Apa
kamu pernah berpikir berapa banyak momen-momen berharga, indah dan berkesan yg
sudah pernah kamu lalui selama ini? Apakah itu momen berharga dan indah bersama keluarga, sahabat, kolega
kerja, tetangga dan bahkan momen indah bersama diri kamu sendiri. Apakah ada
momen yang berkesan dan bersemayam abadi di hati kamu, dan momen itu terus merajai hati dan pikiran kamu. Sehingga saat kamu resah, lara dan jatuh, momen itu bisa
membuat kamu bangkit lagi untuk menghadapi hidup yg serba tak pasti ini.
Saturday, December 29, 2012
Monday, December 24, 2012
I love both of Ang Lee & Zhang Yimou
Ada dua orang sutradara Asia yg saya kagumi yaitu Ang Lee dan Zhang Yimou.
Ang Lee, salah satu hit maker yg pernah menyutradarai film seperti :
Crouching Tiger and Hidden Dragon, Hulk, Brokeback Mountain dan yg terbaru saat ini, salah satu the best movies 2012 Life of Pi
Ang Lee, salah satu hit maker yg pernah menyutradarai film seperti :
Crouching Tiger and Hidden Dragon, Hulk, Brokeback Mountain dan yg terbaru saat ini, salah satu the best movies 2012 Life of Pi
Sunday, December 2, 2012
5 reasons I love winter
Do you have a favorite season? I love winter…
Untuk saya yg cukup lama hidup di negara tropis maka
bayangan tentang keindahan hidup di negara 4 musim itu sama sekali tak ada di
benak saya. Tapi dulu sekali, semasa sekolah, saya sangat memimpikan untuk bisa sekali saja
dalam hidup saya menikmati keindahan hidup di musim dingin aka winter season. Saya
selalu menyukai postcard yg menampilkan pemandangan gunung-gunung dan
pohon-pohon yg dibalut salju putih.
The grass is always greener on the other side
Apakah kamu pernah memiliki
perasaan bahwa kamu ingin hidup seperti orang lain yg kamu kagumi. Saya pernah.
Bahkan sering kali saya bermimpi memiliki kehidupan yg penuh warna seperti
orang-orang yg saya kagumi. Apakah ini salah? Saya pikir tidak ada yg salah.
Asalkan kita tahu bahwa perasaan itu jangan sampai membuat kita tidak
menghargai apa yg kita miliki saat ini.
Memang betul kata orang bijak
bahwa rumput tetangga selalu lebih hijau. Kita selalu berpikir bahwa kita akan
lebih bahagia dalam situasi yang berbeda. Sehingga kita sering menginginkan
kehidupan orang lain. Dan kalau sampai perasaan itu sudah menjadi obsesi itu
bisa berbahaya. Karena kita akan menjadi
cenderung lupa mensyukuri apa yg sudah kita miliki saat ini sebagai berkat
Tuhan.
Sunday, November 18, 2012
How Perth Surprised Me
Birunya Indian Ocean dan indahnya pasir putih di
Cottesloe Beach mampu menahan kakiku untuk tidak beranjak dari sana. Hilir
mudik berbagai pasangan di sepanjang pantai sambil bermain dengan anjing mereka
yg berlari dan menari-nari di sepanjang pasir putih membuat aku hanya diam
terpaku di bangku besi yg tersedia di sepanjang pedestrian road yg ada di
pinggir Cottesloe Beach. Aku bahkan tak bisa mengambarkan perasaanku saat itu.
Aku terlalu hanyut dengan semua keindahan alam yg terhampar di depan mataku.
Tuesday, October 23, 2012
Catatan perjalanan musim panas ke Jepang July 2012
Saya seringkali merasa kesulitan menuliskan jurnal
perjalanan saya, kalau sudah berlalu sekian lama. Karena saya harus
mengingat-ingat kembali urutan perjalanan saya secara spesifik, dan itu
ternyata sulit. Padahal saat saya melakukan perjalanan saya dari Jkt-KL-Osaka-Kyoto-Nara-Osaka-Kobe-Osaka-Sapporo-Furano-Sapporo-Osaka-KL-Jkt ini, saya sudah punya segudang cerita yg akan
saya tuangkan dalam tulisan saya. Bagaimana perasaan saya yg up and down bak
roller coster menghadapi jalur perjalanan yg sangat panjang. Wow rasa lelah
karena panjangnya jalur yg saya harus jalani, sempat membuat saya menyesal
membuat itinerary yg begini. Di atas kertas rasanya rencana saya terlihat mudah
dijalankan. Tapi saat saya melakukan perjalanan ini, hanya Tuhan yg tahu isi
hati saya. Dan saya bener-bener merasa bahwa Tuhan ada buat saya, saat saya
down karena terjebak rasa lelah yg luar biasa, Dia seperti hadir di benak saya
memberi semangat. Saat rasa lelah saya hilang dan tiba di tempat berikutnya dan
saya menemukan pengalaman baru yg menyenangkan, maka saya sejenak bisa
melupakan rasa lelah saya, dan saya merasa bersyukur kepadaNya karena ternyata
diujung sana selalu ada sesuatu yg
membahagiakan. Dan rasa seperti ini terus berlangsung selama perjalanan saya,
up and down. Kalau seandainya kamu pernah membuat rencana perjalanan yg sangat
padat, maka kamu akan memahami rasa yg ada di hati saya hahaha. Curhat nie ye…Mungkin
itu bagian dari cara memaknai hidup yg serba berwarna ini ya.
Wednesday, October 17, 2012
Shinsaibashi-Suji Shopping Arcade Osaka
Malam ini 13 Juli 2012, saya menghabiskan waktu malam saya
sambil berjalan-jalan di sekitar Shinsaibashi-Suji Shopping Arcade.
Shinsaibashi adalah salah satu shopping centre yg sangat popular di
Osaka-Jepang. Kamu akan dengan mudah menemukan toko-toko product ternama dunia
di sini seperti Coach,Dior,Chanel,Gucci,Louis Vuitton,Diesel,Cartier,Harry
Winston,Versace,Armani,Fendi,Dolce &Gabbana, Giorgio Armani,Rolex,Beams, Hermès,Omega,Givenchy,
Yves Saint-Laurent,Dunhill,BVLGARI,Samantha Thavasa,Franck Muller,Benneton,Uniqlo,Gap,Ships,United
Arrows,H&M,dll. Mata kamu akan dimanjakan oleh pesona malam hari di
Shinsaibashi. Lampu-lampu malam yg terang benderang dan keramaian pengunjung yg menghabiskan waktu mereka di Shinsaibashi-Suji
Shopping Arcade membuktikan bahwa shopping arcade ini bener-bener menjadi icon
dan landmark Osaka yg memiliki daya pikat tersendiri buat penduduk lokal Osaka.
Jembatan Shinsaibashi yg menjadi landmark Osaka ini
sebelumnya di tahun 1622 hanya berupa jembatan yg terbuat dari kayu sepanjang
35 meter dengan lebar 4 meter yg dibangun oleh Shinsai Okada, salah satu
pedagang lokal yg juga turut menggali Nagahori –River Canal ini. Dan setelah
selesai dibangun, maka nama jembatan ini pun diberi nama sesuai pendirinya
Shinsaibashi. Tahun 1873, jembatan Shinsaibashi yg terbuat dari kayu diganti
dengan jembatan yg terbuat dari besi yg melengkung dan diimpor dari Jerman
dengan panjang 37.1 meter dan lebar 5.2 meter.
Jembatan besi yg melengkung ini dianggap tidak biasa pada masa itu
dan lama menjadi topik pembicaraan yg
hangat dan popular dikalangan penduduk Osaka.
Tahun 1909, jembatan besi melengkung diganti menjadi
jembatan batu pertama di Osaka. Jembatan batu ini berpagar batu dan berukir
bentuk daun di pagarnya. Pada malam hari jembatan itu diterangi oleh delapan
lampu gas. Jembatan yang indah dan elegan ini dijuluki "Jembatan
Kacamata" oleh warga kota karena jembatan dengan refleksi dari dua
lengkungan batu di air, tampak seperti sepasang kacamata ( Eyeglasses Bridge )
Tahun 1964, Nagahori-River Canal direklamasi menjadi jalan
dan jembatan pun diturunkan.
Pada tahun 1973, untuk
memperingati ulang tahun ke-100 nya,
jembatan besi buatan
Jerman dibangun kembali dan
sekarang menjadi jembatan penyeberangan
di Tsurumi Ryokuchi
Park.
