Cirebon,
15-16 March 2014
Kami
memutuskan untuk berwisata Batik dan wisata kuliner dengan sobat-sobat saya,
Im, Evi,dan Sri. Asal mulanya saya ingin ke Cirebon karena saya baca di salah
satu website tentang home industri Batik
Kecirebonan yang konon katanya memiliki perbedaan dalam hal
motif-motif Batiknya. Sekilas saya baca
bahwa Batik Cirebon memiliki motif Batik yang jauh lebih cerah dibandingkan
dengan Solo, Yogya maupun Pekalongan.
Seperti apa perbedaannya, saya sendiri tidak begitu tahu. Saya berharap
bahwa kunjungan saya ini akan membuat saya paham secara umum tentang Batik.
Dalam rangka keingintahuan saya inilah, saya mengajak sobat-sobat saya untuk
berlibur week-end ke sana. Beruntung mereka serempak setuju. Kebetulan kami
berempat memang suka travelling.
Kami
tetapkan tanggal 8-9 March kami akan ke sana. Ternyata di tengah jalan rencana
ini kami batalkan karena ternyata Evi ada rapat khusus dengan serikat pekerja
pusat. Setelah cek and ricek, akhirnya kami putuskan berangkat 15-16 March
2014. Berhubung 11-13 March saya ada
meeting di Cabang Cibadak dan Sukabumi
maka seluruh pemesanan KA Cirebon Ekspress dan penginapan semalam
semuanya dibantu sobat saya Sri dan Evi.
Perjalanan
ke Cibadak dan Sukabumi ternyata membuat tubuh saya lelah secara fisik. Tapi
karena sudah janji dengan semua sobat saya, akhirnya saya putuskan tetap
berangkat. Ditambah lagi tiket KA pun sudah dibeli oleh Sri. Maka Jumat malam
saya berjanji selepas bekerja saya memilih menginap di flat Evi yg berada di Benhill.
Saya janji akan tiba di flat Evi pukul 7 malam. Tetapi mungkin karena lelah dan
pengen istirahat sejenak di kost saya, ohlala malah saya tertidur lelap sampai
pukul 19.30 malam. Sehingga saya keluar tempat kost sudah pukul 20.00 malam.
Saya pikir cukup nyaman juga kalau keluar pukul 20.00 malam, karena udara sudah
cukup adem dan jalanan di sekitar Palmerah dan Slipi pun sudah tidak macet
lagi.
Saat
menuju flat Evi saya coba buka email saya melalui tablet Samsung saya, ternyata
Sri mengabarkan kalau dia mengalami sakit kepala migren dan vertigo. Secara
mendadak Sri bilang agar kami bisa printout tiket KA di Alfa Mart atau di Indo Mart, karena just in
case Sri nga bisa ikut ke Cirebon karena sakit kepala. Alamak ini berita buruk
pertama yg saya baca. Saya sempat
terpikir bahwa awal yg kami lalui sedikit buruk. Dan saya pun sebenarnya
kelelahan dan ingin batal berangkat dan berubah pikiran, tetapi karena kami sudah dari jauh hari
mempersiapkannya, maka kurang baik kalau ditengah jalan batal. Ini gimana yah?
Tapi Sri tetap bilang bahwa dia sudah minum obat dan berharap dia bisa sembuh
keesokan harinya. Saya hanya berdoa dalam hati agar semua berjalandengan baik.
Saya
coba info ke Evi tentang kondisi terakhir Sri. Dan saya
minta agar Evi memprintout tiket di mini market. Khawatir besok paginya nga
keburu kalau antri printout tiket di Gambir. Akhirnya saya dan Evi sepakat akan printout di mini market dekat rusun Evi.
Sayangnya saat saya ke mini market, jaringan di beberapa tempat tidak terhubung
alias jaringan koneksi ke PJKAI terputus. Alamak drama apa lagi ini.
Bener-bener semua kayak drama yg serba kebetulan. Kami akhirnya memutuskan akan
lebih pagi lagi ke Gambir. Saya dan Evi memilih pesan taksi Bluebird dan minta
dijemput pukul 4.45 pagi. Wah kebayang dinginnya mandi pagi demi menuju
Cirebon. Bener-bener usaha yg luar biasa.
Malam
itu Evi pilih tidur pukul 22.00 malam. Sementara saya masih memilih mandi malam
karena kegerahan akibat belum mandi sore. Saya memilih byar-byar mandi untuk
menghilangkan daki dan rasa gerah yg mendera tubuh saya. Selepas mandi saya
memilih menonton acara Indonesia Idol di RCTI. Belum selesai seluruhnya acara
tersebut saya sudah mengantuk banget, akhirnya saya pun masuk kamar dan
tertidur. Saat pagi dini hari saya
terbangun sudah ada dering telpon masuk ke HP Evi. Ternyata Sri yg mengabarkan
kalau dia jadi ikut ke Cirebon. Horeeee! Pagi ini itu berita baik buat kami.
Sayang
kami sudah pesan taksi terlalu pagi banget. Akhirnya kami mandi terburu-buru
dan berangkat tergopoh-gopoh. Sampai di taksi Evi baru sadar kalau 2 HPnya tertinggal.
Tapi saya sarankan diambil saja, tapi Evi bilang dia bisa hidup tanpa HP dan
nga butuh HP. Saya pun setuju saja. Ternyata setelah keluar agak jauh Evi baru
ingat HPnya sedang di-charge di kamarnya. Khawatir akan terjadi masalah, kami
balik lagi ke flat Evi. Karena masih pagi banget kami cukup tenang dan tidak
terburu-buru lagi karena Sri sudah bisa ikut. Taksi memutar lagi melalui jalan
Karet menuju flat Evi. Ternyata cukup banyak drama yg kami lalui masing-masing
hahaha.
Pukul
5.35 pagi kami tiba di Gambir. Ternyata Ima sudah tiba di Gambir. Seperti biasa
dia penggemar maniak kopi Starbuck. Dia sedang antri di sana. Saya dan Evi milih
membeli sarapan pagi di KFC, dan membeli makanan sejenis kebab saya lupa
namanya apa. Tapi rasanya cukup enak.
Tak selang berapa lama kira-kira 5.45 pagi Sri sudah tiba di Gambir. Kami
segera bergegas menuju flat form KA.
