Tuesday, April 26, 2011

Good,Bad,Who knows?

Kakak kandung saya menelpon saya dengan sangat sumringah dan terdengar sangat bahagia di telpon. Saya bertanya-tanya dalam hati saya,apa gerangan yg membuat dia begitu bahagia? Usut punya usut ternyata dia bertemu kembali alias reuni dengan sahabat masa kecilnya yg selama ini tinggal di Bandung. Sahabat masa kecilnya ini pulang kampung karena sedang membangun bisnis perumahan di kampung saya. Memang benar akhir-akhir ini kampung saya banyak didatangi para investor lokal, karena saat ini penduduk yg sudah relatif modern lebih suka tinggal di perumahan dengan berbagai fasilitas yg lumayan baik dibandingkan dengan rumah-rumah biasa. Keadaan ini merangsang para investor untuk berlomba-lomba membangun perumahan untuk kaum menengah ke atas.

Kakak kandung saya yg memang punya bakat berbisnis sangat tertarik dengan rencana sahabatnya untuk menjadi partner dalam membangun perumahan ini. Mereka pun sepakat untuk bekerjasama dalam membangun perumahan ini. Maka mereka mulai mendirikan kantor pemasaran dan mulai mengincar lokasi yg strategis di kampung saya untuk dijadikan perumahan. Kakak saya yg memiliki latar belakang pendidikan Fakultas Hukum dan lulus dari Fak.Hukum jurusan Pertanahan dan juga lulusan Hukum Agraria dari UI. Dan latar belakang pendidikan ini membuat dia memiliki wawasan yg baik dalam hal pembelian dan pembebasan lahan tanah dari penduduk setempat. 

Selain membantu secara operasional dan secara hukum, kakak saya pun menginvestasikan sejumlah uang untuk membangun perumahan ini. Dan sebagai imbalannya sahabatnya ini menjanjikan akan memberikan sebuah rumah dengan harga tertentu dan sistem bagi hasil yg menurut kakak saya cukup adil. Maka kakak saya pun sangat antusias bekerja dan menginvestasikan uangnya karena nilai imbalannya memang cukup sepadan. Maka kakak saya pun bekerja dengan sangat tekun membantu bisnis perumahan ini.

Berhubung kerjasama ini antara 2 sahabat yg saling percaya, maka kakak saya sejak awal tidak membuat kontrak atau perjanjian mengenai syarat-syarat dan kesepakatan yg jelas di atas kertas bermaterai. Hanya modal saling percaya saya. Saya pun bingung bin aneh ya, koq kakak saya yg lulusan Fak.Hukum itu bisa-bisanya membuat kesepakatan hanya lisan saja. Aneh!

Awal dimulainya bisnis ini semuanya baik-baik dan lancar saja. Semuanya happy-happy saja. Tak sampai satu tahun, bisnis ini pun terlihat sangat lancar dan mulai membuahkan hasil yg sangat sukses. Seiring dengan makin suksesnya dan semakin sibuknya kantor perumahan mereka ini, maka direkrutlah beberapa staff untuk mengelola kantor ini. Berhubung bisnis keluarga maka yg dipakai pun staffnya masih terbilang saudara alias adik kandung sahabat kakak saya ini. Walaupun yg dipakai masih saudara sendiri memang tidak ada masalah sih. Semuanya baik-baik saja.

Setelah berjalan 2 tahun bisnis makin besar dan besar. Maka muncul tambahan staff yg baru lagi, masih dari keluarga sahabat kakak saya ini. Tapi sejak makin besar bisnis ini mulai terlihat bahwa sahabat kakak saya ini berubah sikap. Dia mulai mengendalikan sendiri bisnis ini tanpa melibatkan kakak saya. Semua keputusan dan hal-hal yg terkait pengembangan baru dan uang mereka kelola sendiri di kalangan keluarganya. Sikap ini membuat kakak saya merasa gerah dan tak puas. Maka untuk menghindari konflik sesama sahabat, maka kakak saya secara resmi meminta mundur terartur dan meminta uangnya agar segera dikembalikan saja sesuai dengan perjanjian lisan itu dengan nilai konversi sesuai harga pasar saat ini.

Tapi sayang seribu sayang  karena perjanjian tertulis tak ada sama sekali, maka sahabatnya ini terlihat ogah-ogahan dalam menyelesaikan masalah keuangan ini. Bahkan dia hanya bersedia mengembalikan modal saja ditambah bunga modal selama 2 tahun saja. Hal ini membuat kakak saya tak puas dan tak terima. Maka dia coba nego ulang sebagai sahabat tapi hasilnya nihil. Yg ada kakak saya merasa dibikin kayak bola pingpong, dan terlihat kayak mengemis untuk mengambil uang yg sudah diinvestasikan. Hal ini membuat kakak saya nelongso banget.

Akhirnya dia curhat ke saya kalau sedang mengalami masalah dengan sahabatnya. Dulu kakak saya sangat bahagia menemukan sahabatnya kembali. Dengan sejuta impian yg melambung tinggi mereka merenda bisnis bersama, semua terlihat baik dan indah. Tapi siapa yg menduga apa yg dulu merupakan good news sekarang berubah menjadi bad news....

Nego ulang yg tak menemukan titik temu dan win-win solution, maka membuat kakak saya berang. Maka dia pun melayangkan surat somasi ke sahabatnya melalui seorang pengacara. Maka sahabatnya ini sementara dikenakan kasus pidana penipuan. Entah apa yg ada di benak sahabatnya saat ini. Tapi yg jelas kakak saya sudah patah arang dan siap bertempur habis-habisan. Siapa yg akan jadi arang dan abu belum tahu. saya pun mendukung kakak saya sepenuhnya. Saya justru bilang begini : sekalian aja kalau mau habis, dihabisin saja uangnya... Dia pilih masuk penjara dan menanggung malu atau justru mengembalikan uang tersebut sesuai janjinya...

Kejadian ini mungkin akan menjadi poin pembelajaran buat siapa pun yg membaca artikel ini. Good news, bad news, Who Knows.....Makanya hati-hatilah. Uang tak mengenal saudara atau sahabat....


nuchan@2011
be careful

No comments:

Post a Comment