Menjelang
tahun baru 2013, sudah bukan menghitung hari lagi, tinggal menunggu berapa jam
lagi, kita sudah memasuki tahun baru 2013. Beberapa stasiun TV pun sedang ramai
mengulas beberapa peristiwa penting selama tahun 2012. Mulai dari
peristiwa-peristiwa penting sampai dengan super tidak penting banget, semua
diulas tuntas. Kisah pernikahan para selebritis di tahun 2012, mulai dari pesta
pernikahan terheboh yg diliput oleh media secara besar-besaran, kalau tidak salah
pernikahan Anang-Ashanty, dan sampai
pernikahan yg tertutup dari incaran media karena artisnya tidak mau peristiwa
penting dalam hidup mereka ini jadi konsumsi publik.
Pernikahan selebritis terheboh sepanjang tahun 2012
- Anang Hermansyah dan Ashanty
- Olla Ramlan dan Aufar
- Nassar dan Muzdalifa
- Nunung dan Iyan
- Vino G Bastian dan Marsha Timothy
Kaleidoskop perceraian artis sepanjang tahun 2012
- Tere penyanyi dan mantan anggota DPR
- Nova Eliza bintang film dan penyanyi
- Iis Sugianto penyanyi melankolis era 80an
- Tamara Bleszynski bintang sinetron dan bintang film layar lebar
- Paramitha Rusadi bintang sinetron, bintang layar lebar dan penyanyi
- Iwa K dan Selfi KDI penyanyi rap dan penyanyi dangdut
- Wanda Hadimah artis dan anggota DPR
- Cornelia Agatha bintang film dan pemain teater
- Kiki Amalia bintang sinetron dan Markuspemain bola
Saat
ini saya tertarik mengulas tentang angka perceraian yg semakin hari semakin
tinggi di Indonesia. Bukan hanya para selebritis, bukan hanya tokoh politik
tapi di kalangan orang awam pun jumlah perceraian meningkat sangat tajam.
Perceraian sudah tidak begitu tabu lagi. Sebagian orang sudah mulai bisa
menerima perceraian ini sebagai sebuah peristiwa yg tak bisa dihindari. Untuk
apa sebuah pernikahan harus dipertahankan lagi kalau kedua pasangan sudah tidak
cocok lagi, sudah beda visi dan misi dan sudah tidak ada lagi cinta di antara
mereka.
Kalau
dulu pasangan suami istri terpaksa meneruskan status pernikahan mereka walaupun mungkin sudah pisah ranjang,
sudah tidak sejalan, sudah tak bahagia lagi tapi tetap tinggal seatap. Mengapa?
Karena dulu bercerai itu sama dengan sebuah AIB besar bagi sebuah keluarga. Tapi
sekarang pandangan dan nilai-nilai hidup serta norma-norma hidup di masyarakat
Indonesia mulai mengalami pergeseran. Masyarakat sudah mulai bisa menerima
perceraian sebagai sesuatu hal yg biasa terjadi dan tak perlu malu bercerai
kalau memang sudah tidak bisa dipertahankan lagi.
Kaum
wanita juga sudah semakin mandiri secara finansial. Wanita Indonesia sekarang
sudah semakin maju dan mereka sudah sadar pendidikan. Mereka bahkan lebih betah lama melajang saat ini, karena kaum
wanita ingin menikmati kebebasan mereka sebagai wanita lajang yg mandiri secara
finansial lebih lama lagi. Sebagai wanita mandiri yg sangat tahu apa yg mereka
mau dalam hidupnya. Sehingga ketika mereka mencari pasangan hidup pun sudah
sangat penuh pertimbangan dan perhitungan. Dan usia pernikahan kaum wanita pun
semakin lambat. Kalau dulu usia 25 tahun rasanya kog sudah ketuaan dan
cenderung disebut perawan tua. Tapi sekarang kaum wanita yg masih lajang di
usia 30an bahkan 40an pun masih dianggap biasa dan normal, khususnya di ibu kota
metro seperti Jakarta. Usia pernikahan semakin melambat. Pria dan wanita
semakin butuh waktu lama untuk bisa memutuskan untuk menikah dan berkomitmen.
Karena mereka semakin menikmati kebebasan hidup.
