Sunday, August 19, 2012

Tennōji, Shinsaibashi and Dōtonbori River in Osaka

Saya balik ke Toyo Hotel, dan berniat segera check-in. Saya ingin mandi dan tubuh saya terasa lengket karena berkeringat. Udaranya memang sangat lembab. Berada di ruang tunggu Hotel Toyo ini memang bisa membuat tubuh saya merasa sejuk. Setelah menunggu seorang tamu yg sedang check-in, akhirnya tiba giliran saya. Saya meminta sang resepsionis untuk segera menerbitkan tagihan untuk malam ini dan juga untuk 24 Juli 2012. Saya memang sudah memutuskan akan tidur di hotel ini, saat akan kembali ke Indonesia. Karena menurut saya lokasinya cukup praktis saat akan menuju bandara KIX. Walaupun sebenarnya di mana saja di Osaka ini pasti sangat praktis menuju bandara KIX. Sistem transportasi kereta api yg luar biasa maju dan juga jumlah jalur kereta api juga sangat banyak. Hampir setiap 10-20 menit pasti ada kereta api yg melintas di sini. Jadi sebenarnya tak ada yg perlu saya khawatirkan, kecuali saya harus konsentrasi memikirkan kocek saya, yg dalam sekejab saja bisa terkuras karena biaya transportasi yg super-duber MAHAL.

Petugas hotel menjelaskan aturan dan juga fasilitas yg tersedia di sini. Dia juga menyerahkan password untuk WIFI, kunci kamar, sprei putih dan selimut tipis. Dia mengajak saya menuju kamar saya di lantai 2 No.225. Kamarnya tidak terlalu besar hanya ukuran 2.5MX1.5M. Hanya ada kasur, AC dan TV model lama yg 15 inch. Tapi ini lebih dari cukup buat saya. Saya puas karena bisa bebas tidur sendiri. Bisa buka baju dengan bebas tanpa pusing memikirkan teman sekamar. Bagus. Sederhana tapi bersifat pribadi. Petugas meninggalkan saya sendirian. Saya mulai merapikan kamar dan menyusun baju di hanger yg tersedia di sana. Membongkar ransel saya. Saya ingin merapikan kamar ini dan terus mandi menghilangkan rasa gerah di badan saya.

Saya turun ke lantai 1 kembali, karena kamar mandi hanya ada di lantai 1 dekat dengan ruang tamu dan dapur bersama. Kamar mandi yg digunakan bersama ini hanya ada dua buah. Untung masih jam 15an sore jadi hanya saya saja yg masih pengen mandi. Kamar mandinya pun sangat sederhana. Tapi lumayan ada sabun mandi cair, shampoo dan conditioner pelembut rambut, itu cukup membantu saya tak perlu membawa alat mandi. Saya memuaskan diri mandi dengan air hangat, rasanya ingin menghilangkan keringat dan daki yg menempel di tubuh saya. Wangi sabun cairnya membuat saya betah berlama-lama menggosok tubuh saya. Puas rasanya.

Habis mandi saya belum punya rencana sore ini. Tadinya saya mau ke kuil Tennoji, tapi kalau sore begini pasti sudah tutup. Saya turun ke resepsionis lagi,ingin  bertanya di mana shopping mall terdekat. Hasil info dari resepsionis bahwa di Tennoji Station juga ada shopping mall yg lumayan besar. Pilihannya bisa jalan kaki atau naik subway. Kalau jalan kaki kira-kira 15-20 menit saja katanya. Atau saya bisa ke sana dengan subway. Kalau naik subway dari Dobutsuenmae Station hanya one stop saja katanya. Not bad. Saya baru habis mandi jadi saya lebih suka naik subway untuk menghemat waktu saya. Saya pikir saya harus jalan-jalan untuk window shopping di sana.