Ternyata
lumayan jauh juga jarak dari ruang tunggu ke flat for KA. KA sudah tiba di flat
form, kami segera naik. Saat naik kami ternyata mendapatkan kursi persis di
bawah AC dan kursi kami terkena air bocoran dari AC. Kami coba lapor ke petugas
tapi katanya nanti saat KA berjalan akan berhenti dengan sendirinya. Saya dan
Evi tertawa dengan informasi ini, karena apa hubungannya KA berjalan dan bocornya
akan segera berhenti. Saya minta petugas lapor dan kita minta ganti kursi
lainnya. Akhirnya petugas setuju memindahkan kami ke gerbong lainnya. Dan sayang
sekali kami akhir berpisah dengan Sri dan Ima. Ini saya pikir drama kedua yg agak dramatis banget buat kami dari awal
sudah dipenuhi kelucuan tapi kami menyikapinya dengan tertawa. Karena mau
gimana lagi hahaha.
KA
hari ini berangkat tepat waktu, dan saya mengacungkan jempol saya, karena
ternyata KA berangkat dengan tepat waktu. Pelayanan KA juga cukup lumayan
karena saya tidak memiliki ekspektasi yg tinggi tentang pelayanan KA Indonesia.
Saya sudah cukup lama mendengar betapa bobroknya sistem KA di negeri ini. Tapi
ketika saya melihat kondisi saat ini mungkin saya harus cukup adil untuk
berkomentar bahwa ada perbaikan yg cukup serius dari pejabat baru KA Indonesia
ini. Semoga di masa depan akan lebih baik lagi.
***
Kami
berdua ngobrol ngalor ngidul dengan Evi. Seperti biasa tidak jauh dari urusan
kantor beserta para pelaku di dalamnya. Evi bercerita tentang atasan barunya yg
cewe tapi cukup bertanggungjawab dan tidak neko-neko tentu saja, dan juga
tentang semua kesibukan Evi yg baru. Dia lumayan sering pulang malam untuk
mengejar deadline kerjaan. Saya cukup surprise juga yah. Saya justru berbanding
terbalik dengan kondisi apa yg saat ini
dijalani Evi. Saya lebih sering pulang tepat waktu dang menghabiskan waktu
menonton drama Jepang atau drama Korea. Dan saya cukup menikmati kondisi saat ini.
Walaupun
drama di kantor saya tak kalah unik dan mengundang berbagai drama yg tak kalah
anehnya. Tapi saya tak ingin bercerita atau terlibat terlalu jauh dengan
berbagai drama politik kantor yg sama rumitnya dengan politik pemerintahan.
Beruntung saya sudah bersiap dengan mental yg cukup untuk berhadapan dengan
orang-orang yg memiliki tingkat kesulitan tertentu. Mulai dari kebiasaan kantor
baru ini yg sangat beda dengan kantor saya yg lama termasuk mind-set para
staffnya sangat berbeda. Tapi saya sudah tak ingin menghabiskan waktu
memikirkan hal-hal rumit seperti ini. Saya pilih adem ayem saja yah. Rasanya
rugi saya menghabiskan enzim di mulut saya untuk orang-orang yg memiliki
mind-set berseberangan dengan saya. Dan saya senang kami bisa ngobrol ngalor
ngidul dengan Evi. Saya sebenarnya berharap kami bisa mengobrol berempat jadi
bisa lebih seru juga hahaha. Sudut pandang saya dan 3 sobat saya yg lain memang
sangat beda dan saya suka dengan semua perbedaan itu. Jadi cerita ngalor
ngidulnya bisa lebih berwarna.
***
Tiba
di Stasiun Kejaksan Cirebon
Sepertinya
bener KA Indonesia lumayan tepat waktu . KA Cirebon Ekspress tepat pukul 9.00
sudah masuk ke stasiun Kejaksan Cirebon.
Di Cirebon ada 2 stasiun KA yaitu satu stasiun Cirebon Kejaksan dan satu lagi Cirebon Prujakan.
Stasiun
Cirebon (CN) merupakan sebuah stasiun kereta api yang terletak di Jl.
Siliwangi, kelurahan Kebonbaru, Kejaksan, Cirebon.Karena terletak di kecamatan
Kejaksan, Stasiun Cirebon kadang-kadang disebut juga Stasiun Kejaksan. Stasiun
yang terletak di Daerah Operasi III Cirebon ini terletak pada ketinggian 4 m di
atas permukaan laut.
Stasiun
Cirebon termasuk pada lintasan jalur Utara, tapi pada stasiun ini terdapat
percabangan jalur ke stasiun Purwokerto yang akan berhubungan dengan jalur
lintas selatan di stasiun Kroya. Dengan demikian sebagian besar kereta api
eksekutif dan campuran baik jalur Utara maupun Selatan berhenti di stasiun ini,
kecuali kereta api kelas ekonomi dan bisnis yang berhenti di stasiun Cirebon
Prujakan. Pada Tahun 2011 stasiun Cirebon direnovasi dengan meninggikan peron
stasiun dan menambah jalur dan fasilitas yang ada.
Gedung
Stasiun Cirebon yang sekarang dibangun pada tahun 1920 berdasarkan karya
arsitek Pieter Adriaan Jacobus Moojen (1879–1955) dalam gaya arsitektur
campuran art nouveau dengan art deco. Dua "menara"-nya yang sekarang
ada tulisan CIREBON dulu ada tulisan KAARTJES (karcis) di sebelah kiri dan
BAGAGE (bagasi) di sebelah kanan. Pada tahun 1984, gedung stasiun ini dicat
putih.Pada tahun 2011 stasiun Cirebon dan stasiun Prujakan direnovasi.
Secara
sekilas saya pikir stasiun KA Kejaksan ini cukup bersih dan rapi.
Ngomong-ngomong karena ini pertama kali kami naik KA ke Cirebon, maka agak
sedikit kurang jelas apakah KA ini bener-bener akan stop terakhir di stasiun
Kejaksan atau akan melanjut ke stasiun Cirebon Prujakan. Saya sempat minta ke
Evi agar bertanya ke petugas apakah kami akan turun di Kejaksan atau justru di
Prujakan. Kami menjelaskan kalau kami menginap di Hotel Priangan yg dekat jalan
Siliwangi dan sebaiknya kami turun di stasiun mana? Petugas bilang kami
sebaiknya turun di Kejaksan saja karena hotel kami pasti lebih dekat dari
stasiun ini. Malah info terakhir menyebutkan bahwa Cirebon Ekspress ini memang
perhentian terakhirnya di Stasiun Kejaksan
hahaha saya sempat ngakak mendengarnya. Karena sebelumnya saya khawatir kalau
kami salah turun ternyata di sini perhentian terakhir hahaha. Untung Evi tidak
panikdan yang agak khawatir malah saya
sendiri.