Kesibukan
dengan urusan pekerjaan dan juga aktivitas di luar rumah yg sangat padat juga membuat
wanita dan pria saat ini keasyikan dengan dunianya masing-masing sehingga
menikah bukan sebuah target yg harus buru-buru dijalankan. Bahkan saya pikir
semakin lama mereka mengalami kebebasan hidup, maka semakin sulit bagi mereka
untuk berkomitmen bagi pasangannya.
Menikah itu identik dengan keterikatan satu sama lain dan setiap pasangan harus belajar menyesuaikan semua kebiasaan mereka masing-masing. Termasuk dalam hal life-style, mengelola keuangan, time management, tujuan hidup, visi dan misi hidup mereka dan sebagainya. Masing-masing tidak bisa mengambil keputusan atas kemauannya sendiri. Semua harus didiskusikan. Dan ini saya pikir bukan sebuah hal yg mudah untuk menyatukan dua dunia yg berbeda. Kalau TIDAK dibangun sebuah pengertian yg besar dan tak berbatas dan rasa saling percaya, maka sebuah pernikahan itu bisa karam dan hancur hanya dalam hitungan bulan. Cinta itu bisa berakhir menjadi benci. Orang bijak berkata : cinta dan benci itu cuma beda TIPIS.
Menikah itu identik dengan keterikatan satu sama lain dan setiap pasangan harus belajar menyesuaikan semua kebiasaan mereka masing-masing. Termasuk dalam hal life-style, mengelola keuangan, time management, tujuan hidup, visi dan misi hidup mereka dan sebagainya. Masing-masing tidak bisa mengambil keputusan atas kemauannya sendiri. Semua harus didiskusikan. Dan ini saya pikir bukan sebuah hal yg mudah untuk menyatukan dua dunia yg berbeda. Kalau TIDAK dibangun sebuah pengertian yg besar dan tak berbatas dan rasa saling percaya, maka sebuah pernikahan itu bisa karam dan hancur hanya dalam hitungan bulan. Cinta itu bisa berakhir menjadi benci. Orang bijak berkata : cinta dan benci itu cuma beda TIPIS.
Saya
sudah menyaksikan sendiri bagaimana pernikahan teman-teman di lingkungan kantor
saya dan di lingkungan perumahan saya,
pernikahan mereka berakhir hanya karena
hal-hal yg di mata saya sangat sepele sekali tapi bisa menghancurkan sebuah
pernikahan. Hal yg sepela bila dilakukan terus menerus dan tak bisa didamaikan lagi, maka memang akan berakhir di meja pengadilan. CERAI.
Ada
teman saya, setelah 3 tahun menikah, akhirnya harus bercerai, hanya karena beda
gaya hidup antara dia dan suaminya. Suaminya sangat hemat luar biasa sedangkan
istrinya cenderung boros. Meskipun mereka sama-sama memiliki income sendiri-sendiri
tapi mereka berbeda gaya dalam hal mengelola keuangan. Hal ini menjadi pemicu
perceraian mereka. Suaminya tidak tahan dengan sifat istrinya yg boros. Padahal
saya sebagai wanita lajang melihat kejadian itu sungguh sangat sepele sekali.
Yah menurut saya, wanita di mana pun kalau ada kesempatan, mereka senang memanjakan dirinya, seperti ke salon
untuk cream bath, lulur, mani-pedi dan lain-lain. Itu sudah menjadi sebuah
kebutuhan buat kaum wanita. Yah memang sih kelihatan sepele sekali ya, masak
cuci rambut saja mesti ke salon. Memang tidak bisa di rumah? Bukan. Bukan tidak bisa cuci rambut sendiri atau tidak bisa
potong kuku sendiri, tapi memang wanita itu ditakdirkan BOROS dan pria
ditakdirkan sebagai mesin uang buat kaum wanita untuk memuaskan hasrat borosnya
kaum wanita hahaha. Bukankah begitu teman? Jadi kalau ada pria kaget dapat
istri boros, saya malah kaget kalau lihat pria pelit…Pria kog pelit, walaupun
mereka bilang bukan pelit tapi hemat. Saya melihat dari sisi feminim wanita
bahwa cowo yg hitung-hitungan dengan
uang itu saya sebut PELIT hahaha…. Ini
sudut pandang saya dari wanita lajang lo…Entahlah buat mereka yg sudah menikah
hahaha. Saya merasa bahwa pria tak perlu repot dan pusing dengan kebiasaan kaum
wanita yg boros ini, selama kaum wanita itu menghabiskan uang untuk
kesenangannya ini memakai dana dari koceknya sendiri. Hehehe. Suaminya hanya
boleh protes kalau istrinya memakai dana dari sang suami hahaha..Makanya wanita
harus mandiri secara finansial, supaya bisa menghamburkan uangnya sendiri
hehehe jangan ketergantungan dengan dana suaminya.