Pada tahun 1997 dibuka pusat perbelanjaan
bawah tanah di bawah jalan Nagahori-Street.
Sejarah panjang tentang Shinsaibashi ini seiring
dengan pembangunan daerah Shinmachi di
Utara dan diikuti pembangunan Dōtonbori
theatre di bagian Selatan, maka jembatan Shinsaibashi ini menjadi jembatan
penghubung dan sekaligus menjadi landmark Osaka yg sangat popular. Toko-toko yg
ada disekitar daerah ini pun berkembang sangat pesat dan kini tempat ini pun
menjadi salah satu main shopping area di Osaka. Kalau kamu ke Osaka maka
sempatkanlah waktu kamu untuk menyusuri Shinsaibashi ini.
Sekilas kamu akan merasa bahwa Shopping Centre itu di negara mana saja kelihatannya sama saja. Tidak ada bedanya. Apalagi yg dipajang dan diperdagangkan merek-merek ternama, tidak ada yg aneh. Tapi menurut saya sendiri, barang boleh sama, tapi aura yg menghiasi shopping centre di setiap negara itu punya feel dan aura masing-masing. Pengunjung dan penjual pun punya gaya dan fashion yg sangat unik, yg tidak bisa kamu samakan seperti negara lain. Mereka punya gaya sendiri.
nuchan@072012
Tuesday, September 25, 2012
The Simple Things In Life That Make Me Happy
Sebulan yg lalu seorang kenalan saya dari Seoul mengabarkan
kalau dia akan berlibur di Indonesia. Rencananya pertengahan September dia akan
berlibur kek Pulau Bali dan transit di Jakarta 3 hari 2 malam. Melalui status di FB dia menghubungi saya dan
mengabarkan kalau dia akan berlibur di Indonesia. Tentu saja saya senang
mendengar berita ini. Dan saya berjanji akan bertemu dia di Jakarta, walaupun
sekedar makan siang atau makan malam. Karena saya dan dia belum jelas tentang
rencana liburan dia. Tapi jauh-jauh hari saya sudah mengatur agar saat dia
datang, jadwal saya sedang kosong.
Bagaimanapun juga saya ingin ketemu dia.
Sebenarnya perkenalan saya dengan dia, sebut saja namanya
Bee, hanya singkat saja. Waktu itu saya sedang berlibur di Hokkaido Jepang dan
Bee saat itu berada satu kamar dengan saya. Saya menginap di Jimmy Backpacker
Hostel di daerah Susukino – Sapporo.
Kami menginap di dormitory, Female Room, 6 bunk beds. Waktu itu Bee habis
berlibur di Furano dan transit satu malam di Sapporo. Kami menghabiskan waktu semalam
saja, menikmati suasana malam di Susukino – Sapporo. Udara malam yg sangat dingin dan
menusuk tulang, tapi kami nekat berkeliling mengitari Susukino. Susukino Area
ini adalah pusat hiburan malam terbesar di Sapporo. Di sana kamu akan dengan mudah
menemukan bar, pub, restaurant dan tempat-tempat karaoke. Dan kami menikmati malam itu dengan membeli jajanan
yg paling popular di Jepang yaitu Takoyaki
Gindaco. Saya sebenarnya tak begitu suka makan Takoyaki, tapi malam itu saya
ikutan saja dengan Bee dan Mikachan menyantap Takoyaki. Terasa aneh di lidah
saya, karena ini pertama kalinya saya makan Takoyaki. Dan malam itu kami
bener-bener bersenang-senang.Udara dingin tak menghalangi kami untuk mengitari
Susukino. Tapi sayang sekali di Sapporo ini pukul 10 malam suasana kotanya
sudah terasa sunyi.
Pagi berikutnya, Bee membanguni saya, dan mengajak saya
jalan-jalan ke pasar tradisional di Sapporo. Biasanya pukul 7 pagi, pasar
tradisional ini sudah buka. Walaupun saya malas bangkit dari tidur saya, tapi
saya tetap harus bangun. Hati saya mendua, satu sisi saya ingin melihat suasana pasar pagi di
Sapporo dan juga saya tak tega juga membiarkan Bee jalan sendiri ke pasar pagi
ini sendirian. Tapi di sisi lain saya ngantuk banget dan masih ingin bergelung
di dalam selimut. Tapi meskipun berat, saya tetap memaksakan kaki saya untuk
jalan kaki menemani Bee ke Nijo Fish Market di South 3-jo East 1- to 2-chome.
Dan memang terbukti sesampainya di Nijo Fish Market ini, Bee sudah niat banget akan sarapan pagi, makan seafood yg masih segar. Kami berkeliling di Nijo Fish Market, mencari-cari resto kecil yg menyajikan makanan segar seafood. Setelah berputar-putar akhirnya kami ketemu juga. Dan Bee memesan makanan seafood, yg saya sendiri tak ingat nama menunya. Saya sendiri tak berniat makan seafood. Saya tidak gemar makan seafood. Jadi saya hanya menemani Bee makan di sana. Daripada bengong lihatin Bee makan seafood, saya malah beli ice cream rasa milk yg segar banget. Aje gila,pagi-pagi saya makan ice cream. Tapi ice cream di Sapporo memang terkenal enak sekali. Dan saya pun ketagihan makan ice cream di sana. Jadilah pagi itu, kami menjadi turis yg sedikit aneh, yg satu makan ice cream, yg satu lagi makan seafood. Bee bener-bener menikmati makanan seafoodnya dan wajahnya terlihat puas sekali hahaha. Begitulah kisah singkat pertemanan saya dengan Bee. Singkat banget. Satu malam saja dan paginya Bee sudah harus ke New Chitose Airport dan terbang menuju Tokyo.
Dan memang terbukti sesampainya di Nijo Fish Market ini, Bee sudah niat banget akan sarapan pagi, makan seafood yg masih segar. Kami berkeliling di Nijo Fish Market, mencari-cari resto kecil yg menyajikan makanan segar seafood. Setelah berputar-putar akhirnya kami ketemu juga. Dan Bee memesan makanan seafood, yg saya sendiri tak ingat nama menunya. Saya sendiri tak berniat makan seafood. Saya tidak gemar makan seafood. Jadi saya hanya menemani Bee makan di sana. Daripada bengong lihatin Bee makan seafood, saya malah beli ice cream rasa milk yg segar banget. Aje gila,pagi-pagi saya makan ice cream. Tapi ice cream di Sapporo memang terkenal enak sekali. Dan saya pun ketagihan makan ice cream di sana. Jadilah pagi itu, kami menjadi turis yg sedikit aneh, yg satu makan ice cream, yg satu lagi makan seafood. Bee bener-bener menikmati makanan seafoodnya dan wajahnya terlihat puas sekali hahaha. Begitulah kisah singkat pertemanan saya dengan Bee. Singkat banget. Satu malam saja dan paginya Bee sudah harus ke New Chitose Airport dan terbang menuju Tokyo.
Yg menarik dari sebuah
traveling adalah saya selalu memiliki kesempatan menjalin persahabatan baru
dengan sahabat-sahabat baru dari berbagai negara. Kadang-kadang kami hanya
berkenalan sangat singkat waktunya tapi bisa menjadi teman dan sahabat yg
menyenangkan seolah-olah kami sudah kenal baik sebelumnya. Dan perasaan seperti
itu sering kali memberikan kebahagiaan buat saya pribadi. Rasa senang memiliki
sahabat baru ini, membuat saya sering melihat hidup ini penuh dengan segala
kejutan yg menyenangkan. Begitu mudahnya berbahagia. Hal-hal sederhana seperti
ini membuat saya merasa hidup dan ingin
membuka pintu-pintu persahabatan seluas-luasnya. Saat seperti itu saya sudah
menanggalkan segala kesukuan, ras, agama dan bangsa. Yg ada hanya rasa gairah
mendapatkan sahabat baru.
tobecontinue
nuchan@092012
Tuesday, September 18, 2012
Pempesan kosong ala DKI Jakarta
Untuk
pertama kalinya dalam hidup saya, saya begitu bergairah menanti Debat Kandidat
Pemilu - Dua pasang calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Fauzi
Bowo-Nachrowi Ramli dan Djokowi-Ahok hadir dalam Debat Kandidat Pemilu Cagub
dan Cawagub DKI Jakarta di Jakarta Memilih - The Final Round ditayangkan Live
oleh Metro TV pukul 19:05, 16 September
2012.
Debat
ini menjadi sebuah tontonan yg menarik buat saya karena cagub dan cawagub incumbent Foke-Nara ini sering mengeluarkan
komentar-komentar konyol dan menimbulkan kesan bahwa beliau bukan seorang gubernur
tapi tak lebih dari seorang calon comedian yg sedang ikut audisi jadi pelawak.