***
Udara
panas yg mendera
Ketika
turun dari KA, udara panas Cirebon segera menyergap tubuh saya. Gila udaranya
memiliki kelembaban yg tinggi dipadu dengan udara panas laut yg membuat badan
gampang berkeringat. Gila. Kami segera keluar dan disambut para porter/ tukang
angkut barang dan juga para tukang becak. Saya perlu memberikan catatan khusus
bahwa para tukang becak di sini sangat agresif dan cenderung menyebalkan di
mata saya. Evi mencoba tawar-menawar dengan tukang becak. Sebenarnya Evi sudah
dapat info bahwa harga satu becak menuju Priangan Hotel ini tak lebih dari
10,000 rupiah. Setelah tawar menawar akhir kami sepakat mengambil dua becak
seharga 10,000 per becak. Walaupun pada
akhirnya nanti kami ditipu dan dipaksa bayar per kepala 10,000 rupiah.
Berhubung
karena kami sedang lapar dan pengen makan makanan khas Cirebon kami singgah di
sebuah warung yg bertuliskan PUKULJABON
(Pusat Kuliner Jajanan Khas Cirebon), maka kami minta becak menunggu saja atau
batal. Kayaknya becak nungguin deh. Memasuki warung ini kami disuguhi interior yg cukup menarik dan menjanjikan
buat saya pribadi walaupun sedari awal saya sudah sangat yakin bahwa saya akan
sulit beradaptasi dengan menu yg baru. Saya bukan penggemar masakan baru yg menurut
saya belum jelas rasanya buat saya. Beda dengan 3 sobat saya Evi, Ima dan Sri,
mereka adalah orang-orang yg memiliki selera makan yg bagus dan kaya dengan
taste berbagai makanan Nusantara dan luar negeri. Sedangkan saya agak kuper
tentang makanan selain masakan Sumatra. Buat saya makanan akan sempurna rasanya
kalau makanan tersebut pedas banget dan pakai sambel pedas yg segar banget
artinya bahannya dari cabe segar yg masih mentah. Itu syarat dasar tentang
makanan sedap buat saya. Cabe rawit pedas dan masih segar.
Saya
ikutan makan di Pukuljabon ini tanpa harapan yg muluk-muluk. Kami memasuki
warung ini dengan perasaan dan harapan yg sangat berbeda. Di bagian depan ada
tukang es kelapa muda. Yg muncul di benak saya di tengah panasnya udara Cirebon
adalah minum Es Kelapa Muda yg masih segar banget. Waktu disodorkan menu ke
tangan saya, saya malah bingung lihat daftar menu yg menurut saya tidak ada yg
menarik perhatian saya. Ada yg bilang Cirebon terkenal dengan nasi jamblang.
Namanya sih agak wah tapi saya tak punya bayang tentang rasanya. Evi pesan menu
Empal Asem, Sri pesan Rujak Kangkung, Ima pesan tahu gejrot dan saya pilih Nasi
Lengko. Dari semua menu tersebut saya pilih Nasi Lengko karena saya tak punya
bayangan sama sekali tentang rasanya. Meskipun Evi bilang kayak nasi pecel tapi
saya nga bisa bayangkan.
Saat
menu disajikan ke kami, saya kaget lihat makanan Nasi Lengko ini kayak nasi
pecel. Saat saya coba memakannya waaahhhhh rasanya memang persis seperti yg
saya bayangkan tidak enak dan tak sesuai dengan lidah saya. Rasanya manis kecap
dan yg paling menyebalkan nasi di sini tidak enak dan tidak pulen. Bener-bener
tak cocok di lidah saya. Saat saya tanya Sri tentang rasa Rujak Kangkung
katanya rasanya enak dan cocok di lidahnya. Luar biasa. Sedangkan kesan Evi
saya pikir cukuplah untuk ukuran lidah Evi yg mudah beradaptasi. Tapi komentar
dari Ima tentang rasa tahu gejrotnya katanya biasa saja hahaha. Ampun dah.
Satu-satunya yg bisa saya nikmati hanya minum air kelapa muda saja. Meskipun
rasanya aneh tapi saya tak kecewa karena memang sesuai prediksi saya hahaha.
Kelapa ya rasa kelapa aja.
Sebuah
permulaan yg kurang wah buat kami tapi memang perjalanan kali ini tidak terlalu
memiliki ekspektasi yg tinggi hahaha. Setelah selesai makan, kami kembali
menuju becak kami yg masih menunggu. Behubung tadi sudah sepakat harganya jadi
kami langsung naik ke becak tersebut. Ima dan Sri satu becak dan saya serta Evi
satu becak. Becak dikayuh menuju Hotel Priangan. Masih pagi tapi udara sangat
menyengat buat saya. Masih bersyukur karena di tengah udara panas Cirebon ini
angin sering bertiup dan membuat badan lebih adem sedikit. Kalau tidak ada
angin maka sudah bisa dibayangkan betapa panas dan membakarnya udara di sana.
Saya prediksi udara di Cirebon itu berkisar 32-35 derajat. Panasssss pisan!
Meskipun
jarak stasiun KA dan hotel tidak terlalu jauh tapi udara yg panas membuat
perjalanan dengan becak ini terasa jauh. Sepanjang jalan tukang becak kami
terus bertanya ke saya dan Evi, apakah kami pengen jasa becak lagi buat
keliling di Cirebon. Saya dan Evi bilang tidak berniat sama sekali. Anehnya
tukang becak ini terus bertanya dan bertanya. Saya sebenarnya merasa terganggu,
tapi kami berdua pilih diam saja. Saat sudah tiba di hotel ternyata tukang
becak memaksa untuk bayar per kepala 10,000 rupiah, katanya nga bisa per becak
tapi harga per kepala. Evi dan saya agak kesal banget. Gila ini tukang becak bener-bener kurang ajar dan terlihat ini modus
yg biasa mereka lakukan ke pelanggan barunya yg datang dari luar daerah.
Memaksa dan menipu penumpangnya. Dan ini menimbulkan kesan buruk buat saya.