Memang
sungguh rumit ya untuk membina rumah tangga di zaman yg serba-edan ini.
Bertambah rumit dan rentan sebuah pernikahan ini karena wanita dan pria
sama-sama mandiri. Karena dua-duanya sama-sama mandiri, kebayang khan
masing-masing punya selera dan egonya sendiri. Dan tidak ada yg bisa mengalah
duluan. Zaman ibu saya, hampir semua kendali rumah tangga dan kendali keuangan di
tangan seorang pria. Ada satu dua orang yg sang wanitanya memegang kendali tapi itu sangat jarang di zaman ibu saya. Karena zaman ibu saya, wanita menikah itu sudah pasti jadi
ibu rumah tangga, di rumah saja dan hanya mengurus rumah dan anak saja. Tidak
lebih dan tidak kurang. Pokoknya yg memikirkan nafkah dan cari makan pasti kaum
pria. Masing-masing punya tugas. Dan wanita cenderung lebih banyak mengalah
demi keluarga. Makanya angka perceraian mungkin lebih rendah di era ibu saya.
Sekarang semua itu sudah berubah. Wanita dan pria punya kesempatan pendidikan yg sama. Punya kesempatan bekerja dan meniti karir sangat luas. Dan wanita sekarang sangat mandiri dan mereka juga sangat agresif dalam menentukan calon pasangannya.
Kemandirian mereka ini bisa jadi keuntungan tersendiri buat kaum wanita. Saat mereka menikah dengan pria yg ternyata secara impian tak sama dengan yg mereka bayangkan. Atau berubah sikapnya dan tingkah lakunya, dan apabila perubahan ini tak bisa ditolerir kaum wanita atau pasangannya, maka alamat biduk pernikahan ini akan karam. Wanita sekarang tidak akan memiliki kesabaran yg luas untuk memahami EGO kaum pria. Mereka tidak segan-segan mengugat cerai suaminya.
Seorang teman saya menikah dengan duren aka duda keren. Sayang duren ini sudah 2X cerai dan dua-duanya cerai hidup. Masing-masing punya anak. Gila, track recordnya lumayan tak menyenangkan. kalau saya pribadi sih agak kurang sreg ya. Tapi yg pacaran dan jatuh cinta terus menikah khan bukan saya, tapi teman saya. Cinta kilat mereka ini cukup membuat saya sedikit shock. Karena hanya dalam tempo 2 bulan teman saya berani mengambil keputusan yg luar biasa banget. Buat saya, ini menyangkut masa depan dan hidup dia, tapi dia berani mengambil keputusan besar hanya dalam hitungan bulan saja. Luar biasa. Antara salut dan kaget banget buat saya. Tapi saya sebagai teman yg baik, khan wajib berbahagia kalau dia merasa bahagia. Dan saya tak perlu ikut campur untuk semua keputusan dia. Biarlah dia belajar dari hidup ini dengan cara yg indah atau dengan cara yg pahit. Semua pasti ada hikmahnya. Jadi semua keputusan dia, saya dukung saja. Tanpa banyak komentar. Jangan pernah menasehati orang yg lagi jatuh cinta, itu seperti menegakkan benang basah.SIA-SIA.
Tampang sang pria duren ini, okelah lumayan cakep. Walaupun cakep itu relatif untuk tiap orang. Kantong juga lumayan tebal. Cukuplah untuk menafkahi keluarga besarnya. Saya bilang besar, karena sang duren ini harus menafkahi 4 anak dan satu mantan istri juga, plus keluarga barunya. Ckckck. Bener-bener rumit. Saya pribadi mungkin sangat sulit untuk bisa legowo dan berdamai dengan hati saya, dengan situasi seperti itu. Ampun dah. Dibutuhkan cinta dan kelapangan dada seperti teman saya ini. Hebat dia. Bisa legowo.
Melihat betapa dia bahagia banget dengan pilihannya ini, saya pun turut bahagia. Saya sudah melupakan latar belakang suaminya yg menurut saya mengkhawatirkan sekali. Saya berharap semua baik-baik saja dan teman saya terus punya kelapangan dada.