Dan semakin beliau melakukan sindiran-sindiran konyol terhadap visi dan misi Djokowi-Ahok, maka semakin publik
bisa melihat bahwa semua komentarnya itu tak bermutu dan seperti pelawak yg
sedang ikut audisi ngelaba. Ampun dah. Dan ini membuat saya betah duduk diam
melihat Metro TV dan tak beranjak sama sekali. Saya tak mau kehilangan momen
saat mereka berdua Foke-Nara melontarkan komentar konyol. Saya justru terhibur dengan komentar-komentar
mereka berdua. Saya tertawa melihat debat ini. Di mata saya debat ini seperti pempesan kosong ala DKI
Jakarta. Meraka berdua pasangan serasi bila ikut audisi jadi pelawak hahaha
bukan bertarung menjadi cagub dan cawagub DKI Jakarta. Kasihan sekali.
Saat
Foke berkomentar konyol yg menyebutkan : Uang Segunung Tak Selesaikan Masalah
Jakarta. Saya pun setuju. Pemirsa di rumah pun pasti sebagian setuju dengan
komentar itu. Yg diperlukan untuk menyelesaikan masalah Jakarta ini bukanlah
uang segunung tapi Good Will dan Kejujuran. Kemauan yg baik dari para
pejabatnya untuk membenahi Jakarta ini lebih dibutuhkan daripada uang segunung.
Dana APBD DKI tahun 2012 sebesar 36.7 triliun itu seharusnya sudah lebih dari
cukup untuk meningkatkan fasilitas DKI,
kalau pejabatnya mengelola dana tersebut dengan jujur. Bukannya dengan
gaya hidup seperti yg dimilikinya saat ini. Itu dia saat bicara berpikir tidak.
Biaya kesejahteraan pribadinya saja cukup menghidupi ribuan orang miskin yg ada
di Jakarta. Masih bisa berkomentar konyol dia. Heran yah.
Jargon
Foke yg pernah bilang, serahkan Jakarta pada ahlinya saja sudah bikin para
penduduk DKI muak. Apa yg dilakukannya selama 5 tahun terakhir tak lebih dari
lelucon dan dagelan kosong. Saat melihat iklan di TV saja, saya mual dan pengen
muntah melihatnya. Saya kog berpikir itu yg bikin iklan dimana nuraninya? Malah
ada seorang penyanyi dangdut kondang yg tega melakukan isu SARA untuk
menghantam pasangan Jokowi-Ahok. Mereka menuding bahwa ibu kandung Jokowi
Non-Muslim sedangkan Ahok disebut-sebut seorang kafir karena memang beragama Kristen Protestan.
Negeri ini sudah merdeka 67 tahun dari penjajah asing tapi otak dan pikiran
penduduknya masih dijajah dan terpenjara oleh SARA. Makanya tak pernah bisa
maju seperti China yg melesat bak
peluru. Indonesia masih berputar-putar dijaring kemiskinan. Kesenjangan
antara yg kaya dan miskin semakin jauh. Sebenarnya si Raja Dangdut itu sudah
pernah menulis lirik lagu “ Yg kaya
makin kaya Yg miskin makin miskin” dan itu masih terjadi sampai detik ini,
mulai dari Orde Baru sampai masuk Era Reformasi, tapi masih begitu-begitu saja.
Pemilu selalu menggadang-gadang agama. Seolah-olah rakyak Indonesia ini masih
bodoh. Ini yg bodoh rakyat Indonesia atau pemimpinnya yah? Kasihan sekali.
Foke
juga menyindir Jakarta bukan Solo. Terus memang bedanya apa bapak gubernur yg
terhormat? Maksudnya di Solo yg dipimpin dan diatur manusia, sedangkan di
Jakarta yg dipimpin dan diatur syetan,alien,kambing,kerbau,musang berbulu domba dll? Begitu
maksudnya? Dimana logikanya yah? Kelihatan tulalitnya yah. Jakarta dan Solo itu
sama saja boss. Bedanya hanya skalanya doang. Justru kalau bisa sukses di Solo
seyogyanya bisa sukses di Jakarta dong. Ini sudah jelas domain kerjanya sama
saja kog. Hanya soal manajemen saja. Kalau system dibangun dengan jelas dan
berpihak pada rakyat kebanyakan seharusnya bisa sukses dong. Sekali lagi hanya dibutuhkan
Good Will dan Kejujuran saja. Dan saat ini itu sudah dimiliki oleh Jokowi dan
Ahok. So kenapa mesti menyindir-nyindir begitu…Seharusnya Foke itu malu ya,
sudah 20 tahun lebih berkutat di Birokrasi Jakarta dan katanya ahli tentang Jakarta tapi
apa yg beliau hasilkan selain, macet,banjir, pemukiman kumuh bertambah,
pedagang kaki lima digusur, polusi
dimana-mana. Pasar tradisional terbakar dimana-mana. Justru yg bertambah
secara-gila-gilaan franchise dan mini market modern sebut saja 7 Eleven, Lawson, Alfa Mart, Indo
Maret, K-Mart dll, sampai sulit menghapalnya saking bertabur kayak jamur.
Jakarta semakin hari semakin semrawut dan kotor. Itu saja sudah menunjukkan
bahwa betapa konyolnya kota ini, dipimpin ahlinya tapi apa yg terjadi dan Anda
lihat kini? Seorang teman saya yg lama bermukim di Belanda bilang Jakarta Kota Horor…
Setiap
hari pasti ada kematian karena tabrak lari, setiap hari pertumbuhan kendaraan
meningkat tajam baik motor maupun mobil tapi pertumbuhan ruas jalan tak
meningkat sama sekali. Solusi kemacetan yg dijargon dengan MRT, Monorail dan
Busway tapi yg terlaksana justru busway
itupun mengambil 1/3 atau bahkan ½ dari ruas jalan yg ada. Malah menambah kusut
masai suasana jalanan di ibukota.
Pembangunan mall-mall dan bangunan yg jelas-jelas komersial dan konsumtif terus
bertambah semakin menggila, sehingga kebutuhan listrik menjadi meningkat tajam.
Bayangkan sebuah mall besar di Jakarta bisa menghabiskan penggunaan listrik
sebanding dengan penggunaan listrik di sebuah kecamatan. Gila. Izin-izin
pembangunan mall terus diizinkan tanpa henti. Ini apalagi urusannya kalau bukan
soal uang suap dan pemberian IMB yg tidak terkontrol.Uang bisa mengalahkan semuanya.
Tata-kota berantakan karena pejabatnya korup. Kalau memang dia waras seharusnya pembangunan
mall-mall sudah dihentikan dari dulu. Jakarta tidak butuh mall. Kenapa tidak
membangun pasar-pasar murah yg bersih,sehat dan higienis? Dan itu jelas-jelas akan
memberikan stimulus buat peningkatan kesejahteraan masyarakat yg berada di
level grass-root. Bukannya sibuk membangun jalan tol dan mall. Dasar sakit.
Negeri ini aneh dipimpin para bedexxh ya
begini deh jadinya. Negeri ini memang cocok disebut sebagai negeri kumpulan
para bedebah. Capek deh.
nuchan@092012
Jakarta Memilih 092012
Wednesday, August 29, 2012
Pesona malam di Shinsaibashi - Osaka
Diantara megah dan meriahnya Shinsaibahi ini, saya masih
menemukan sebuah kuil di sekitar sana.
Saya melihat beberapa penduduk local melakukan sembahyang di sana. Kuil yg dihiasi dengan lampion yg
sedang menyala ini terlihat sangat indah
di malam hari. Lampion-lampion yg disusun rapat dan sedang menyala, dengan warna warm white ini, menimbulkan
sensasi kehangatan dan keindahan di malam hari. Suasana temaram, mencegah kaki
saya untuk beranjak ke tempat lain. Saya mengamati tamu-tamu yg datang dan
pergi setelah sembahyang di kuil ini. Mereka terlihat mengagumi arsitektur
bangunan kuil ini. Saya mencoba memotret dan mengambil beberapa photo yg
menarik di sekitar kuil ini. Bagi saya kuil ini seperti pemandangan Jepang di
masala lalu. Saya pernah menonton film Memoirs of a Geisha yg sangat popular di tahun 2005 dan
dibintangi oleh Zhang Ziyi, Ken Watanabe dan Michelle Yeoh. Film ini membuat
saya terhanyut pada romantisme Jepang di masa lalu. Arsitektur bangunan Jepang
di masa lalu ini, seolah-olah masih tersisa di beberapa lokasi yg ada di
Shinsaibashi ini. Masa lalu memang
seringkali membuat saya menjadi melo dan cengeng.
