Munculnya berbagai showroom ini tak lepas dari tingginya minat masyarakat terutama dari luar kota terhadap batik Cirebon.

Batik Trusmi berhasil menjadi ikon batik dalam koleksi kain nasional.Batik Cirebon sendiri termasuk golongan Batik Pesisir, namun juga sebagian batik Cirebon termasuk dalam kelompok batik keraton. Hal ini dikarenakan Cirebon memiliki dua buah keraton yaitu Keratonan Kasepuhan dan Keraton Kanoman, yang konon berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebonan Klasik yang hingga sekarang masih dikerjakan oleh sebagian masyarakat desa Trusmi di antaranya seperti Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, Sawat Penganten, Katewono, Gunung Giwur, Simbar Menjangan, Simbar Kendo, dan lain-lain.

***
Turun dari angkot kami berjalan kaki menuju Pusat Grosir Batik Trusmi ini.Ohlala panas banget. Banyak tukang becak dan pedagang kaki lima. Semrawut dan panas membuat badan langsung berkeringat.Kami berjalan sedikit saja sudah keringatan.Kami berjalan kaki kira-kira 5-10 menit.Pusat Grosir Batik Trusmi ini cukup besar dan dikelola dengan cukup baik.Memasuki gedung ini kami disuguhkan dengan berbagai desain batik yg sangat berwarna-warni. Motif batik di sini memang beda banget dengan Solo dan Yogya. Terutama warnanya sangat cerah.Motif yg sangat popular yaitu Mega Mendung seperti awan.Saya pribadi nga minat melihat motif Mega Mendung ini dan warnanya cenderung terang banget dan buat saya tidak menampilkan sesuatu yg mewah dan klasik.Tapi motifnya terkesan biasa dan warnanya buat saya sangat pasaran banget.Jadi tidak terlalu antusias untuk memilih motif Mega Mendung ini. Padahal motif ini menjadi ikon utama di tengah kota Cirebon.

Saya kaget juga dengan harga-harga yg ditawarkan di sini tak beda jauh dengan harga grosir yg ada di tanah Abang Jakarta dan juga di Thamrin City. Cukup mahal. Saya malah sulit menemukan set dress yg bagus di sini. Secara umum memang saya kurang suka  dengan desain baju batik yg dijual saat ini. Desain cenderung gombrong dan lengan panjang dan besar banget. Warna dan motif tidak menarik sama sekali. Baik di Solo, Yogya, Pekalongan dan Cirebon, di mana-mana model baju Batiknya hampir sama. Tidak menarik buat saya. Rasanya susah menemukan yg bagus di mata saya. Saya bukan peminat batik.Tapi kalau ada yg bagus dan warnanya cocok buat saya baru saya beli.Menurut saya material baju batik itu ada yg kaku banget dan tidak nyaman di tubuh saya.

Saya coba cari taplak meja batik dan sprei batik.Tapi setelah diubek-ubek semuanya tetap tak menemukan sesuatu yg menarik. Saya pindah ke bagian set dress, sama saja tidak ada yg bagus dan motifnya aneh di mata saya. Malah harganya mahal banget, tak sesuai dengan bahan yg ditawarkan.Katanya batik tulis tapi bahannya lumayan kaku dan motifnya nga minat tapi harganya di atas 500ribuan per potong.Ohlala mahal amat. Saya beli di Pasar Klewer Solo, satu potong set dress hanya 200ribuan tapi bahannya lembut dan motifnya bagus buat saya. Di sini sulit mencari  yg cocok.

Saya beralih melihat scarf dan selendang batik di bagian counter depan. Saya lihat banyak koleksi warna yg dipajang di sana. Saya tertarik dengan berbagai motif dan warna yg tersedia.Saya pilih warna biru langit, coklat dengan campuran beberapa warna dan juga warna pink keungu-unguan juga.Saya suka dengan motifnya.Saya putuskan membeli 3 potong selendang batiknya seharga 95,000 rupiah per potong.Saya juga mencoba memilih beberapa kain panjang dan sarung batiknya.Saya putuskan membeli 2 potong sarung dengan motif Mega Mendung warna kuning dan hijau seharga 35ribu per potong.Lumayan bagus dan lembut. Saya coba cari baju tidur batik tapi nga nemu yg cocok sama sekali.