Tapi setelah hampir 1 tahun berjalan, semuanya tidak seindah yg dia bayangkan, seperti saat pacaran. Sifat asli suaminya mulai terkuak. Suaminya tidak sabaran. Dan cukup egois. Tidak mau diatur. Tidak mau dikasih saran. Boros. Dan sering menghamburkan uang seolah-olah dia punya mesin cetak uang. Teman saya yg baru hitungan bulan jadi istrinya sempat terguncang dan kaget. Gimana tak kaget, karena setelah dia lihat finansial atau arus keuangan suaminya tidak seperti terlihat dari gaya hidupnya yg terkesan wow gitu. Akhirnya ini menjadi batu sandungan buat teman saya. Kadang-kadang meskipun sedang cekak, suaminya tidak mau merubah gaya hidupnya. Itu bisa berpotensi besar pasak dari tiang. Aya-aya wae. Tentu saja, yg terjebak dalam rasa khawatir sang istri.Bener-bener diluar dugaan.
Perbedaan dalam gaya hidup dan cara mengelola keuangan ini, menjadi salah satu pemicu keretakan rumah tangganya. Di samping itu teman saya juga kurang mahir dalam hal masak-memasak. Maklumlah truly career woman hahaha.Jauh dari dapur cuma dekat dengan laptop doang hahaha.
Mungkin ini juga menjadi cacat buat suaminya. Berhubung sang suami sudah punya alat pembanding dengan mantan-mantan istrinya tentu ini bisa memperburuk keadaan. Cara melayani mantan istrinya terdahulu menjadi alat ukur dia, untuk menilai, istri barunya hehehe. Bener-bener berat. Istri sebelumnya, pintar masak tapi boros, tidak bisa mengelola uang dengan baik. Teman saya mahir mengelola uang, tapi tidak mahir memasak. Halah selalu ada plus minus ya. Tidak ada manusia yg sempurna. Nobody perfect. Jadi situasinya itu jaka sembung banget. Tapi karena pacaran kilat jadi semua ketidakcocokan itu tak pernah terlihat. Setelah berjalan bulan demi bulan, baru mereka menyadari bahwa mereka memiliki kebiasaan dan sifat yg sangat berbeda. Sayang sekali.
Masing-masing dari mereka berdua ini, sama-sama keras dan merasa bener. Suaminya berharap dan menuntut istrinya mau memahami kebiasaan buruknya dia. Suami menuntut istrinya agar bisa berubah dan beradaptasi dengan semua gaya, kebiasaan dan harapan suaminya. Kasihan sekali, suaminya bermimpi menikahi wanita yg persis dengan impiannya. Sayang sekali harapan dan mimpinya itu tidak terjadi. Karena memang kita hidup di dunia nyata bukan di dalam dongeng atau di negeri 1001 malam. Rasanya tidak adil, bagaimana mungkin suaminya menuntut istrinya menjadi sabar,penuh kasih,punya rasa pengertian yg besar dan mahir memasak serta mahir melayani suaminya, sementara dia sendiri jauh jauh dari pria impian sang istri. Menuntut pasangan menjadi sempurna seperti yg kita mau, padahal kita sendiri pun cacat dan tak sempurna, rasanya selain tidak adil, juga seperti menegakkan benang basah.
Orang bijak bilang jangan pernah berusaha mengubah pasangan kamu tapi sebelum merubah orang lain, sebaiknya yg pertama kita harus mulai dari diri sendiri, berubahlah dan saat kita berubah,maka dunia dan lingkungan kita pun akan terlihat ramah, indah dan berubah. Dunia ini akan terasa ramah dan indah ketika kita memutuskan bahwa kita akan berubah keras terhadap diri sendiri dulu bukan menghakimi orang lain atau lingkungan kita. Saat kita mengacungkan jari telunjuk, menunjukan kesalahan orang lain, empat jari kita yg lain, sepakat dan merapat menunjuk diri kita sendiri. Yg harus berbenah adalah diri kita sendiri. Kenali diri sendiri dulu. Mungkin suaminya lupa ya, dia sudah melakukan kesalahan 2X dengan yg terdahulu. Sayang dia tak pernah belajar. Jadilah begini.