Saya menyusuri
gang demi gang yg ada di seputar Shinsaibashi ini. Saya menemukan berbagai
restoran kecil di sudut-sudut gang tersebut yg sedang dipenuhi para pengunjung
yg sedang minum-minum. Yah ini bener-bener Jepang. Aktivitas mereka yg paling
umum adalah minum-minum beer atau sake selepas rutinitas kerja. Biasanya di
kantor-kantor tertentu mereka punya acara yg disebut ”nomikai” atau acara
minum-minum bareng. Kalau di Jakarta ini mirip kayak acara clubbing atau
hangout bareng teman-teman dekat. Saat saya tinggal di Niigata tahun 2010
selama 2 bulan, saya tak punya kesempatan sama sekali menyusuri lekak-lekuk
dunia malam di sana, karena saat itu sedang musim dingin. Dimana-mana salju.
Rasanya saat musim dingin lebih menarik bergulung dibawah selimut dan
menyembunyikan sebagian kaki saya dibawah ”kotatsu” atau meja yg dilengkapi
alat pemanas listrik.Bukan kelayapan begini. Setiap gang yg dihiasi lampu-lampu
yg sedang menyala temaram membuat saya betah menjepret sana-sini. Saya mencoba mengabadikan pesona malam di seputar Shinsaibashi Shopping Arcade ini.
nuchan@072012Suasana malam di Shinsaibashi
Tuesday, August 28, 2012
Bule sialan menguji kesabaranku
Suatu kali setelah selesai market survey di Sikka Maumere,
saya dan 2 orang adviser dari Jepang
naik salah satu penerbangan nasional kita dari Bali menuju Jakarta. Saat itu karena
keadaan sangat darurat, maka saya dan
mereka, mempercepat jadwal penerbangan kami 2 hari lebih cepat dari tanggal yg
tertera di tiket, menyesuaikan jadwal terbang Lion Air yg 3X dalam seminggu
antara Bali dan Sikka-Maumere.
Sebab utamanya karena salah satu adviser saya mengalami
cedera pada kaki kirinya, dan cara perawatan,obat-obatan serta peralatan yg ada
di rumah sakit umum Sikka-Maumere
ini kurang memadai. Maka kami memutuskan
mempercepat jadwal kepulangan kami ke Jakarta.
Karena penerbangan Jakarta
–Maumere tidak ada yg langsung, maka kami harus melakukan penerbangan dari
Jakarta-Bali-Sikka-Bali-Jakarta. Itu pun dengan menggunakan 2 maskapai
penerbangan yg berbeda Jadi kami naik Lion Air dulu ke Bali, setelah
itu saya ganti pesawat nasional kita
dari Bali ke Jakarta.
Ketika pesawat kami
mendarat di Ngurah Rai Airport,
saya pun buru-buru menuju salah satu counter pesawat nasional kita ini, untuk mengecek apakah ada pesawat yg
paling cepat yg akan berangkat menuju Jakarta.
Adviser saya yg sedang cedera kaki kiri ini harus segera dibawa ke salah satu
rumah sakit khusus buat orang asing namanya SOS di daerah Kuningan. Beliau
harus mendapatkan perawatan yg layak di Jakarta.
Karena beberapa hari kemudian beliau harus melakukan penerbangan kembali ke
Jepang. Dan semua tiket pesawat sudah dibeli dan reservasi kamar hotel di Jakarta juga sudah
dipesan. Untuk mengantisipasi bahwa luka parah di kakinya ini tidak semakin
memburuk, maka kami memutuskan untuk segera membawa beliau berobat di Jakarta. Dan
rekan kerja yg di Jakarta sudah menghubungi pihak RS dan dokter
agar segera disiapkan. Semuanya sudah diatur. Saya hanya perlu segera mencari
pesawat paling pagi yg harus terbang dari Bali ke Jakarta.
Pesawat Lion Air yg dari Sikka mendarat di Ngurah Rai Airport pukul 9:30pagi. Dan saya segera
berlari menuju counter penjualan tiket pesawat, saya segera memberikan tiket
saya untuk dilakukan re-schedule dengan penerbangan yg tercepat. Setelah dicek
akhirnya petugas bilang ada pesawat berikutnya jam 11 siang atau masih ada yg
jam 12:30. Saat itu saya putuskan untuk terbang dengan penerbangan yg jam 11 siang saja, agar bisa cepat tiba di RS.
Kebayang macetnya di Jakarta
maka saya pikir lebih cepat lebih baik. Saya khawatir adviser saya yg sakit ini
akan makin parah. Saya bener-bener dikejar waktu. Akhirnya setelah berpacu
dengan waktu dan jantung deg-degan karena ternyata petugas yg sedang melakukan
re-schedule pesawat kami ini masih dalam tahap training, sehingga proses
penggantian jadwal dan re-issue ticket ini jadi lama dan beberapa kali error. Saya
pengen maklum dengan kondisi mereka ini, tapi situasi saya yg sudah dikejar
waktu bikin saya tak tahan melihat pelayanan di counter ini yg lelet dan
menjengkelkan. Saya sampai hampir hilang kesabaran. Sudah pukul 10:30 tapi
mereka belum selesai juga. Saya berulang-ulang bilang bahwa kami masing-masing
punya bagasi. Apakah cukup waktunya untuk check-in. Tapi petugas ini tetap
bilang oke-oke. Saya yg sedang diburu waktu dan juga terjebak dengan stigma
bahwa orang Indonesia
ini cenderung tidak bisa dipercaya maka saya jadi dilanda rasa khawatir dan degdegan.
Saya khawatir mereka salah dan akibatnya saya tak bisa terbang, atau bisa
terbang tapi ada masalah. Suasana ini membuat saya harus mengatur nafas saya
dengan benar kalau tak mau saya lepas kontrol dan marah. Setelah dengan
berbagai drama yg menguji kesabaran saya, akhirnya tiket kami selesai juga
dicetak. Meskipun tiket kami akhirnya 2X dicetak ulang karena salah nama dan
juga ada kesalahan dalam penghitungan untuk biaya tambahannya sehingga credit
card saya harus dilakukan ”void” 2X. Ckckck.Tapi akhirnya kami bisa check-in
meskipun terburu-buru banget. Tapi setidaknya kami bisa masuk pesawat tepat waktu.
Mungkin karena kami melakukan reschedule ticket, maka kami
akhirnya mendapat kursi di paling belakang, mentok di dekat toilet. Sebenarnya
buat saya pribadi duduk di mana saja tidak terlalu masalah banget. Apalagi
kalau hanya terbang kurang lebih 2 jam. No problemo. Posisi kursi tidak
penting. Paling-paling saya lebih sering tertidur di pesawat.
Setelah pesawat kami take off dan pesawat sudah berada di
ketinggian mencapai 37,000 kaki, maka terdengar pengumuman bahwa lampu tanda
sabuk pengaman sudah dimatikan. Artinya kami bebas mau pakai sabuk pengaman
atau tidak. Atau boleh ke toilet atau tidak. Saya memilih duduk tenang dan
memainkan game di smartphones saya. Satu orang
adviser saya memilih memandang awan-awan yg sedang berarak melalui
jendela pesawat dan satu orang lagi yg sakit memilih tiduran.
Tak lama kemudian petugas pesawat sudah datang membawa troli
makanan dan sibuk menawarkan berbagai jenis makanan karena memang sudah jadwal
makan siang. Terdengar bunyi-bunyi meja
lipat di pesawat dibuka dan penumpang bersiap-siap untuk makan siang. Kami pun bertiga ikutan membuka meja lipat. Tapi sayang sekali
salah seorang adviser saya agak kesulitan
membuka meja lipat tersebut karena seorang penumpang di depannya itu sedang
mendorong kursinya ke belakang dan dalam posisi berbaring. Lalu dengan sangat sopan, adviser saya meminta
tolong agar posisi kursi yg di depan itu dikembalikan dulu ke posisi standar. Karena
beliau sulit mengatur meja lipatnya.