Karena
malas berdebat dan tak ingin ribut kami akhirnya bayar 20,000 rupiah per becak.
Evi dan saya bukan kesal dengan uang 20,000 rupiah itu tapi lebih kepada kesal
karena ditipu tukang becak saja. Dan ini saya pikir merusak citra tukang becak
secara keseluruhan. Saya dan Evi kog jadi senewen dan kesal ditipu sama tukang
becak ini. Yah memang bukan hanya di Cirebon ada kasus begini, di beberapa kota
lain juga pasti ada. Saya heran kenapa mereka tidak berpikir jangka panjang
bahwa ini merusak citra kota Cirebon juga. Saya yakin siapapun yg tertipu di
sini akan berpikir dua kali naik becak karena merasa dibohongi. Rasa kesal itu
membuat kita tak merasa simpati dengan mereka dan malah berpikir sudah miskin
tak punya moral pula apalagi yg tersisa buat diri tukang becak ini. Dasar paling berharga dalam hidup ini adalah
sebuah kejujuran. Kejujuran harganya saya pikir tak terbatas. Artinya orang
akan mengenang kita dengan kejujuran dan integritas yg kita miliki. Dan setiap
perilaku kita akan diukur dengan ukuran tertinggi yaitu kejujuran. Dan ini tak
dimiliki para tukang becak ini. Saya tidak menuding semuanya begitu tapi saya
yakin mereka dengan senang hati menipu orang yg bisa ditipu dan itu membuat
mereka terlihat seperti manusia yg tak pantas dihargai. Mungkin anda pikir saya
agak lebay ya. Masak ditipu 20,000 rupiah saja, reaksinya begitu banget. Nah
itu masalahnya bukan soal besar kecilnya uang yg ditipu tapi lebih kepada kita
nga terima mereka nga jujur saja. Kalau mereka lebih jujur mungkin karena simpati
kita bisa bayar lebih atas dasar kerelaan kita masing-masing. Untuk teman-teman yg pengen ke Cirebon dan
pengen naik becak sebaiknya lebih baik tanya dulu sebelum naik becaknya,
harganya per becak atau per kepala. Biar nga senewen dikadalin sama tukang
becak di sana.
***
Tiba
di Hotel Priangan
Saat
saya dan sobat yg lain memasuki Hotel Priangan ini suasana hotel yg dibangun
sangat bernuansa minimalis sekali. Suasana parkir juga tidak terlalu lebar dan
berada tepat berseberangan dengan mall Yogya lama. Dan disebelah kiri ada mini
market Indo Maret dan di sepanjang jalan
Siliwangi ini banyak toko-toko yg berderet jual makanan dan oleh-oleh khas Cirebon. Teras kecil di dekat
resepsionis sangat kecil dan setiap kamar juga menghadap ke taman kecil yg
dibangun di bagian tengah hotel. Sekilas terlihat sangat asri. Kami diberikan
kamar No.14 di kamar suite room. Saya pikir suite room ini lebar dan pasti
mewah kayak di hotel-hotel besar di Jakarta. Ternyata untuk ukuran saya ini
bukan suite room tapi standar superior aja. Kami menginap di satu kamar dengan
2 buah double bed. Dan ruang geraknya pun sangat kecil tapi ada TV dan meja
rias saja. Tidak ada lemari besar hanya lemari kecil buat baju lipat saja dan
kamar mandinya pun sangat standar banget. Ada shower dan toilet di kamar mandi.
Pokoknya jangan berharap terlalu banyak ya, semuanya standar banget. Tapi saya
pikir karena nginap hanya satu malam saja jadi tidak terlalu pusing
memikirkannya. Walaupun harga yg ditawarkan di Cirebon ini cukup mahal buat
saya kalau dibandingkan dengan hotel di Solo. Di sini mahal dan sangat minim
fasilitas. Saya sih tidak merekomendasikan hotel ini, tidak worth it buat saya.
Biasa saja.
Kami
putuskan mengademkan tubuh dulu baru kami nanti keluar menuju ke Batik Trusmi.
Sri memilih tidur dulu dan yg lain ada yang
sholat dulu dan saya pilih leyeh-leyeh dulu. Ini memang agak lucu ya, kami nga punya
rencana yg pasti mau ngapain di sini. Saya hanya ingin melihat langsung pusat
grosir Bati Trusmi Cirebon ini. Yg lain katanya pengen wisata kuliner Cirebon.
Tapi kami sepakat hari pertama mau ke Batik Trusmi.
Setelah
selesai mengademkan tubuh kami sepakat untuk menuju Pusat Grosir Batik Trusmi.
Sebelum berangkat kita tanya dulu resepsionis hotel bagaimana menuju Batik
Trusmi dengan naik angkutan umum. Resepsionis menjelaskan bahwa kami harus naik
angkot warna biru dengan singkatan GP (Gunung Sari –Plered) dari perempatan
jalan Siliwangi. Katanya jauh dekat 3,000 rupiah. Jadilah kami keluar hotel
dengan berpayung ria untuk menghindari panasnya udara di luar. Kami naik angkot
GP menuju Trusmi. Lumayan jauh juga sekita 40 menit ke sana. Kami melewati
salah satu Pusat Perbelanjaan terbesar
diwilayah 3 Cirebon,Indramayu,Majalengka dan Kuningan. Pusat Fashion,Elektronik
dan restaurant Fastfood namanya Grage Mall Cirebon. Dalam mall ini ada Matahari, Grage Hotel,Gramedia, Grage
21, Dunkin Donuts, KFC, Timezone, Disc Tarra, MyRin Cirebon, Eizie Muslim
Butik, Grage Mall Cirebon, dll. Saya pikir dibandingkan dengan Solo, kota ini
cukup banyak juga pusat perbelanjaannya dan mudah ditemukan mini market. Ini
adalah hasil kebijakan yg suram dari pemerintah daerah Cirebon dan mengecewakan
buat saya karena cenderung mematikan usaha dan bisnis kecil-kecilan milik
orang-orang kecil dan pedagang lokal. Ampun dah.