Dari 2 jam yg kami habiskan mengubek-ubek pusat perbelanjaan ini saya hanya membeli 3 selendang dan 2 potong sarung saja. Masih lebih heboh saat saya belanja di Pasar Klewer Solo. Saya membeli 3 potong sprei dari merk danar Hadi dan satu potong set dress produksi Kinanti dan 3 potong bahan kain batik dengan 3 motif yg berbeda dan kemeja pria hampir 5 potong. Harganya pun jauh lebih murah di Solo dibandingkan di Cirebon ini.Tapi saya tidak menyesal juga sih.Namanya juga hanya mau menambah wawasan tentang batik Nusantara saja.

***
Setelah dari Trusmi kami berniat mengademkan tubuh kami di Grage Mall. Kami naik becak dari Trusmi ke perempatan lampu  merah. Dari sana kalau tidak salah kami naik angkutan GP lagi yg lewat Grage Mall. Kata teman saya Ima mendingan ke Grage Mall daripada tempat lainnya.Saat itu saya berpikir bahwa kami bisa menemukan sesuatu di Grage Mall ini.Ternyata saat kami melihat-lihat di mall ini tidak ada apa-apa yg harus dilihat.Ini tak ubahnya Matahari Mall di Jakarta.Tentu tak sebanding dengan kondisi di Jakarta.Ini hanya sekedar mall yg menyediakan berbagai produk yg bukan ciri khas Cirebon. Untuk apa ke sini yah, mendingan aja di Grand Indonesia dan juga di Thamrin City jauh lebih besar dan variatif produknya. Ampun dah. Hanya melihat sekilas saja,  kami keluar lagi dari Mall Grage untuk  mencari Nasi Jamblang Mang Dul yg tak jauh dari Grage Mall. Kami berjalan kaki menyeberang jalan.Dari jauh kelihatan pamphlet Nasi Jamblang Mang Dul dengan cat hijau. Taelah tiba di sana warung nasi ini sedang tutup. Karena dibuka siang hari dan sore hari sekitar jam 17an.

Akhirnya kami memilih minum es kacang merah di warung sebelang Mang Dul ini. Kami pesan es kacang merah untuk mengurangi rasa gerah dan capek yg mendera. Selama duduk di sana kami bener-bener bercengkerama dengan suara yg riuh sehingga mengundang tamu warung tersebut yg ikut nimbrung menanggapi pembicaraan kami. Ima yg sudah capek dan gerah pengen keramas dan pijat di salon katanya. Maka kami tanya pemilik warung di mana salon khusus wanita dekat area Grage Mall ini. Katanya ada salon Wardah di belakang Grage Mall.Dan tamu warung yg ikut nimbrung tadi menyarankan kami untuk makan nasi jamblang di Nasi Jamblang Bu Nur yg ada di jalan Bima di samping Grage Mall. Katanya di sana juga terkenal.  Kami akhirnya memutuskan menuju salon dulu baru makan nasi jamblang.

Kami memilih naik angkot 03 menuju salon Wardah yg disebutkan pemilik warung. Tapi setelah melewati belakang Grage Mall kami tidak menemukan salon Wardah sama sekali. Yang ada justru salon Martha Tilaar salon and spa saja.Kami sedikit bingung karena nga menemukan salon Wardah ini. Karena capek mencarinya kami memutuskan untuk pergi  ke Nasi Jamblang Bu Nur saja di jalan Bima. Katanya dari jalan raya 100 meter. Pas kami jalan kaki ke sana ternyata jauh banget booo… Ini karena capek atau karena panas banget jadi terasa jauh dan lelah banget menuju ke sana. Ampun dah.Bener-bener drama banget.