Dari Dobutsuenmae Station(M22), saya naik subway Midōsuji Line ke Tennōji Station (M23). Sebelum naik subway, saya tanya petugas di sana, apakah saya bisa pakai Kansai Thru Pass saya ke Tennōji Station? Dia jawab, “Bisa”. Saya bisa pakai subway ke mana saja dengan Midōsuji Line ini. Wow, berita baik dong. Saya tak perlu bayar lagi. Bagus. Saya pun naik subway ke Tennōji Station. Suasana sore itu tidak terlalu padat, jadi saya bisa dapat duduk. Tapi yg menarik hati saya saat naik subway atau train di Osaka ini, para penumpangnya cukup suka berdiri. Walaupun ada kursi yg kosong, mereka akan dengan senang hati berdiri saja. Tidak gila rebutan kursi kayak di negeri saya. Menarik bukan?hahaha

Hanya satu stop saja, saya sudah tiba di Tennōji Station, tak lebih dari 1 menit saja. Saya keluar dari subway dan naik tangga menuju keluar. Saya baru sadar bahwa shopping mall di Tennōji Station ini terintegrasi dengan lokasi train dan subway. Dan memang hampir semua railway station di Jepang ini menyatu dengan pusat perbelanjaan. Ini memang ide yg baik, jadi saat mau belanja atau pulang dari pusat perbelanjaan kita bisa langsung naik train, atau subway atau bus.Praktis. Kalau kamu suka dengan segala sesuatu yg serba praktis, memang pilihan liburan yg tepat, saya pikir salah satunya adalah Jepang. Saya suka dengan segala kemudahan transportasi yg ada di sini. Semua tempat bersih dan teratur. Tidak ribet dan tidak ruwet kayak di negeri saya. Tapi memang semua kemudahan itu dibayar dengan harga yg pantas kalau tak mau saya sebut MAHAL.

Saya melakukan window shopping di seputar shopping mall yg ada di Tennōji Station ini. Tangan saya sibuk memotret semua lokasi yg ada di sana. Saya hanya berputar-putar tanpa memiliki minat untuk belanja. Saya memutuskan tidak akan belanja apapun, murni hanya window shopping. Kalau mengecek harganya saja, sudah hampir 3-4X lipat harga barang yg ada di Jakarta.Ckckck mahal.
Sebuah Yukata atau pakaian tradisional wanita Jepang di masa lalu, sedang dijual murah alias ada bargain sale.
Jangan heran kalau kamu ada di Jepang mereka tak merasa sungkan memadukan sepatu high-heels dengan kaoskaki yg serba casual ini...Modelnya lucu-lucu.
Bukan hanya mall saja yg ada di Tennōji ini, tapi banyak resto-resto yg menyediakan makanan Jepang dan arak di sana. Hampir setiap resto dipenuhi pengunjung yg sedang minum arak. Memang sepulang kerja pemandangan umum yg saya lihat di Jepang ini adalah resto dipenuhi pengunjung yg makan sambil minum arak.
Ada juga yg jual bunga-bunga yg ukuran kecil...Bagus dan cantik. Tapi jangan cek harganya yah...
Suasana mall yg menjual pakaian wanita saya pikir tidak ada yg istimewa mirip kayak mall di negeri saya. Nothing special.


Tak ada yg bisa menahan hati saya di  Tennōji ini, maka saya ingin melanjutkan jalan-jalan saya ke Shinsaibashi saja. Saya pilih naik subway lagi dari Tennōji Station ke Shinsaibashi Station. Subway membawa saya melaju menuju Shinsaibashi Station. Jarak tempuh dengan subway hanya 5 menit saja, setelah melintasi Dobutsuenmae, Daikokucho, Namba dan kemudian  Shinsaibashi Station(M19). Kini saya tiba di Shinsaibashi Station. Kembali menaiki anak tangga untuk keluar dari Shinsaibashi station. Tiba di luar saya kembali melihat pusat perbelanjaan. Kali ini suasananya jauh lebih ramai dari yg sebelumnya. Sore itu lampu-lampu jalan belum menyala semuanya. Lokasi ini didominasi gedung-gedung tinggi tapi warna-warni catnya tidak begitu menyolok. Semuanya cenderung menggunakan warna alam dan datar. Jalanan sebagian terlihat basah karena disiram hujan gerimis sebentar. Saat ini di Jepang memang sudah memasuki Tsuyu. Tsuyu adalah musim hujan diawal musim panas.