Tapi entah kenapa
penumpang yg di depan tersebut dengan kasar menolak permintaan tersebut. Saya
yg saat itu melihat kejadian itu kaget. Kaget karena memang saat itu sudah
terlihat semua orang sedang mau makan siang. Bahkan penumpang yg kasar itu pun
sedang membuka meja lipatnya. Pasti dia tahu dong, kalau dia mendorong kursi ke
belakang saat jadwal makan siang begini akan membuat penumpang yg dibagian
belakang dia, kesulitan mengatur meja lipatnya. Kejadian ini hampir membuat emosi saya meledak. Tapi karena
sejak pagi dari Sikka-Maumere saya sudah mengalami berbagai drama, dari satu
drama ke drama berikutnya, saya masih mencoba mengontrol emosi saya. Jam 5 pagi saya
sudah bangun dan mengatur persiapan agar kami bisa mendapatkan pesawat yg
paling pagi dari Sikka. Karena Lion Air yg terbang dari Sikka ke Denpasar itu
hanya 3X seminggu. Dan saya tak bisa membayangkan kalau saya tidak bisa
mendapatkan pesawat paling pagi di hari itu, maka saya harus menunggu 2 hari
lagi. Dan itu tak akan bisa menyelamatkan kaki adviser saya yg luka parah dan
harus ditangani dokter ahli di Jakarta.
Maka pagi itu saya harus berkejaran dengan waktu dan harus konsentrasi penuh
agar saya bisa menyelesaikan tugas saya dengan tepat dan benar. Tapi sayangnya
ada saja peristiwa sepele yg disebabkan human error dari petugas hotel atau
supir mobil yg disewa, dan membuat
segala sesuatunya serba menegangkan, adrenalin di jantung saya meningkat tajam.
Meskipun pada akhirnya berbagai drama ini bisa dilalui dan tiket pesawat paling
pagi tersedia dan bisa terbeli dan kami terbang dengan selamat sampai di Bali tapi
drama itu cukup menguji kesabaran saya. Saya memang berhasil lolos dari amukan
amarah saya. Berulang-ulang saya meredam amarah saya. Karena tugas utama saya
saat ini adalah fokus menerbangkan adviser saya secepatnya ke Jakarta dan
mendapat pengobatan terbaik di SOS Kuningan.
Maka drama penolakan agar
sandaran kursi yg di dorong ke belakang ini bisa dinormalkan tapi dengan
kasar ditolak oleh penumpang lainnya, bikin saya bener-bener pengen memaki si
penumpang sialan ini. Saat itu saya masih menahan diri. Saya berdiri dan
melihat penumpang tersebut ternyata orang asing alias bule. Tubuhnya tinggi
besar dan kakinya panjang. Mungkin karena kakinya panjang maka dia berusaha
mendorong kursi ke belakang agar dia bisa duduk nyaman. Sayang sekali
kenyamanan yg diharapkannya itu menyebabkan kesengsaraan buat orang lain.
Penolakannya ini pun menurut saya sebagai wujud dari sikapnya yg mau enaknya
sendiri tanpa peduli orang lain sengsara atau tidak. Dilihat dari tampangnya
sih dia cukup terdidik, ditambah lagi dia orang asing. Menurut saya, dia pasti
tahu etika di pesawat dong.
Tiba-tiba saja
segala jenis sumpah serapah dan kutukan
dan kalimat makian sudah menari-nari di benak saya. Rasanya lidah saya sudah
gemes pengen memuntahkan segala sumpah serapah dan dan makian ini. Ingin rasanya saya memaki
untuk memuaskan amarah saya yg sudah akan meledak. Tapi sekali lagi saya
mencoba tenang dan berpikir lebih jernih. Saya
menutup mata saya dan menarik nafas sejenak. Setelah itu saya bangkit
dan memanggil seorang pramugrasi wanita. Saya minta tolong sang pramugari agar meminta si penumpang yg di depan adviser
saya ini mengembalikan posisi kursinya menjadi tegak dan kembali normal. Sang pramugari datang dan dengan wajah tegas meminta sang penumpang mengembalikan
posisi kursinya menjadi tegak. Terlihat sang penumpang sialan ini menggerutu tapi dengan terpaksa dia
mengembalikan kursinya posisi tegak kembali. Mungkin karena masih tak puas, mulut
penumpang si bule tadi masih bersungut-sungut.
Mendengar
mulutnya masih bersungut-sungut, lalu saya bilang ke adviser saya begini dengan
sedikit meninggikan suara saya, kalau dia masih tetap menggerutu terus, nanti
saya akan memaki-maki dia. Sembari mengucapkan kalimat itu, rasanya seperti ada
adegan film di kepala saya, yg menampilkan kalau saya sedang menampar si bule
ini dengan tangan saya. Rasanya gambaran itu sedang menari-nari di benak saya. Hasrat ingin menampar si bule
sialan ini begitu mendesak di otak saya. Tapi saya berusaha meredakan kemarahan saya sembari menutup mata saya. Saya
ingin membunuh rasa galau di dada saya, karena menahan kesal. Cukup sudah drama
hari ini saya bilang ke adviser saya ini. Adviser saya tersenyum simpul. Lalu dia bilang
begini, saya tidak suka dia, sangat kasar. Tidak punya etika. Ini pertama
kalinya saya terbang dan bertemu dengan orang yg kasar begini katanya.
Tak pernah terlintas di benak saya ada juga orang
bule dengan balutan baju yg kelihatannya seperti orang terdidik begitu, tapi
kurang punya etika. Tadinya kalau orang Indonesia, mungkin saya masih maklum
kali ya. Mungkin baru pertama kali naik
pesawat jadi belum paham soal etika di dalam pesawat yg nota bene tetap angkutan
umum dan sesama penumpang harus punya etika dan toleransi, karena ini bukan
pesawat pribadi. . Tapi rasanya orang bule begini, hampir nga nyangkut di otak saya, nga mungkin banget deh. Lagian dia terbang di negara saya di
pesawat nasional negara saya, bukan di negara dia. Kalau saya sedang terbang di
negara mereka, terus dia memandang sebelah mata karena kami orang Asia, saya
anggap dia mungkin bule rasis. Tapi ini di luar negaranya, bener-bener tidak sopan dan kurang ajar.
Ini orang bule memang mau seenaknya dhewe aja. Perlu dihajar juga tuch bule
sialan. Ampun dah.
nuchan@082012
uji kesabaran
Sunday, August 19, 2012
Tennōji, Shinsaibashi and Dōtonbori River in Osaka
Saya balik ke Toyo Hotel, dan berniat segera check-in. Saya
ingin mandi dan tubuh saya terasa lengket karena berkeringat. Udaranya memang
sangat lembab. Berada di ruang tunggu Hotel Toyo ini memang bisa membuat tubuh
saya merasa sejuk. Setelah menunggu seorang tamu yg sedang check-in, akhirnya
tiba giliran saya. Saya meminta sang resepsionis untuk segera menerbitkan
tagihan untuk malam ini dan juga untuk 24 Juli 2012. Saya memang sudah
memutuskan akan tidur di hotel ini, saat akan kembali ke Indonesia. Karena
menurut saya lokasinya cukup praktis saat akan menuju bandara KIX. Walaupun
sebenarnya di mana saja di Osaka ini pasti sangat praktis menuju bandara KIX.
Sistem transportasi kereta api yg luar biasa maju dan juga jumlah jalur kereta
api juga sangat banyak. Hampir setiap 10-20 menit pasti ada kereta api yg
melintas di sini. Jadi sebenarnya tak ada yg perlu saya khawatirkan, kecuali
saya harus konsentrasi memikirkan kocek saya, yg dalam sekejab saja bisa
terkuras karena biaya transportasi yg super-duber MAHAL.
Petugas hotel menjelaskan aturan dan juga fasilitas yg tersedia
di sini. Dia juga menyerahkan password untuk WIFI, kunci kamar, sprei putih dan
selimut tipis. Dia mengajak saya menuju kamar saya di lantai 2 No.225. Kamarnya
tidak terlalu besar hanya ukuran 2.5MX1.5M. Hanya ada kasur, AC dan TV model
lama yg 15 inch. Tapi ini lebih dari cukup buat saya. Saya puas karena bisa
bebas tidur sendiri. Bisa buka baju dengan bebas tanpa pusing memikirkan teman
sekamar. Bagus. Sederhana tapi bersifat pribadi. Petugas meninggalkan saya
sendirian. Saya mulai merapikan kamar dan menyusun baju di hanger yg tersedia
di sana. Membongkar ransel saya. Saya ingin merapikan kamar ini dan terus mandi
menghilangkan rasa gerah di badan saya.