Memasuki warung bu Nur ini suasana di dalam sangat ramai dan kurang segar. Yg lucu meja dan kursi panjang kayunya hampir sejajar sama tinggi. Sehingga nga jelas mana meja dan mana bangkunya.Di sini kita mengambil sendiri makanannya dan kemudian baru di bagian ujung ada kasirnya.Saya baru tahu bahwa nasi jamblang ini menggunakan daun jati sebagai alas di piringnya.Terus nasi dibuat sekepalan kecil dan anda tinggal minta nasi satu, dua, atau tiga dan seterusnya. Anda bisa pilih menunya seperrti sate kentang, pepes ayam, pepes ikan, pepes jamur, tempo dan tahu goreng, udang balado dan berbagai menu tahu yg disemur dan banyak yg lainnya. Warnanya yg rada kecoklatan dan suram banget menurut saya tak ada yg mengundang selera saya.Saya hanya sekedar mencoba mencicipi saja tapi saya yakin banget kalau saya pasti tidak cocok dengan menu yg disajikan di sini.

Yang paling menyolok mengenai nasi yg disediakan di daerah Cirebon ini adalah nasi yg sama sekali tidak pulen, tak manis dan tak ada rasa sama sekali, hambar buat saya. Semua menunya tak ada yg masuk di lidah saya sama sekali. Dengan setengah hati saya memakan menu yg sudah saya beli.Yg makan di sini hanya Evi dan saya saja. Sri dan Ima sudah kenyang dan tak minat untuk makan lagi. Jadilah kami makan dengan cepat dan setelah makan kami langsung pulang naik becak. Sebelum naik becak yg bertugas deal harga adalah Evi. Hasilnya kami naik becak dari jalan Bima ini ke Siliwangi Hotel Priangan seharga 7,000 rupiah per becak.Ini setelah kami tahu persis tingkah laku tukang becak di sini.Maka sebelum naik becak harus tawar menawar dengan jelas biar nga ditipu lagi hahaha.

Kami tiba di hotel dan langsung mengademkan tubuh dan bergantian mandi. Tapi Sri yg kelelahan malah tertidur. Yg pertama mandi dan cuci rambut adalah Ima, karena dia sudah capek dan gerah banget. Maka mandi dan cuci rambut adalah prioritas utama buat dia. Saya dan Evi hanya leyeh-leyeh ikutan tiduran juga.
Habis mandi Ima laporan ke kita katanya segar banget setelah selesai mandi air hangat dan keramas. Rasanya seluruh tubuhnya jadi segar banget. Kayaknya Evi dan Sri jadi terinspirasi pengen ikutan keramas dan mandi juga. Dari berempat yg paling terakhir mandi adalah saya tapi saya nga minat cuci rambut.Saya pilih mandi air panas saja untuk menghilangkan daki di tubuh dan mengurangi kelelahan yg mendera tubuh saya.Habis mandi kami langsung tertidur lagi.Enak banget.

Belum lama tertidur Evi sudah bangun dan mengajak kami jalan-jalan malam di kota Cirebon. Keluar hotel Ima langsung pengen makan Mie Koclok disebelah kanan hotel. Ada warung Mie Koclok di sana. Saya nga tahu persis kayak apa rasanya dan bentuk Mie Koclok ini. Mereka bertiga pesan kecuali saya.Jadilah kami pesan 3 porsi karena saya nga begitu minat. Sambil menunggu Mie Koclok selesai dibuat, saya dan Sri duduk di pinggir trotoar untuk mengademkan tubuh. Karena di dalam warung Mie Koclok cukup panas.Ohlala nga ada bagus-bagusnya nie udara di Cirebon.Sungguh menyiksa banget.