Sekitar awal Juni hingga pertengahan Juli, biasanya musim hujan menyirami hampir seluruh wilayah Jepang, dan disebut dengan Tsuyu (梅雨). Wilayah utara Jepang seperti Hokkaido memang tidak mengalami tsuyu, dan wilayah selatan Jepang seperti Okinawa mengalami tsuyu lebih awal dibanding daerah Kanto (Tokyo dan sekitarnya). Tsuyu ini diakibatkan oleh tumbukan massa udara antara udara dingin dari utara dan udara hangat dari selatan. Ketika memasuki bulan Juni,Juli dan Agustus, front udara hangat dari selatan semakin menguat dan akhirnya berhasil menekan mundur front udara dingin sehingga datanglah musim panas di Jepang yang lembab dan gerah. Dengan demikian, tsuyu adalah indikasi perubahan dari musim semi menjadi musim panas. Selama beberapa pekan selama tsuyu, hampir setiap hari selalu turun hujan. Hujan di Jepang agak berbeda dengan hujan di Indonesia. Hujan di daerah tropis seperti Indonesia biasanya cukup lebat dan berlangsung singkat seperti satu, dua atau tiga jam, sedangkan hujan di Jepang biasanya hanya hujan gerimis tapi dapat berlangsung selama berjam-jam atau bahkan seharian.

Saya berjalan-jalan sore itu menikmati suasana senja yg sedikit basah di seputar Shinsaibashi. Gedung pertama yg membuat saya tertarik adalah sebuah gedung bertingkat dan didominasi warna merah cerah. Setelah saya cek sampai ke dalam gedungnya, ternyata bangunan ini adalah arena bermain Pachinko. Pachinko adalah sejenis game yg sangat populer di Jepang.Begitu banyak mesin-mesin Pachinko yg berjajar rapi di sana. Para pelanggan yg ada di sana begitu ramai sekali. Bunyi yg sangat riuh dari bola-bola yg dipakai saat bermain Pachinko ini begitu menimbulkan bunyi-bunyi yg sungguh  gaduh di dalam gedung ini. Para petugas yg memakai baju serbahitam dan rambutnya dicat highlight warna-warni dan ditata sangat funky sekali. Celana dan kemeja hitam yg membalut tubuhnya begitu rapi dan parlente sekali. Mereka terlihat sangat sibuk mengatur dan mengantar bola-bola berwarna silver ini kepada para pelanggan yg memberikan sinyal agar petugas mendekat dan memberikan sekotak bola-bola Pachinko ini. Saya sampai terkagum-kagum melihat cara kerja para petugas yg sangat lincah dan cekatan sekali. Mereka berlari dari satu lorong ke lorong berikutnya bak sedang melakukan atraksi saja.Hebat.

Saya sibuk mengamati permainan ini dengan seksama. Melihat kemeriahan para pemain yg sangat serius nongkrong di depan mesin Pachinko masing-masing. Mereka bahkan tak peduli dengan kehadiran saya yg sedang mengamati tangan mereka yg bergerak menggoyang-goyangkan tuas di mesin Pachinko itu. Pelanggan yg ada itu campur baur, ada yg tua, ada yg muda, ada yg laki dan ada yg perempuan. Ramai sekali. Apa yg menarik dari game ini? Seluruh lantai gedung ini semuanya diisi dengan mesin Pachinko...Dan berita hebohnya, semua kursi di depan mesin Pachinko ini penuh terisi oleh para pelanggan yg sedang bermain di sana. Kira-kira berapa juta omzet mereka per hari kalau melihat semuanya ini. Bulu kuduk saya sampai merinding membayangkan betapa huge-nya bisnis Pachinko ini. Hmm saya hanya mendesah saja tak sanggup memikirkannya.
Pintu masuk menuju ruangan mesin Pachinko dihiasi dengan mawar merah yg ditata rapi dan cantik sekali. Merah seluruhnya persis seperti cat gedung ini merah menyala.
Setelah memasuki gedung ini, saya melihat beberapa pajangan yg disusun rapi di depan lobbi. Kalau tak salah itu semacam pajangan yg menuliskan berbagai jenis hadiah yg ditawarkan di sana. Semuanya merah menyala. Tampaknya pemiliknya menyukai semuanya serba merah...

nuchan@072012
to be continued

No comments:

Post a Comment