Saya turun ke lantai 1 kembali, karena kamar mandi hanya ada
di lantai 1 dekat dengan ruang tamu dan dapur bersama. Kamar mandi yg digunakan
bersama ini hanya ada dua buah. Untung masih jam 15an sore jadi hanya saya saja
yg masih pengen mandi. Kamar mandinya pun sangat sederhana. Tapi lumayan ada
sabun mandi cair, shampoo dan conditioner pelembut rambut, itu cukup membantu
saya tak perlu membawa alat mandi. Saya memuaskan diri mandi dengan air hangat,
rasanya ingin menghilangkan keringat dan daki yg menempel di tubuh saya. Wangi
sabun cairnya membuat saya betah berlama-lama menggosok tubuh saya. Puas
rasanya.
Habis mandi saya belum punya rencana sore ini. Tadinya saya
mau ke kuil Tennoji, tapi kalau sore begini pasti sudah tutup. Saya turun ke
resepsionis lagi,ingin bertanya di mana
shopping mall terdekat. Hasil info dari resepsionis bahwa di Tennoji Station
juga ada shopping mall yg lumayan besar. Pilihannya bisa jalan kaki atau naik
subway. Kalau jalan kaki kira-kira 15-20 menit saja katanya. Atau saya bisa ke
sana dengan subway. Kalau naik subway dari Dobutsuenmae Station hanya one stop
saja katanya. Not bad. Saya baru habis mandi jadi saya lebih suka naik subway
untuk menghemat waktu saya. Saya pikir saya harus jalan-jalan untuk window
shopping di sana.
Dari Dobutsuenmae Station(M22), saya naik subway Midōsuji
Line ke Tennōji Station (M23). Sebelum naik subway, saya tanya petugas di sana, apakah saya
bisa pakai Kansai Thru Pass saya ke Tennōji Station?
Dia jawab, “Bisa”. Saya bisa pakai subway ke mana saja dengan Midōsuji Line
ini. Wow, berita baik dong. Saya tak perlu bayar lagi. Bagus. Saya pun naik
subway ke Tennōji Station. Suasana sore itu tidak terlalu padat, jadi saya bisa dapat duduk. Tapi
yg menarik hati saya saat naik subway atau train di Osaka ini, para
penumpangnya cukup suka berdiri. Walaupun ada kursi yg kosong, mereka akan
dengan senang hati berdiri saja. Tidak gila rebutan kursi kayak di negeri saya.
Menarik bukan?hahaha
Hanya satu stop saja, saya sudah tiba di Tennōji Station,
tak lebih dari 1 menit saja. Saya keluar dari subway dan naik tangga menuju
keluar. Saya baru sadar bahwa shopping mall di Tennōji Station ini
terintegrasi dengan lokasi train dan subway. Dan memang hampir semua railway
station di Jepang ini menyatu dengan pusat perbelanjaan. Ini memang ide yg
baik, jadi saat mau belanja atau pulang dari pusat perbelanjaan kita bisa
langsung naik train, atau subway atau bus.Praktis. Kalau kamu suka dengan
segala sesuatu yg serba praktis, memang pilihan liburan yg tepat, saya pikir
salah satunya adalah Jepang. Saya suka dengan segala kemudahan transportasi yg
ada di sini. Semua tempat bersih dan teratur. Tidak ribet dan tidak ruwet kayak
di negeri saya. Tapi memang semua kemudahan itu dibayar dengan harga yg pantas
kalau tak mau saya sebut MAHAL.
Saya melakukan window shopping di seputar shopping mall yg
ada di Tennōji Station ini. Tangan saya sibuk memotret semua lokasi yg ada di sana. Saya hanya
berputar-putar tanpa memiliki minat untuk belanja. Saya memutuskan tidak akan
belanja apapun, murni hanya window shopping. Kalau mengecek harganya saja,
sudah hampir 3-4X lipat harga barang yg ada di Jakarta.Ckckck mahal.
Sebuah Yukata atau pakaian tradisional wanita Jepang di masa lalu, sedang dijual murah alias ada bargain sale.Jangan heran kalau kamu ada di Jepang mereka tak merasa sungkan memadukan sepatu high-heels dengan kaoskaki yg serba casual ini...Modelnya lucu-lucu.
Bukan hanya mall saja yg ada di Tennōji ini, tapi banyak resto-resto yg menyediakan makanan Jepang dan arak di sana. Hampir setiap resto dipenuhi pengunjung yg sedang minum arak. Memang sepulang kerja pemandangan umum yg saya lihat di Jepang ini adalah resto dipenuhi pengunjung yg makan sambil minum arak.
Ada juga yg jual bunga-bunga yg ukuran kecil...Bagus dan cantik. Tapi jangan cek harganya yah...
Suasana mall yg menjual pakaian wanita saya pikir tidak ada yg istimewa mirip kayak mall di negeri saya. Nothing special.
Tak ada yg bisa menahan hati saya di Tennōji ini, maka saya ingin melanjutkan jalan-jalan saya ke Shinsaibashi saja. Saya pilih naik subway lagi dari Tennōji Station ke Shinsaibashi Station. Subway membawa saya melaju menuju Shinsaibashi Station.
Jarak tempuh dengan subway hanya 5 menit saja, setelah melintasi
Dobutsuenmae, Daikokucho, Namba dan kemudian Shinsaibashi Station(M19). Kini saya tiba di Shinsaibashi Station. Kembali menaiki
anak tangga untuk keluar dari Shinsaibashi station. Tiba di luar saya kembali
melihat pusat perbelanjaan. Kali ini suasananya jauh lebih ramai dari yg sebelumnya. Sore itu lampu-lampu jalan belum menyala semuanya. Lokasi ini didominasi gedung-gedung tinggi tapi warna-warni catnya tidak begitu menyolok. Semuanya cenderung menggunakan warna alam dan datar. Jalanan sebagian terlihat basah karena disiram hujan gerimis sebentar. Saat ini di Jepang memang sudah memasuki Tsuyu. Tsuyu adalah musim hujan diawal musim panas.
Saya berjalan-jalan sore itu menikmati suasana senja yg sedikit basah di seputar Shinsaibashi. Gedung pertama yg membuat saya tertarik adalah sebuah gedung bertingkat dan didominasi warna merah cerah. Setelah saya cek sampai ke dalam gedungnya, ternyata bangunan ini adalah arena bermain Pachinko. Pachinko adalah sejenis game yg sangat populer di Jepang.Begitu banyak mesin-mesin Pachinko yg berjajar rapi di sana. Para pelanggan yg ada di sana begitu ramai sekali. Bunyi yg sangat riuh dari bola-bola yg dipakai saat bermain Pachinko ini begitu menimbulkan bunyi-bunyi yg sungguh gaduh di dalam gedung ini. Para petugas yg memakai baju serbahitam dan rambutnya dicat highlight warna-warni dan ditata sangat funky sekali. Celana dan kemeja hitam yg membalut tubuhnya begitu rapi dan parlente sekali. Mereka terlihat sangat sibuk mengatur dan mengantar bola-bola berwarna silver ini kepada para pelanggan yg memberikan sinyal agar petugas mendekat dan memberikan sekotak bola-bola Pachinko ini. Saya sampai terkagum-kagum melihat cara kerja para petugas yg sangat lincah dan cekatan sekali. Mereka berlari dari satu lorong ke lorong berikutnya bak sedang melakukan atraksi saja.Hebat.
Saya sibuk mengamati permainan ini dengan seksama. Melihat kemeriahan para pemain yg sangat serius nongkrong di depan mesin Pachinko masing-masing. Mereka bahkan tak peduli dengan kehadiran saya yg sedang mengamati tangan mereka yg bergerak menggoyang-goyangkan tuas di mesin Pachinko itu. Pelanggan yg ada itu campur baur, ada yg tua, ada yg muda, ada yg laki dan ada yg perempuan. Ramai sekali. Apa yg menarik dari game ini? Seluruh lantai gedung ini semuanya diisi dengan mesin Pachinko...Dan berita hebohnya, semua kursi di depan mesin Pachinko ini penuh terisi oleh para pelanggan yg sedang bermain di sana. Kira-kira berapa juta omzet mereka per hari kalau melihat semuanya ini. Bulu kuduk saya sampai merinding membayangkan betapa huge-nya bisnis Pachinko ini. Hmm saya hanya mendesah saja tak sanggup memikirkannya.
Pintu masuk menuju ruangan mesin Pachinko dihiasi dengan mawar merah yg ditata rapi dan cantik sekali. Merah seluruhnya persis seperti cat gedung ini merah menyala.
nuchan@072012
to be continued
Friday, August 17, 2012
Okonomiyaki in Chitose's Resto - Osaka
Perut gue sudah lapar berat. Saran petugas Toyo Hotel yg menyarankan gue
makan siang di resto kecil yg tak jauh letaknya dari hotel tersebut gue terima
sepenuhnya. Gue hanya ingin makan siang yg serbamurah dan cepat. Setelah
menitipkan tas dan ransel gue ke resepsionis, gue jalan kaki menuju resto itu.