Saat mie udah jadi dibuat ternyata kami baru tahu kalau kuah mie koclok ini agak kental karena campuran santan dan diberi tepung sedikit jadi kuahnya menjadi kental.Saat dicoba dicicipi rasanya sih biasa aja dan begitu enak.Kecuali Ima kayaknya menikmati Mie Koclok ini. Karena satu porsi sendirian habis dilalap sama Ima beserta kuahnya juga. Tapi saya sendiri kurang tahu apakah Sri suka dengan mie ini atau tidak. Evi pun kelihatan kurang cocok dengan rasa mie koclok ini.Karena sisa mie ini diserahkan ke saya semuanya hahaha.
Habis makan mie kami menyusuri jalan Siliwangi ini hanya untuk melihat toko-toko penjual oleh-oleh khas Cirebon yg ada di sepanjang jalan ini.Pas agak ke ujung jalan Siliwangi ini kami menemukan Lea Original Store.Dan Sri serta Ima maupun Evi sangat berminat ingin melihat koleksi Lea ini. Saat kita masuk ke dalam yg banyak mencoba ke kamar fitting  adalah Sri saja. Dan memang bener Sri serius beli 2 buah jeans  di sana. Dan Ima tergiur beli T-Shirt Lea berwarna kuning telur dan pengen beli jeans bahan kodura tapi ukurannya tidak ada yg muat…ini agak mengagetkan banget.Padahal Ima sudah jatuh cinta dengan kodura berwarna kaki ini.Evi juga mencoba jeans tapi pada akhirnya batal karena kurang cocok di badannya.Yg kurang berminat hanya saya saja. Saat kita sudah selesai mencoba dan Sri ingin bayar ternyata tidak bisa bayar pakai CC, harus pakai cash. Kayaknya beliau kurang uang cashnya jadi harus pinjam ke saya atau Evi. Katanya jaringannya sedang putus jadi nga bisa pakai CC. Setelah dipikir-pikir lagi akhirnya Sri memutuskan akan mengambil celana tersebut besok pagi saja saat koneksinya sudah baik. Memang Sri lebih tertarik bayar pakai CC. Jadilah kami semua pulang tanpa membawa apa-apa. Semua ditunda besok pagi saja katanya.Kami pulang kembali ke hotel berjalan kaki.Karena semua sudah lelah kami memilih tidur cepat dan tenggelam dalam mimpi masing-masing.

Saat sholat subuh saya sudah mendengar Evi dan Ima terbangun untuk sholat subuh. Disusul dengan Sri yg sholat subuh juga. Saat bunyi-bunyi sedikit gaduh itu ada,  saya masih bisa tidur dan mencoba untuk tenggelam dalam mimpi. Tapi konyolnya di pagi dini hari begini tiba-tiba Evi iseng dan kepo banget menanyakan hal yg memang aneh banget. Tiba-tiba Evi nyeletuk begini : Sri, saat tadi sore kamu naik angkot dan duduk di depan dan  di samping supir angkot itu, kamu ngomongin apa saja sih serius banget dan terlihat sangat akrab banget dengan supirnya. Saya yg sedang tidur dan melayang tapi tak bisa menutup telinga saya untuk menyimak pertanyaan Evi yg super duper KEPO banget yah. Saya tiba-tiba bangun dan balas jawab juga : Gila ya Vi, pagi-pagi buta begini kamu Kepo banget sih hahahaha. Ditimpali yg lain ketawa ngakak juga. Lagian aneh banget ya.Ngapain juga nanya yg anegh banget begitu hahahaha.Pagi itu kami bener-bener membahas cerita tentang Sri yg memang akbrab banget sama si supir itu hahahaha.

Saya sih sudah beberapa kali melihat dan memperhatikan Sri yg mudah banget beradaptasi dengan semua orang dan semua kalangan. Dan entah kenapa Sri selalu senang ngobrol dengan setiap orang yg dijumpainya. Dan dia selalu punya pesona tersendiri juga untuk menarik perhatian lawan jenisnya hahaha.Beliau sangat ramah banget.Saya sih angkat topi untuk dia hahaha.

Kami akhirnya saling menimpali mengomentari pertanyaan Evi dan juga jawaban Sri tentang kejadian sore itu dengan sang supir hahaha Ampun deh.Itu mungkin bukan hal yg penting tapi memang itulah yg menarik dari perjalanan ini hahaha membahas yg tak penting tapi bisa membuat kami tertawa terbahak-bahak.Wanita banget bukan?Perempuan berdiskusi memang tak tertarik mencari solusi yg berat, kita hanya berbincang tentang sesuatu yg tak penting tapi kami bisa mentertawakannya. C’est lavie…

Saya sampai sempat terpikir bagaimana bisa  kami begitu lama menjomblo dan menghabiskan waktu dengan segala kesibukan pekerjaan dan kalau ada waktu yg bisa disisipkan maka kami akan melakukan liburan dadakan dan terkadang tanpa planning yg matang. Tapi kami berhasil mengisi liburan kami dengan manis meskipun tanpa planning. Bahkan liburan ke luar negeri pun sering dadakan tanpa planning yg pasti.Itu mungkin karena kami masih bebas dan single jadi boleh mengambil keputusan secara spontan saja.