Suasana memanas. Dua-duanya keras. Dua-duanya benar. Amarah memuncak. Cinta berubah benci. Tangis kemarahan. Tangis penyesalan. Semua beradu. Semua kelabu. Jalan satu-satunya adalah menuju MEJA HIJAU. Semua harus dituntaskan. CERAI. Tak ada maaf.
Sekarang semua itu sudah berubah. Wanita dan pria punya kesempatan pendidikan yg sama. Punya kesempatan bekerja dan meniti karir sangat luas. Dan wanita sekarang sangat mandiri dan mereka juga sangat agresif dalam menentukan calon pasangannya.
Kemandirian mereka ini bisa jadi keuntungan tersendiri buat kaum wanita. Saat mereka menikah dengan pria yg ternyata secara impian tak sama dengan yg mereka bayangkan. Atau berubah sikapnya dan tingkah lakunya, dan apabila perubahan ini tak bisa ditolerir kaum wanita atau pasangannya, maka alamat biduk pernikahan ini akan karam. Wanita sekarang tidak akan memiliki kesabaran yg luas untuk memahami EGO kaum pria. Mereka tidak segan-segan mengugat cerai suaminya.
Seorang teman saya menikah dengan duren aka duda keren. Sayang duren ini sudah 2X cerai dan dua-duanya cerai hidup. Masing-masing punya anak. Gila, track recordnya lumayan tak menyenangkan. kalau saya pribadi sih agak kurang sreg ya. Tapi yg pacaran dan jatuh cinta terus menikah khan bukan saya, tapi teman saya. Cinta kilat mereka ini cukup membuat saya sedikit shock. Karena hanya dalam tempo 2 bulan teman saya berani mengambil keputusan yg luar biasa banget. Buat saya, ini menyangkut masa depan dan hidup dia, tapi dia berani mengambil keputusan besar hanya dalam hitungan bulan saja. Luar biasa. Antara salut dan kaget banget buat saya. Tapi saya sebagai teman yg baik, khan wajib berbahagia kalau dia merasa bahagia. Dan saya tak perlu ikut campur untuk semua keputusan dia. Biarlah dia belajar dari hidup ini dengan cara yg indah atau dengan cara yg pahit. Semua pasti ada hikmahnya. Jadi semua keputusan dia, saya dukung saja. Tanpa banyak komentar. Jangan pernah menasehati orang yg lagi jatuh cinta, itu seperti menegakkan benang basah.SIA-SIA.
Tampang sang pria duren ini, okelah lumayan cakep. Walaupun cakep itu relatif untuk tiap orang. Kantong juga lumayan tebal. Cukuplah untuk menafkahi keluarga besarnya. Saya bilang besar, karena sang duren ini harus menafkahi 4 anak dan satu mantan istri juga, plus keluarga barunya. Ckckck. Bener-bener rumit. Saya pribadi mungkin sangat sulit untuk bisa legowo dan berdamai dengan hati saya, dengan situasi seperti itu. Ampun dah. Dibutuhkan cinta dan kelapangan dada seperti teman saya ini. Hebat dia. Bisa legowo.
Melihat betapa dia bahagia banget dengan pilihannya ini, saya pun turut bahagia. Saya sudah melupakan latar belakang suaminya yg menurut saya mengkhawatirkan sekali. Saya berharap semua baik-baik saja dan teman saya terus punya kelapangan dada.
Tapi setelah hampir 1 tahun berjalan, semuanya tidak seindah yg dia bayangkan, seperti saat pacaran. Sifat asli suaminya mulai terkuak. Suaminya tidak sabaran. Dan cukup egois. Tidak mau diatur. Tidak mau dikasih saran. Boros. Dan sering menghamburkan uang seolah-olah dia punya mesin cetak uang. Teman saya yg baru hitungan bulan jadi istrinya sempat terguncang dan kaget. Gimana tak kaget, karena setelah dia lihat finansial atau arus keuangan suaminya tidak seperti terlihat dari gaya hidupnya yg terkesan wow gitu. Akhirnya ini menjadi batu sandungan buat teman saya. Kadang-kadang meskipun sedang cekak, suaminya tidak mau merubah gaya hidupnya. Itu bisa berpotensi besar pasak dari tiang. Aya-aya wae. Tentu saja, yg terjebak dalam rasa khawatir sang istri.Bener-bener diluar dugaan.