Baru jalan 5 menit, gue udah bingung dengan banyaknya jalan dan perempatan di
sekitar sini, yg mana jalan menuju resto ini? Saat begini, gue semakin
menyadari kalau gue kurang bisa baca peta dengan baik. Malas terjebak
kebingungan gue menghampiri seorang petugas hotel lain yg ada di sekitar area
ini, gue melihat begitu banyak bangunan hotel di sekitar sini. Hampir semuanya
hotel.ckckck. Bahkan masih banyak hotel yg menawarkan harga yg lebih murah daripada
Toyo Hotel ini. Padahal hasil pelacakan gue di website, gue hanya menemukan
Toyo Hotel ini yg memberikan harga yg sangat kompetitif. Nyatanya di sini
banyak yg lebih murah. Ampun dah.
Gue lalu menunjukkan peta dan nama restonya. Dia tersenyum manis sambil
memberikan petunjuk, jalan mana yg harus gue tuju. Gue meneruskan jalan lagi
menyusuri jalan kecil ini. Satu dua orang penduduk lokal saya temui sedang
asyik berleyeh-leyeh di gang tersebut .
Tempat ini lumayan sepi di siang hari. Gue melihat gedung yg berjajar rapat
sekali dengan jalan-jalan yg tidak terlalu lebar. Ini bener-bener pertama
kalinya gue menyusuri gang-gang yg ada di Osaka. Gue melihat sisi lain dari
kehidupan penduduk lokal di sini. Tiba-tiba gue merasakan pengalaman lain yg berbeda.
Gue memang berharap melihat lebih banyak aktivitas sehari-hari penduduk lokal
di sini. Supaya gue tahu apa yg mereka lakukan sehari-hari, tidak hanya sekedar
mencari daerah turis saja. Rasanya lebih menarik kalau gue bisa melihat
langsung kebiasaan penduduk lokalnya. Gue suka saat bertanya dan mereka dengan
mimik penuh perhatian menolong dan menjelaskan ke gue. Mungkin ada untungnya
gue bisa bahasa Jepang jadi tak ada perasaan khawatir saat memulai komunikasi
dengan penduduk lokalnya. Mereka pun merasa nyaman karena gue bisa bahasa
Jepang, sehingga mereka bisa menolong lebih mudah tanpa kendala bahasa sama
sekali. Ini perjalanan yg relatif tidak
menimbulkan debaran yg terlalu banyak karena gue merasa yakin dan nyaman tak
memiliki kendala bahasa saat berada di sini. Saat gue butuh dan pengen bertanya
semuanya berjalan lancar saja. Akhirnya setelah 2X bertanya, gue tiba juga di
sebuah resto kecil ini yg bernama Chitose.
Resto Chitose ini hampir sama saja dengan umumnya resto kecil yg ada di
Jepang yg saya temui. Kecil dan efisien penataan kursi-kursinya. Saat gue masuk
ke dalam ruangan resto ini tak ada seorang tamu pun di sana. Gue hanya sendiri.
Pemiliknya seorang pria setengah baya tersenyum manis menyambut gue. Mungkin
dia aneh melihat perempuan asing berkulit sawo matang memasuki restonya. Gue
pun tersenyum manis mengimbangi keramahannya. Gue bilang mau mengecek menu
dulu. Beliau lalu menyerahkan menu ke tangan gue. Ada beberapa menu dengan nama
Jepang tapi tak jelas isinya apa ya? Satu persatu nama menu dan isinya gue
tanya ke ownernya,dia lalu menjelaskan isinya dan rasanya. Beberapa saat gue
ragu-ragu mau memilih menu yg mana ya, setelah dipertimbangkan maka gue memilih
makan ”modan yaki” yg isinya campuran beef dan noodle beserta bumbu lainnya yg
dibuat sendiri recipenya sama sang owner. Sembari beliau memasak, gue malah
sibuk menonton acara drama siang yg ada di TV saat itu. Soalnya posisi gue
duduk itu persis menghadap layar TV dan juga dekat dengan tempat memasak
okonomiyaki itu. Sang owner sembari memasak, mengajak gue bercakap-cakap.
”Datang dari negara mana?”
”Indonesia”.
”Di kota mana?”
”Jakarta. ”
”Anda kenal negara saya?Indonesia.”
”Yeah, saya tahu negara Anda Indonesia dari TV. Saya melihat beberapa
kali tentang Indonesia di TV.”
”Yeah, biasanya orang Jepang kenal negara saya karena Pulau Bali.
Apakah Anda pernah dengar Pulau Bali?”
”Yeah, orang Jepang senang berlibur ke Bali. Katanya indah sekali.”
”Ya, saya pikir Pulau Bali memang indah. Anda pernah ke Bali?”
”Belum.”
”Saya harap Anda harus coba berlibur ke sana.”
”Yeah. Saya sangat ingin berlibur. Tapi sulit rasanya meninggalkan resto
ini karena kalau tutup terlalu lama pelanggan akan kesulitan.”
”Berapa lama Anda akan tinggal di Osaka? Apakah Anda bekerja di sini atau
belajar?”
”Oh tidak. Saya hanya berlibur selama 2 minggu saja.”
”2 minggu? Singkat sekali.”
”Apakah Anda sendiri?”
”Ya, saya sendirian.”
”Oh Anda sangat berani.”
”Hahaha ya, itu biasa untuk beberapa wanita di Indonesia. Sekarang banyak
wanita dari berbagai negara yg travelling sendirian.”
”Ya..banyak yang sudah berubah saat ini.”
”Tapi kenapa Anda bisa bahasa Jepang?Anda belajar di mana?”
”Karena saya bekerja di perusahaan Jepang di Indonesia. Saya memang
pernah belajar bahasa Jepang. Dan atasan saya hampir semuanya orang Jepang.
Kami biasanya berkomunikasi pakai bahasa Jepang. Jadi mungkin saya sedikit
terlatih karena mereka.”
”Oh,pantesan Anda bisa bicara lancar sekali. Saya suka mendengarnya.
Bagaimana menyebutkan ”Anata ga suki desu. Matawa Ai shite iru” dalam
bahasa Indonesia?”
”Aku cinta padamu.”
”Oh kalau begitu Aku cinta padamu!”
Mimik wajahnya yg serius saat menyebutkan ”Aku cinta padamu” ini dengan
lafal yg pas, membuat gue tertawa terpingkal-pingkal. Gue bener-bener tersenyum
karena dia begitu lucu. Gue sangat senang karena dia ramah sekali. Gue
menyaksikan tangannya yg lincah menari-nari membuat campuran bumbu modan yaki
ini. Lalu gue bilang biasanya orang Jepang menyukai rasa yg sangat datar ya,
tidak suka dengan rasa dengan bumbu yg sangat kuat. Di negara saya, kami sangat
menyukai makanan dengan bumbu yg sangat kuat dan pedas. Kadang-kadang lidah
saya, serasa kayak terbakar sesaat saat memakan cabe atau bumbu yg sangat
pedas. Kadang karena terlalu pedas, saya sampai menangis hahaha. Dia tersenyum mendengar cerita saya. Lalu dia
menawarkan untuk membagi dua modan yaki saya dengan dua rasa yg berbeda.
Setengah dengan rasa yg original di Osaka ini dan setengahnya lagi dia akan
menambahkan bumbu dengan rasa dan bumbu yg lebih kuat. Saya menjawab, ”Oh
terima kasih banyak, kalau itu bisa dilakukan. Saya akan senang sekali.
Silakan.” Akhirnya dia membaginya menjadi dua rasa yg berbeda. Oh gue begitu
terharu dengan kemurahan hatinya melayani gue. Saat kami berbincang-bincang,
ada seorang pria masuk dan kelihatannya dia pun ingin makan siang di sini. Gue
lihat dia memesan Asahi Beer dan memesan okonomiyaki juga. Gue meliriknya sejenak, dia terlihat sibuk sedang
membaca koran yg ada di tangannya. Kami meneruskan berbincang-bincang. Dan
sesekali pria itu melirik kami berdua.
