Rasanya saya sudah sering menulis, kalau sedang traveling ke mana saja, pasti urusan paling merepotkan buat saya adalah makan. Karena perut saya memiliki tingkat keanehan yg cukup tinggi. Saya cuma bisa makan masakan ala Medan,masakan ala Padang, masakan ala China atau setidaknya makanan ala Sunda seperti lalap-lalapan. Selebihnya gelap banget.
Sekali waktu saya punya rencana mau liburan ke Beijing selama satu minggu. Dan boss saya yg saat ini bertugas dan tinggal di Beijing tanya ke saya, bagaimana masalah makanan? Kamu suka makanan apa katanya? Ada masalah tidak dengan makanan Chinese Foods? Saya jawab : Tidak ada masalah. Secara selama saya tinggal di Indonesia maka setelah masakan Padang maka masakan China adalah yg paling popular atau umum ditemukan di beberapa resto di Indonesia. Maka dengan senang hati saja jawab bahwa saya tidak ada masalah dengan masakan China. Berdasarkan info dari saya maka boss saya mengatur semua makan siang dan makan malam semuanya di resto dengan masakan ala China. Saya pun tenang-tenang saja, merasa bahwa perjalanan ke Beijing ini tak akan mengalami masalah yg krusial tentang makanan.
Malam pertama di Beijing saya diajak makan di resto China, masakannya mirip kayak Shabu-Shabu di Jepang, tapi bau bumbunya sangat menusuk hidung saya. Ketika teman saya tanya mau pilih bumbu yg mana? Saya bilang yg pedas saja yah, karena saya suka makan masakan yg pedas. Teman saya mencoba mencampurkannya dengan bumbu yg ada cabenya…Setelah saya icip-icip sedikit, rasanya benar-benar tak jelas dan baunya bikin saya mual banget. Kuahnya sudah dipenuhi seperti minyak, tapi baunya sudah membuat saya terperangkap dan sulit bernafas. Alhasil saya tak bisa makan sama sekali. Saya baru menyadari kalau cabe yg digunakan untuk campuran kuah shabu-shabu tersebut terbuat dari cabe merah kering yg sudah digiling dan ditaburkan di kuah shabu-shabunya. Saya benar-benar mabok mencium baunya. Saya tak kuat mencium bau cabe kering itu. Baunya langau banget. Bahkan rasanya cenderung aneh di lidah saya.Entahlah.
Malam pertama saja saya sudah mengalami gegar budaya dengan masakan China di Beijing. Maka bisa dibayangkan kayak apa penderitaan saya di malam-malam selanjutnya. Saya sama sekali tak bisa makan masakan China ala Beijing. Rasanya sangat beda dengan masakan China yg ada di Selatan seperti Hongkong, Shenzen, dll. Masakan China bagian Utara dan China bagian Selatan ternyata beda banget. Selama satu minggu saya mengalami masalah yg cukup pelik dengan masakan China di bagian Utara ini. Satu-satunya masakan yg bisa saya toleransi hanya Peking Duck yg di Dadong Resto Beijing. Selebihnya tak jelas.Gelap. Saya benar-benar tak kuat bertahan di negeri yg tak memiliki bumbu cabe segar ini. Capek dech! Halah repotnya punya lidah yg tak bisa beradaptasi dengan berbagai rasa ini. Ampun dah!Taubat.
Sekali waktu saya punya rencana mau liburan ke Beijing selama satu minggu. Dan boss saya yg saat ini bertugas dan tinggal di Beijing tanya ke saya, bagaimana masalah makanan? Kamu suka makanan apa katanya? Ada masalah tidak dengan makanan Chinese Foods? Saya jawab : Tidak ada masalah. Secara selama saya tinggal di Indonesia maka setelah masakan Padang maka masakan China adalah yg paling popular atau umum ditemukan di beberapa resto di Indonesia. Maka dengan senang hati saja jawab bahwa saya tidak ada masalah dengan masakan China. Berdasarkan info dari saya maka boss saya mengatur semua makan siang dan makan malam semuanya di resto dengan masakan ala China. Saya pun tenang-tenang saja, merasa bahwa perjalanan ke Beijing ini tak akan mengalami masalah yg krusial tentang makanan.
Malam pertama di Beijing saya diajak makan di resto China, masakannya mirip kayak Shabu-Shabu di Jepang, tapi bau bumbunya sangat menusuk hidung saya. Ketika teman saya tanya mau pilih bumbu yg mana? Saya bilang yg pedas saja yah, karena saya suka makan masakan yg pedas. Teman saya mencoba mencampurkannya dengan bumbu yg ada cabenya…Setelah saya icip-icip sedikit, rasanya benar-benar tak jelas dan baunya bikin saya mual banget. Kuahnya sudah dipenuhi seperti minyak, tapi baunya sudah membuat saya terperangkap dan sulit bernafas. Alhasil saya tak bisa makan sama sekali. Saya baru menyadari kalau cabe yg digunakan untuk campuran kuah shabu-shabu tersebut terbuat dari cabe merah kering yg sudah digiling dan ditaburkan di kuah shabu-shabunya. Saya benar-benar mabok mencium baunya. Saya tak kuat mencium bau cabe kering itu. Baunya langau banget. Bahkan rasanya cenderung aneh di lidah saya.Entahlah.
Malam pertama saja saya sudah mengalami gegar budaya dengan masakan China di Beijing. Maka bisa dibayangkan kayak apa penderitaan saya di malam-malam selanjutnya. Saya sama sekali tak bisa makan masakan China ala Beijing. Rasanya sangat beda dengan masakan China yg ada di Selatan seperti Hongkong, Shenzen, dll. Masakan China bagian Utara dan China bagian Selatan ternyata beda banget. Selama satu minggu saya mengalami masalah yg cukup pelik dengan masakan China di bagian Utara ini. Satu-satunya masakan yg bisa saya toleransi hanya Peking Duck yg di Dadong Resto Beijing. Selebihnya tak jelas.Gelap. Saya benar-benar tak kuat bertahan di negeri yg tak memiliki bumbu cabe segar ini. Capek dech! Halah repotnya punya lidah yg tak bisa beradaptasi dengan berbagai rasa ini. Ampun dah!Taubat.
No comments:
Post a Comment