Perbedaan dalam gaya hidup dan cara mengelola keuangan ini, menjadi salah satu pemicu keretakan rumah tangganya. Di samping itu teman saya juga kurang mahir dalam hal masak-memasak. Maklumlah truly career woman hahaha.Jauh dari dapur cuma dekat dengan laptop doang hahaha.
Mungkin ini juga menjadi cacat buat suaminya. Berhubung sang suami sudah punya alat pembanding dengan mantan-mantan istrinya tentu ini bisa memperburuk keadaan. Cara melayani mantan istrinya terdahulu menjadi alat ukur dia, untuk menilai, istri barunya hehehe. Bener-bener berat. Istri sebelumnya, pintar masak tapi boros, tidak bisa mengelola uang dengan baik. Teman saya mahir mengelola uang, tapi tidak mahir memasak. Halah selalu ada plus minus ya. Tidak ada manusia yg sempurna. Nobody perfect. Jadi situasinya itu jaka sembung banget. Tapi karena pacaran kilat jadi semua ketidakcocokan itu tak pernah terlihat. Setelah berjalan bulan demi bulan, baru mereka menyadari bahwa mereka memiliki kebiasaan dan sifat yg sangat berbeda. Sayang sekali.
Masing-masing dari mereka berdua ini, sama-sama keras dan merasa bener. Suaminya berharap dan menuntut istrinya mau memahami kebiasaan buruknya dia. Suami menuntut istrinya agar bisa berubah dan beradaptasi dengan semua gaya, kebiasaan dan harapan suaminya. Kasihan sekali, suaminya bermimpi menikahi wanita yg persis dengan impiannya. Sayang sekali harapan dan mimpinya itu tidak terjadi. Karena memang kita hidup di dunia nyata bukan di dalam dongeng atau di negeri 1001 malam. Rasanya tidak adil, bagaimana mungkin suaminya menuntut istrinya menjadi sabar,penuh kasih,punya rasa pengertian yg besar dan mahir memasak serta mahir melayani suaminya, sementara dia sendiri jauh jauh dari pria impian sang istri. Menuntut pasangan menjadi sempurna seperti yg kita mau, padahal kita sendiri pun cacat dan tak sempurna, rasanya selain tidak adil, juga seperti menegakkan benang basah.
Orang bijak bilang jangan pernah berusaha mengubah pasangan kamu tapi sebelum merubah orang lain, sebaiknya yg pertama kita harus mulai dari diri sendiri, berubahlah dan saat kita berubah,maka dunia dan lingkungan kita pun akan terlihat ramah, indah dan berubah. Dunia ini akan terasa ramah dan indah ketika kita memutuskan bahwa kita akan berubah keras terhadap diri sendiri dulu bukan menghakimi orang lain atau lingkungan kita. Saat kita mengacungkan jari telunjuk, menunjukan kesalahan orang lain, empat jari kita yg lain, sepakat dan merapat menunjuk diri kita sendiri. Yg harus berbenah adalah diri kita sendiri. Kenali diri sendiri dulu. Mungkin suaminya lupa ya, dia sudah melakukan kesalahan 2X dengan yg terdahulu. Sayang dia tak pernah belajar. Jadilah begini.
Suasana memanas. Dua-duanya keras. Dua-duanya benar. Amarah memuncak. Cinta berubah benci. Tangis kemarahan. Tangis penyesalan. Semua beradu. Semua kelabu. Jalan satu-satunya adalah menuju MEJA HIJAU. Semua harus dituntaskan. CERAI. Tak ada maaf.
Kejadian ini memang pahit. Tapi harus dijalani. Tak perlu disesali. Life must go on. Saya merasa itu hanya bunga-bunga kehidupan. Kadang kita harus mengalami hal yg pahit dulu untuk mencapai manis madu kehidupan. Saya berharap teman saya akan bisa melewati semua ini dan menjadi manusia yg seutuhnya, semakin tabah, sabar dan baik. Biarkan semua kenangan pahit itu menjadi sebuah obat yg membuat hidup teman saya semakin sehat dan baik di masa yg akan datang. Saya percaya tidak ada yg kebetulan dalam hidup ini. Tuhan tahu apa yg terbaik buat umatnya. Like a rainbow after the rain, there’s always a good thing after the pain. Be strong my friend. New year, new life, and new hopes. GBU!
nuchan@01012013
Life is beautiful indeed.
No comments:
Post a Comment