Setelah asyik berbincang, tak terasa menu modan yaki gue sudah matang dan siap disantap. Aduh air liur gue sudah mau menetes melihat modan yaki ini. Lalu gue tanya ke sang owner gimana cara memakannya, karena ini pertama kalinya gue makan modan yaki. Jadi nga punya clue sama sekali. Lalu dia mengajarkan saya cara memotong dan mengunakan sendoknya. Katanya kudu dimakan saat panas jadi rasanya bisa terasa di lidah gue.Hmmm semoga gue berhasil melakukannya. Pelan-pelan gue potong modan yaki yg rasanya kuat, dan mendekatkannya ke mulut gue sambil menghembuskan nafas gue ke modan yaki ini, untuk mengurangi rasa panasnya, perlahan-lahan masuk ke mulut gue dan rasa bumbunya memang sangat kuat, rasa noodle-nya yg digoreng juga terasa gurih dan ada slice beef-nya ini pun terasa nikmat ditambah taburan cheese yg menempel di sana menimbulkan sensasi rasa yg baru di lidah gue.Gurih dan enak.
Setelah asyik berbincang, tak terasa menu modan yaki gue sudah matang dan siap disantap. Aduh air liur gue sudah mau menetes melihat modan yaki ini. Lalu gue tanya ke sang owner gimana cara memakannya, karena ini pertama kalinya gue makan modan yaki. Jadi nga punya clue sama sekali. Lalu dia mengajarkan saya cara memotong dan mengunakan sendoknya. Katanya kudu dimakan saat panas jadi rasanya bisa terasa di lidah gue.Hmmm semoga gue berhasil melakukannya. Pelan-pelan gue potong modan yaki yg rasanya kuat, dan mendekatkannya ke mulut gue sambil menghembuskan nafas gue ke modan yaki ini, untuk mengurangi rasa panasnya, perlahan-lahan masuk ke mulut gue dan rasa bumbunya memang sangat kuat, rasa noodle-nya yg digoreng juga terasa gurih dan ada slice beef-nya ini pun terasa nikmat ditambah taburan cheese yg menempel di sana menimbulkan sensasi rasa yg baru di lidah gue.Gurih dan enak.
Rupanya melihat mimik muka gue yg coba menikmati modan yaki ini, dia,
sang owner ini penasaran dan ingin mendengar komentar gue. Dia tanya, bagaimana
rasanya? Gue tersenyum bilang ”weenak” Dia balas tersenyum. Kelihatannya dia puas
mendengar komentar gue. Pasti dia takut
kalau gue tak menyukai rasanya hehehe. Walaupun ini pertama kalinya gue makan
modan yaki dan masih merasa kagok dengan rasanya tapi gue yakin ini memang
gegar budaya baru buat gue. Gue tetap suka dengan rasanya yg gurih. Gue mencoba
mencicipi kedua rasa yg disajikannya,
dua-duanya memang enak. Masing-masing punya kenikmatan sendiri. Gue meneruskan
makan modan yaki gue, sembari kadang-kadang kami berbincang-bincang. Gue merasa
nyaman berada di sana. Gue bener-bener menikmati makan siang yg nikmat dan
ketemu dengan sang owner yg menyajikan masakannya dengan resep sendiri dan juga
memasak dengan hati tulus. Gue bisa lihat di matanya. Resto ini kecil banget
tapi bersih dan menyajikan okonomiyaki yg enak sekali. Gue bener-bener jatuh
cinta dengan resto ini. Berulang-ulang gue tersenyum melihat sang owner yg
sedang sibuk meracik bumbu di dekat dapur ini. Tak terasa waktu berlalu begitu
cepat karena jam tangan gue sudah menunjukkan pukul 14:00 siang. Gue harus
balik ke Toyo Hotel dan check in. Gue lalu permisi minta tagihannya berapa. Dia
lalu bilang semuanya 700 yen. Gue menyerahkan uang seribu yen ke tangannya.
Ketika mengembalikan uang kembaliannya ke gue, dia tiba-tiba bilang ingin kasih hadiah kipas tangan ke gue. Dia menyerahkan sebuah kipas tangan yg masih baru dan terbungkus rapi. Gue kaget dan tak tahu harus bilang apa ya. Gue hanya tersenyum sumringah dan bilang terima kasih banyak untuk kebaikan Anda. ”Saya suka dengan okonomiyaki yang Anda masak. Enak sekali. Terima kasih banyak ya.” Aduh mimpi apa saya diberikan kipas tangan sebagus ini. Dia bilang lagi ” Aku cinta padamu” hahaha Gue balas tersenyum juga hahaha ”Yah yah aku cinta padamu juga” hahaha. Ini memang kejadian yg gue tak pernah duga sebelumnya. Lalu gue tanya nama Anda siapa? Dia jawab, ”Hideki Maeda” Terima Kasih Maeda-san. Saya akan ingat terus nama Anda. Terima kasih ya Anda sangat ramah sekali. Mungkin bukan harga kipasnya atau keindahan kipasnya yg membuat gue terharu sekali, tapi pemberian itu memang tulus dari beliau. Mungkin dia juga bahagia berbincang-bincang dengan gue. Selalu memang mengharukan kalau kita bertemu dengan seorang asing di negara lain dan mereka bisa pakai bahasa ibu kita sendiri, akan memberikan kebahagiaan dan kesenangan tersendiri. Seperti ada kedekatan emosional tersendiri. Dan kita menjadi merasa dekat karena dijembatani bahasa yg sama. Ahhh hidup memang penuh kejutan.
Ketika mengembalikan uang kembaliannya ke gue, dia tiba-tiba bilang ingin kasih hadiah kipas tangan ke gue. Dia menyerahkan sebuah kipas tangan yg masih baru dan terbungkus rapi. Gue kaget dan tak tahu harus bilang apa ya. Gue hanya tersenyum sumringah dan bilang terima kasih banyak untuk kebaikan Anda. ”Saya suka dengan okonomiyaki yang Anda masak. Enak sekali. Terima kasih banyak ya.” Aduh mimpi apa saya diberikan kipas tangan sebagus ini. Dia bilang lagi ” Aku cinta padamu” hahaha Gue balas tersenyum juga hahaha ”Yah yah aku cinta padamu juga” hahaha. Ini memang kejadian yg gue tak pernah duga sebelumnya. Lalu gue tanya nama Anda siapa? Dia jawab, ”Hideki Maeda” Terima Kasih Maeda-san. Saya akan ingat terus nama Anda. Terima kasih ya Anda sangat ramah sekali. Mungkin bukan harga kipasnya atau keindahan kipasnya yg membuat gue terharu sekali, tapi pemberian itu memang tulus dari beliau. Mungkin dia juga bahagia berbincang-bincang dengan gue. Selalu memang mengharukan kalau kita bertemu dengan seorang asing di negara lain dan mereka bisa pakai bahasa ibu kita sendiri, akan memberikan kebahagiaan dan kesenangan tersendiri. Seperti ada kedekatan emosional tersendiri. Dan kita menjadi merasa dekat karena dijembatani bahasa yg sama. Ahhh hidup memang penuh kejutan.
Gue lalu mencoba memotret dia kembali dengan kamera Canon gue. Gue merasa
terharu dengan semua kebaikannya ini. Gue hanya bisa memberikan senyuman manis
saja. Gue masih surprise, jadi hanya bisa senyum saja. Gue pun pamit pisah dan
mau balik ke hotel. Maeda-san bilang "sampai bertemu lagi dan hati-hati di
jalan." Gue pun bilang terima kasih
banyak. Dan kami pun harus berpisah. Mengapa setiap kali kita jatuh cinta dengan sebuah tempat dan kemudian harus diakhiri dengan perpisahan. Rasanya berat tapi memang harus dilakukan. Gue akan membawa kenangan ini sepanjang jalan bertamasya di Jepang.
Hari pertama di Osaka, gue sudah diberkati dengan kebaikan seseorang yg
baru gue kenal. Bukankah ini sering membuat kita jatuh cinta dan mencintai
hidup ini karena diberikan kesempatan bertemu dengan orang-orang yg baik hati.
Ini pula yg gue sukai dari travelling, gue selalu punya kesempatan bertemu dan
menemukan berbagai kebaikan dari seseorang dari berbagai belahan dunia dengan
cara yg sangat mengejutkan. Gue tak pernah menduga bahwa gue akan bisa
berjumpa dengan segala keajaiban yg ada di muka bumi. Life is beautiful indeed.
Aku cinta padamu Maeda-san. Kamu memang baik sekali! hahahaha. Artikel ini khusus gue tulis untuk mengenang kebaikan,keramahan dan
nikmatnya masakan okonomiyaki buatan kamu. Sampai jumpa lagi di lain hari!
Osaka, I am in love.
nuchan@072012
Osaka, I am in love.
Osaka, I am in love.
Subscribe to:
Posts (Atom)