Secara pribadi saya tak pernah punya niat teguhakan mencari pasangan hidup. Walaupun saya tak akan menolak kalau ada yg sesuai dengan sikon saya. Tapi saya tak pernah berusaha ataupun terobsesi membuat target.Masukan atau komentar orang disekeliling saya biasanya saya anggap angin lalu.Dan saya bukan tipikal wanita yg mudah terintimidasi dengan komentar-komentar miring dan selalu memperdebatkan tentang status wanita belum lengkap tanpa pernikahan hahaha. Aha buat saya itu sudah menjadi pola pikir yg jauh tertinggal di belakang saya. Hidup bukan soal menikah atau tidak menikah. Tapi bagaimana saya bisa mengisinya dengan cara hidup yg saya inginkan dan pantas buat saya. Tentu saja, saya tak bisa memaksakan pola pikir saya ke semua orang.Tapi saya percaya pada diri saya sendiri bahwa hidup terlalu konyol kalau saya fokus dengan urusan pernikahan saja. Jadi saya lebih asyik dengan cara hidup yg saya yakini saja.Dan membuat planning yg umum-umum saja buat hidup saya.Tidak ada yg special dan fantastic banget.

Meskipun lucu banget pada akhirnya kami tertidur lagi.Kami baru bangun ketika petugas mengetuk pintu kamar kami untuk mengantarkan sarapan pagi.Sarapan pagi kami 2 porsi roti bakar, satu porsi mie goreng dan satu porsi nasi goreng. Kami sepakat mencampurnya sedikit-sedikit biar semua bisa makan roti bakar, mei goreng dan nasi goreng. Ternyata setelah icip-icip sedikitternyata  rasanya oke juga looo. Lumayan cocok di lidah saya.
Ketika pagi sudah tiba dan kami sudah terbangun semuanya berkat petugas yg mengetok pintu kamar kami, semua riuh kembali ingin mandi.Saya lupa siapa yg pertama kali mandi pagi yah.Mungkin Ima atau Evi atau Sri?Yg pasti bukan saya yg pertama.Kami masih sibuk menonton TV sambil ngobrol ngalor ngidul.Di antara mereka semua yg paling terakhir mandi biasanya saya.Nah itu memang kebiasaan saya.Saya memang paling malas berlibur menyesuaikan jadwal dan kebiasaan saya dengan yg lainnya.Tapi perjalanan kami kali ini agak mulus dan tidak terlalu ngoyo banget pengen melihat berbagai tempat di Cirebon.Kami pilih yg asyik-asyik saja.

Pukul 10 pagi kami akhirnya memutuskan akan pergi ke keraton Kasepuhan Cirebon. Saya nga jelas apa yg akan kami lihat di sana. Apakah keraton ini cukup terkenal atau tidak. Jadi kami berempat nga ada yg tahu sama sekali. Tapi sebelum berangkat Evi dkk mencoba bertanya ke bagian resepsionis bagaimana caranya ke sana. Kami memang memilih naik angkot dari pada naik becak.Sebab kami sudah trauma dengan penipuan tukang becak di sini.

Minggu 16 Mar 2014, Pukul 10:00 pagi kami keluar hotel. Udara Cirebon yg sangat panas ini segera membakar kulit dan badan rasanya  langsung gerah. Kami keluar dengan menggunakan  payung tapi masih saja kulit wajah seperti panas. Keringat mulai keluar.Kami berjalan menuju lampu merah dan mencegat mobil dengan logo GP-Gunung Sari – Plered berwarna biru muda.



To be continued