Kota
ini panas dan cukup semrawut. Tidak tertata rapi.Banyak angkot dan banyak
becak.Tukang becak ada yg nangkring dibecaknya sambil tiduran menunggu
penumpang.Kotor. Tidak beda jauh dengan daerah lain di Indonesia, tidak ada
pengelolaan sampah yang baik. Pedagang kaki lima di mana-mana. Motto daerah Cirebon yang merupakan semboyan
kerja adalah Gemah Ripah Loh Jinawi. Slogan pemerintahnya memang bagus tapi ini
hanya sekedar slogan tanpa makna dan tanpa isi sama sekali. Spanduk pendukung
partai tertempel di mana-mana dengan visi yang absurd dan tak beda jauh dengan
slogan omong kosong yg memuakkan di mata saya.
Cirebon
dikenal dengan nama Kota Udang dan Kota Wali. Selain itu kota Cirebon disebut
juga sebagai Caruban Nagari (penanda gunung Ceremai) dan Grage (Negeri Gede
dalam bahasa Jawa Cirebon berarti kerajaan yang luas). Sebagai daerah pertemuan
budaya Jawa dan Sunda sejak beberapa abad silam, masyarakat Cirebon biasa
menggunakan dua bahasa, bahasa Sunda dan Jawa.
Nama
Cirebon berasal dari kata Caruban, dalam Bahasa Sunda yang berarti campuran
(karena budaya Cirebon merupakan campuran dari budaya Sunda, Jawa, Tionghoa,
dan unsur-unsur budaya Arab) atau bisa juga berasal dari kata Ci yang artinya
air atau sungai dan Rebon yang artinya udang dalam Bahasa Sunda (karena udang
merupakan salah satu hasil perikanan Kota Cirebon).
Kota
Cirebon terletak pada 6°41′LU 108°33′BT
pantai Utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur
8 kilometer, Utara ke Selatan 11 kilometer dengan ketinggian dari permukaan
laut 5 meter (termasuk dataran rendah). Kota Cirebon dapat ditempuh melalui
jalan darat sejauh 130 km dari arah Kota Bandung dan 258 km dari arah Kota
Jakarta.
Kota
Cirebon terletak pada lokasi yang strategis dan menjadi simpul pergerakan
transportasi antara Jawa Barat dan Jawa Tengah.Letaknya yang berada di wilayah
pantai menjadikan Kota Cirebon memiliki wilayah dataran yang lebih luas
dibandingkan dengan wilayah perbukitannya. Luas Kota Cirebon adalah 37,54 km2
dengan dominasi penggunaan lahan untuk perumahan (32%) dan tanah pertanian
(38%).
Wilayah
Kotamadya Cirebon Sebelah Utara dibatasi Sungai Kedung Pane, Sebelah Barat
dibatasi Sungai Banjir Kanal, Kabupaten Cirebon, Sebelah Selatan dibatasi
Sungai Kalijaga, Sebelah Timur dibatasi Laut Jawa.
Sebagian
besar wilayah merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0-2000 dpl,
sementara kemiringan lereng antara 0-40 % dimana 0-3 % merupakan daerah
berkarateristik kota, 3-25 % daerah transmisi dan 25-40 % merupakan pinggiran.
Kota
ini dilalui oleh beberapa sungai di antaranya Sungai Kedung Pane, Sungai
Sukalila, Sungai Kesunean, dan Sungai Kalijaga.
Melihat
letak kota ini maka tak heran memang
udaranya sangat panas karena letaknya dekat dengan laut. Campuran berbagai
budaya sangat kental dengan nuansa kota ini, karena memang kota ini diapit oleh
Jawa Barat dan Jawa Tengah dan menjadi lintasan budaya dari keduanya.
Angkot
GP kami akhirnya tiba di daerah Kampung Pusat Grosir Batik Trusmi terletak di
Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, yaitu sekitar 4 km dari Kota Cirebon ke
arah barat menuju Kota Bandung.Di desa Trusmi dan sekitarnya terdapat lebih
dari 3000 tenaga kerja atau pengrajin batik.Tenaga kerja batik tersebut berasal
dari beberapa daerah yang ada di sekitar desa Trusmi, seperti dari desa Gamel,
Kaliwulu, Wotgali, dan Kalitengah.
Konon
katanya kisah membatik Desa Trusmi berawal dari peranan Ki Gede Trusmi.Salah
seorang pengikut setia Sunan Gunung Jati ini mengajarkan seni membatik sembari
menyebarkan Islam.Sampai sekarang, makam Ki Gede masih terawat baik, setiap
tahun dilakukan upacara cukup khidmat, upacara Ganti Welit (atap rumput) dan
Ganti Sirap setiap empat tahun. Di sepanjang jalan utama yang berjarak 1,5 km
dari desa Trusmi sampai Panembahan, saat ini banyak kita jumpai puluhan
showroom batik. Berbagai papan nama showroom nampak berjejer menghiasi setiap
bangunan yang ada di tepi jalan. Munculnya berbagai showroom ini tak lepas dari
tingginya minat masyarakat terutama dari luar kota terhadap batik Cirebon.
Batik
Trusmi berhasil menjadi ikon batik dalam koleksi kain nasional.Batik Cirebon
sendiri termasuk golongan Batik Pesisir, namun juga sebagian batik Cirebon
termasuk dalam kelompok batik keraton. Hal ini dikarenakan Cirebon memiliki dua
buah keraton yaitu Keratonan Kasepuhan dan Keraton Kanoman, yang konon
berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebonan
Klasik yang hingga sekarang masih dikerjakan oleh sebagian masyarakat desa
Trusmi di antaranya seperti Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran
Kangkung, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, Sawat
Penganten, Katewono, Gunung Giwur, Simbar Menjangan, Simbar Kendo, dan
lain-lain.
***
Turun
dari angkot kami berjalan kaki menuju Pusat Grosir Batik Trusmi ini.Ohlala
panas banget. Banyak tukang becak dan pedagang kaki lima. Semrawut dan panas
membuat badan langsung berkeringat.Kami berjalan sedikit saja sudah
keringatan.Kami berjalan kaki kira-kira 5-10 menit.Pusat Grosir Batik Trusmi
ini cukup besar dan dikelola dengan cukup baik.Memasuki gedung ini kami
disuguhkan dengan berbagai desain batik yg sangat berwarna-warni. Motif batik
di sini memang beda banget dengan Solo dan Yogya. Terutama warnanya sangat
cerah.Motif yg sangat popular yaitu Mega Mendung seperti awan.Saya pribadi nga
minat melihat motif Mega Mendung ini dan warnanya cenderung terang banget dan
buat saya tidak menampilkan sesuatu yg mewah dan klasik.Tapi motifnya terkesan
biasa dan warnanya buat saya sangat pasaran banget.Jadi tidak terlalu antusias
untuk memilih motif Mega Mendung ini. Padahal motif ini menjadi ikon utama di
tengah kota Cirebon.
