Birunya Indian Ocean dan indahnya pasir putih di
Cottesloe Beach mampu menahan kakiku untuk tidak beranjak dari sana. Hilir
mudik berbagai pasangan di sepanjang pantai sambil bermain dengan anjing mereka
yg berlari dan menari-nari di sepanjang pasir putih membuat aku hanya diam
terpaku di bangku besi yg tersedia di sepanjang pedestrian road yg ada di
pinggir Cottesloe Beach. Aku bahkan tak bisa mengambarkan perasaanku saat itu.
Aku terlalu hanyut dengan semua keindahan alam yg terhampar di depan mataku.
Suasana
sunyi dan damai di sepanjang pantai ini
akan terus membiusku. Langit nan biru bersanding dengan Indian Ocean yg sangat
biru. Bukankah sebuah keindahan yg nyaris sempurna menyaksikan langit biru,
laut biru, matahari yg bersinar penuh dan disempurnakan udara yg sangat sejuk
22 derajat di musim gugur May 2012.
Aku
bahkan tak pernah bermimpi akan menyaksikan semua ini di Perth-WA. Aku tak
pernah merencanakan akan melabuhkan perjalananku sampai di sini. Aneh memang. Buat
aku Aussie itu bukan sebuah negara yg
menjadi negara impianku. Bukan karena negara ini tak menarik buat aku tapi
lebih kepada isu-isu yg tersebar di dunia maya bahwa orang Aussie itu tidak
begitu ramah terhadap orang Asia. Bahasa Inggris orang Aussie pun katanya sulit
dipahami oleh orang asing yg tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa
ibunya. Berita-berita itulah yg membunuh
keinginanku untuk traveling ke negeri kangguru ini. Tapi itu hanya bagian dari bagaimana
nasib sering berkata lain.
Siapa sangka, kini aku sedang duduk dalam damai menikmati kesunyian yg indah dan terasa masih aneh di benakku. Bukan hanya menikmati laut dan langitnya nan biru,alamnya yg indah tapi juga penduduknya yg ternyata sangat ramah. Dan betapa wajah mereka selalu berhias senyuman nan bersahabat saat berusaha membantu orang asing yg sedang menikmati negerinya. Betapa anehnya hidup ini.
Siapa sangka, kini aku sedang duduk dalam damai menikmati kesunyian yg indah dan terasa masih aneh di benakku. Bukan hanya menikmati laut dan langitnya nan biru,alamnya yg indah tapi juga penduduknya yg ternyata sangat ramah. Dan betapa wajah mereka selalu berhias senyuman nan bersahabat saat berusaha membantu orang asing yg sedang menikmati negerinya. Betapa anehnya hidup ini.
Kalaupun
akhirnya kakiku mendarat di sini, semua dimulai dari sebuah keisengan. AA
menawarkan harga yg super-kompetitif saat itu. Dan kebetulan saat promo itu
ada, aku belum punya rencana liburan di tahun 2012. Ditambah aku punya uang yg
cukup juga saat itu, maka hasrat ingin membakar uang saat itu muncul secara
mendadak. Tanpa berpikir panjang aku langsung beli tiket online dan menggesek
credit card aku. Setelah semua tiket terbeli baru ada sebersit rasa penyesalan,
khawatir bahwa aku akan menemukan kesulitan mendapatkan visa. Sesal sesaat.
Tapi sesudah itu aku berusaha melupakan
kejadian itu. Anggap saja uangnya sudah hilang hahaha. Tiket sudah terbeli tak
bisa disesali lagi. Aku cuma mengabarkan pembelian tiket ini ke seorang
sahabatku saja. Dan aku minta dia ikutan tapi kayaknya dia belum minat karena
terbentur jadwal cuti.
Diawali dari sebuah keisengan itu, siapa menduga
bahwa semuanya bisa berjalan lancar. Visa diterima, meskipun sedikit
berliku-liku saat akan mendapatkannya. Apakah ini sebuah
kebetulan? Ataukah semuanya sudah ada yg mengaturnya? Aku pernah baca sebuah
novel Andrea Hirata – Edensor pada halaman pertama :
Hidup dan nasib, bisa tampak berantakan, misterius,
fantastis, dan sporadis, namun setiap elemennya adalah subsistem dari sebuah
desain holistik yang sempurna. Menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apa
pun terjadi karena kebetulan. Ini fakta penciptaan yang tak terbantahkan.
( Diinterpretasikan dari pemikiran agung Harun Yahya)
( Diinterpretasikan dari pemikiran agung Harun Yahya)
Every
breath counts, every moment matters. Life is God's gift to our planet. A
lifetime is not enough for us to know ourselves. Yet we waste time in perverse
pleasures, unmindful of our own beauty. If you are not living your life to the
fullest, you are missing something.
nuchan@052012
No comments:
Post a Comment