Saya
kaget juga dengan harga-harga yg ditawarkan di sini tak beda jauh dengan harga
grosir yg ada di tanah Abang Jakarta dan juga di Thamrin City. Cukup mahal.
Saya malah sulit menemukan set dress yg bagus di sini. Secara umum memang saya
kurang suka dengan desain baju batik yg
dijual saat ini. Desain cenderung gombrong dan lengan panjang dan besar banget.
Warna dan motif tidak menarik sama sekali. Baik di Solo, Yogya, Pekalongan dan
Cirebon, di mana-mana model baju Batiknya hampir sama. Tidak menarik buat saya.
Rasanya susah menemukan yg bagus di mata saya. Saya bukan peminat batik.Tapi
kalau ada yg bagus dan warnanya cocok buat saya baru saya beli.Menurut saya
material baju batik itu ada yg kaku banget dan tidak nyaman di tubuh saya.
Saya
coba cari taplak meja batik dan sprei batik.Tapi setelah diubek-ubek semuanya
tetap tak menemukan sesuatu yg menarik. Saya pindah ke bagian set dress, sama
saja tidak ada yg bagus dan motifnya aneh di mata saya. Malah harganya mahal
banget, tak sesuai dengan bahan yg ditawarkan.Katanya batik tulis tapi bahannya
lumayan kaku dan motifnya nga minat tapi harganya di atas 500ribuan per
potong.Ohlala mahal amat. Saya beli di Pasar Klewer Solo, satu potong set dress
hanya 200ribuan tapi bahannya lembut dan motifnya bagus buat saya. Di sini sulit
mencari yg cocok.
Saya
beralih melihat scarf dan selendang batik di bagian counter depan. Saya lihat
banyak koleksi warna yg dipajang di sana. Saya tertarik dengan berbagai motif
dan warna yg tersedia.Saya pilih warna biru langit, coklat dengan campuran
beberapa warna dan juga warna pink keungu-unguan juga.Saya suka dengan
motifnya.Saya putuskan membeli 3 potong selendang batiknya seharga 95,000
rupiah per potong.Saya juga mencoba memilih beberapa kain panjang dan sarung
batiknya.Saya putuskan membeli 2 potong sarung dengan motif Mega Mendung warna
kuning dan hijau seharga 35ribu per potong.Lumayan bagus dan lembut. Saya coba
cari baju tidur batik tapi nga nemu yg cocok sama sekali.
Dari
2 jam yg kami habiskan mengubek-ubek pusat perbelanjaan ini saya hanya membeli
3 selendang dan 2 potong sarung saja. Masih lebih heboh saat saya belanja di
Pasar Klewer Solo. Saya membeli 3 potong sprei dari merk danar Hadi dan satu
potong set dress produksi Kinanti dan 3 potong bahan kain batik dengan 3 motif
yg berbeda dan kemeja pria hampir 5 potong. Harganya pun jauh lebih murah di
Solo dibandingkan di Cirebon ini.Tapi saya tidak menyesal juga sih.Namanya juga
hanya mau menambah wawasan tentang batik Nusantara saja.
***
Setelah
dari Trusmi kami berniat mengademkan tubuh kami di Grage Mall. Kami naik becak
dari Trusmi ke perempatan lampu merah.
Dari sana kalau tidak salah kami naik angkutan GP lagi yg lewat Grage Mall.
Kata teman saya Ima mendingan ke Grage Mall daripada tempat lainnya.Saat itu
saya berpikir bahwa kami bisa menemukan sesuatu di Grage Mall ini.Ternyata saat
kami melihat-lihat di mall ini tidak ada apa-apa yg harus dilihat.Ini tak
ubahnya Matahari Mall di Jakarta.Tentu tak sebanding dengan kondisi di
Jakarta.Ini hanya sekedar mall yg menyediakan berbagai produk yg bukan ciri
khas Cirebon. Untuk apa ke sini yah, mendingan aja di Grand Indonesia dan juga
di Thamrin City jauh lebih besar dan variatif produknya. Ampun dah. Hanya
melihat sekilas saja, kami keluar lagi
dari Mall Grage untuk mencari Nasi
Jamblang Mang Dul yg tak jauh dari Grage Mall. Kami berjalan kaki menyeberang
jalan.Dari jauh kelihatan pamphlet Nasi Jamblang Mang Dul dengan cat hijau.
Taelah tiba di sana warung nasi ini sedang tutup. Karena dibuka siang hari dan
sore hari sekitar jam 17an.
Akhirnya
kami memilih minum es kacang merah di warung sebelang Mang Dul ini. Kami pesan
es kacang merah untuk mengurangi rasa gerah dan capek yg mendera. Selama duduk
di sana kami bener-bener bercengkerama dengan suara yg riuh sehingga mengundang
tamu warung tersebut yg ikut nimbrung menanggapi pembicaraan kami. Ima yg sudah
capek dan gerah pengen keramas dan pijat di salon katanya. Maka kami tanya
pemilik warung di mana salon khusus wanita dekat area Grage Mall ini. Katanya
ada salon Wardah di belakang Grage Mall.Dan tamu warung yg ikut nimbrung tadi
menyarankan kami untuk makan nasi jamblang di Nasi Jamblang Bu Nur yg ada di
jalan Bima di samping Grage Mall. Katanya di sana juga terkenal. Kami akhirnya memutuskan menuju salon dulu
baru makan nasi jamblang.
Kami
memilih naik angkot 03 menuju salon Wardah yg disebutkan pemilik warung. Tapi
setelah melewati belakang Grage Mall kami tidak menemukan salon Wardah sama
sekali. Yang ada justru salon Martha Tilaar salon and spa saja.Kami sedikit
bingung karena nga menemukan salon Wardah ini. Karena capek mencarinya kami
memutuskan untuk pergi ke Nasi Jamblang
Bu Nur saja di jalan Bima. Katanya dari jalan raya 100 meter. Pas kami jalan kaki
ke sana ternyata jauh banget booo… Ini karena capek atau karena panas banget
jadi terasa jauh dan lelah banget menuju ke sana. Ampun dah.Bener-bener drama
banget.
Memasuki
warung bu Nur ini suasana di dalam sangat ramai dan kurang segar. Yg lucu meja
dan kursi panjang kayunya hampir sejajar sama tinggi. Sehingga nga jelas mana
meja dan mana bangkunya.Di sini kita mengambil sendiri makanannya dan kemudian
baru di bagian ujung ada kasirnya.Saya baru tahu bahwa nasi jamblang ini
menggunakan daun jati sebagai alas di piringnya.Terus nasi dibuat sekepalan
kecil dan anda tinggal minta nasi satu, dua, atau tiga dan seterusnya. Anda
bisa pilih menunya seperrti sate kentang, pepes ayam, pepes ikan, pepes jamur,
tempo dan tahu goreng, udang balado dan berbagai menu tahu yg disemur dan
banyak yg lainnya. Warnanya yg rada kecoklatan dan suram banget menurut saya
tak ada yg mengundang selera saya.Saya hanya sekedar mencoba mencicipi saja
tapi saya yakin banget kalau saya pasti tidak cocok dengan menu yg disajikan di
sini.
Yang
paling menyolok mengenai nasi yg disediakan di daerah Cirebon ini adalah nasi
yg sama sekali tidak pulen, tak manis dan tak ada rasa sama sekali, hambar buat
saya. Semua menunya tak ada yg masuk di lidah saya sama sekali. Dengan setengah
hati saya memakan menu yg sudah saya beli.Yg makan di sini hanya Evi dan saya
saja. Sri dan Ima sudah kenyang dan tak minat untuk makan lagi. Jadilah kami
makan dengan cepat dan setelah makan kami langsung pulang naik becak. Sebelum
naik becak yg bertugas deal harga adalah Evi. Hasilnya kami naik becak dari
jalan Bima ini ke Siliwangi Hotel Priangan seharga 7,000 rupiah per becak.Ini
setelah kami tahu persis tingkah laku tukang becak di sini.Maka sebelum naik
becak harus tawar menawar dengan jelas biar nga ditipu lagi hahaha.
Kami
tiba di hotel dan langsung mengademkan tubuh dan bergantian mandi. Tapi Sri yg
kelelahan malah tertidur. Yg pertama mandi dan cuci rambut adalah Ima, karena
dia sudah capek dan gerah banget. Maka mandi dan cuci rambut adalah prioritas
utama buat dia. Saya dan Evi hanya leyeh-leyeh ikutan tiduran juga.
Habis
mandi Ima laporan ke kita katanya segar banget setelah selesai mandi air hangat
dan keramas. Rasanya seluruh tubuhnya jadi segar banget. Kayaknya Evi dan Sri
jadi terinspirasi pengen ikutan keramas dan mandi juga. Dari berempat yg paling
terakhir mandi adalah saya tapi saya nga minat cuci rambut.Saya pilih mandi air
panas saja untuk menghilangkan daki di tubuh dan mengurangi kelelahan yg
mendera tubuh saya.Habis mandi kami langsung tertidur lagi.Enak banget.
Belum
lama tertidur Evi sudah bangun dan mengajak kami jalan-jalan malam di kota
Cirebon. Keluar hotel Ima langsung pengen makan Mie Koclok disebelah kanan
hotel. Ada warung Mie Koclok di sana. Saya nga tahu persis kayak apa rasanya
dan bentuk Mie Koclok ini. Mereka bertiga pesan kecuali saya.Jadilah kami pesan
3 porsi karena saya nga begitu minat. Sambil menunggu Mie Koclok selesai
dibuat, saya dan Sri duduk di pinggir trotoar untuk mengademkan tubuh. Karena
di dalam warung Mie Koclok cukup panas.Ohlala nga ada bagus-bagusnya nie udara
di Cirebon.Sungguh menyiksa banget.
Saat
mie udah jadi dibuat ternyata kami baru tahu kalau kuah mie koclok ini agak
kental karena campuran santan dan diberi tepung sedikit jadi kuahnya menjadi
kental.Saat dicoba dicicipi rasanya sih biasa aja dan begitu enak.Kecuali Ima
kayaknya menikmati Mie Koclok ini. Karena satu porsi sendirian habis dilalap
sama Ima beserta kuahnya juga. Tapi saya sendiri kurang tahu apakah Sri suka
dengan mie ini atau tidak. Evi pun kelihatan kurang cocok dengan rasa mie
koclok ini.Karena sisa mie ini diserahkan ke saya semuanya hahaha.
Habis
makan mie kami menyusuri jalan Siliwangi ini hanya untuk melihat toko-toko
penjual oleh-oleh khas Cirebon yg ada di sepanjang jalan ini.Pas agak ke ujung
jalan Siliwangi ini kami menemukan Lea Original Store.Dan Sri serta Ima maupun
Evi sangat berminat ingin melihat koleksi Lea ini. Saat kita masuk ke dalam yg
banyak mencoba ke kamar fitting adalah
Sri saja. Dan memang bener Sri serius beli 2 buah jeans di sana. Dan Ima tergiur beli T-Shirt Lea
berwarna kuning telur dan pengen beli jeans bahan kodura tapi ukurannya tidak
ada yg muat…ini agak mengagetkan banget.Padahal Ima sudah jatuh cinta dengan
kodura berwarna kaki ini.Evi juga mencoba jeans tapi pada akhirnya batal karena
kurang cocok di badannya.Yg kurang berminat hanya saya saja. Saat kita sudah
selesai mencoba dan Sri ingin bayar ternyata tidak bisa bayar pakai CC, harus
pakai cash. Kayaknya beliau kurang uang cashnya jadi harus pinjam ke saya atau
Evi. Katanya jaringannya sedang putus jadi nga bisa pakai CC. Setelah
dipikir-pikir lagi akhirnya Sri memutuskan akan mengambil celana tersebut besok
pagi saja saat koneksinya sudah baik. Memang Sri lebih tertarik bayar pakai CC.
Jadilah kami semua pulang tanpa membawa apa-apa. Semua ditunda besok pagi saja
katanya.Kami pulang kembali ke hotel berjalan kaki.Karena semua sudah lelah
kami memilih tidur cepat dan tenggelam dalam mimpi masing-masing.
Saat
sholat subuh saya sudah mendengar Evi dan Ima terbangun untuk sholat subuh.
Disusul dengan Sri yg sholat subuh juga. Saat bunyi-bunyi sedikit gaduh itu ada,
saya masih bisa tidur dan mencoba untuk
tenggelam dalam mimpi. Tapi konyolnya di pagi dini hari begini tiba-tiba Evi
iseng dan kepo banget menanyakan hal yg memang aneh banget. Tiba-tiba Evi
nyeletuk begini : Sri, saat tadi sore kamu naik angkot dan duduk di depan dan di samping supir angkot itu, kamu ngomongin
apa saja sih serius banget dan terlihat sangat akrab banget dengan supirnya.
Saya yg sedang tidur dan melayang tapi tak bisa menutup telinga saya untuk
menyimak pertanyaan Evi yg super duper KEPO banget yah. Saya tiba-tiba bangun
dan balas jawab juga : Gila ya Vi, pagi-pagi buta begini kamu Kepo banget sih
hahahaha. Ditimpali yg lain ketawa ngakak juga. Lagian aneh banget ya.Ngapain
juga nanya yg anegh banget begitu hahahaha.Pagi itu kami bener-bener membahas
cerita tentang Sri yg memang akbrab banget sama si supir itu hahahaha.
Saya
sih sudah beberapa kali melihat dan memperhatikan Sri yg mudah banget
beradaptasi dengan semua orang dan semua kalangan. Dan entah kenapa Sri selalu
senang ngobrol dengan setiap orang yg dijumpainya. Dan dia selalu punya pesona
tersendiri juga untuk menarik perhatian lawan jenisnya hahaha.Beliau sangat
ramah banget.Saya sih angkat topi untuk dia hahaha.
Kami
akhirnya saling menimpali mengomentari pertanyaan Evi dan juga jawaban Sri
tentang kejadian sore itu dengan sang supir hahaha Ampun deh.Itu mungkin bukan
hal yg penting tapi memang itulah yg menarik dari perjalanan ini hahaha
membahas yg tak penting tapi bisa membuat kami tertawa terbahak-bahak.Wanita
banget bukan?Perempuan berdiskusi memang tak tertarik mencari solusi yg berat,
kita hanya berbincang tentang sesuatu yg tak penting tapi kami bisa
mentertawakannya. C’est lavie…
Saya
sampai sempat terpikir bagaimana bisa
kami begitu lama menjomblo dan menghabiskan waktu dengan segala
kesibukan pekerjaan dan kalau ada waktu yg bisa disisipkan maka kami akan
melakukan liburan dadakan dan terkadang tanpa planning yg matang. Tapi kami
berhasil mengisi liburan kami dengan manis meskipun tanpa planning. Bahkan
liburan ke luar negeri pun sering dadakan tanpa planning yg pasti.Itu mungkin
karena kami masih bebas dan single jadi boleh mengambil keputusan secara
spontan saja.
Secara
pribadi saya tak pernah punya niat teguhakan mencari pasangan hidup. Walaupun
saya tak akan menolak kalau ada yg sesuai dengan sikon saya. Tapi saya tak pernah
berusaha ataupun terobsesi membuat target.Masukan atau komentar orang
disekeliling saya biasanya saya anggap angin lalu.Dan saya bukan tipikal wanita
yg mudah terintimidasi dengan komentar-komentar miring dan selalu
memperdebatkan tentang status wanita belum lengkap tanpa pernikahan hahaha. Aha
buat saya itu sudah menjadi pola pikir yg jauh tertinggal di belakang saya.
Hidup bukan soal menikah atau tidak menikah. Tapi bagaimana saya bisa
mengisinya dengan cara hidup yg saya inginkan dan pantas buat saya. Tentu saja,
saya tak bisa memaksakan pola pikir saya ke semua orang.Tapi saya percaya pada
diri saya sendiri bahwa hidup terlalu konyol kalau saya fokus dengan urusan
pernikahan saja. Jadi saya lebih asyik dengan cara hidup yg saya yakini saja.Dan
membuat planning yg umum-umum saja buat hidup saya.Tidak ada yg special dan
fantastic banget.
Meskipun
lucu banget pada akhirnya kami tertidur lagi.Kami baru bangun ketika petugas
mengetuk pintu kamar kami untuk mengantarkan sarapan pagi.Sarapan pagi kami 2
porsi roti bakar, satu porsi mie goreng dan satu porsi nasi goreng. Kami
sepakat mencampurnya sedikit-sedikit biar semua bisa makan roti bakar, mei
goreng dan nasi goreng. Ternyata setelah icip-icip sedikit、ternyata
rasanya oke juga looo. Lumayan cocok di
lidah saya.
Ketika
pagi sudah tiba dan kami sudah terbangun semuanya berkat petugas yg mengetok
pintu kamar kami, semua riuh kembali ingin mandi.Saya lupa siapa yg pertama
kali mandi pagi yah.Mungkin Ima atau Evi atau Sri?Yg pasti bukan saya yg
pertama.Kami masih sibuk menonton TV sambil ngobrol ngalor ngidul.Di antara
mereka semua yg paling terakhir mandi biasanya saya.Nah itu memang kebiasaan
saya.Saya memang paling malas berlibur menyesuaikan jadwal dan kebiasaan saya
dengan yg lainnya.Tapi perjalanan kami kali ini agak mulus dan tidak terlalu
ngoyo banget pengen melihat berbagai tempat di Cirebon.Kami pilih yg
asyik-asyik saja.
Pukul
10 pagi kami akhirnya memutuskan akan pergi ke keraton Kasepuhan Cirebon. Saya
nga jelas apa yg akan kami lihat di sana. Apakah keraton ini cukup terkenal
atau tidak. Jadi kami berempat nga ada yg tahu sama sekali. Tapi sebelum
berangkat Evi dkk mencoba bertanya ke bagian resepsionis bagaimana caranya ke
sana. Kami memang memilih naik angkot dari pada naik becak.Sebab kami sudah
trauma dengan penipuan tukang becak di sini.
Minggu
16 Mar 2014, Pukul 10:00 pagi kami keluar hotel. Udara Cirebon yg sangat panas
ini segera membakar kulit dan badan rasanya langsung gerah. Kami keluar dengan
menggunakan payung tapi masih saja kulit
wajah seperti panas. Keringat mulai keluar.Kami berjalan menuju lampu merah dan
mencegat mobil dengan logo GP-Gunung Sari – Plered berwarna biru muda.
Nice and interisting story
ReplyDelete