Baru-baru ini seorang teman saya dicopot dari jabatannya. Perubahan struktur organisasi dalam perusahaan berubah secara drastis. President Director yg baru memang memiliki gaya kepemimpinan yg sangat berbeda dengan pendahulunya. Kalau Presdir yg dulu cenderung punya kehati-hatian dalam mengambil keputusan yg sangat signifikan dan juga memiliki hubungan yg sangat emosional dengan para staff menengah ke atas. Sehingga perusahaan jadi cenderung bantat, stagnan dan kurang berkembang. The new successor ini beda sekali.Mengejutkan banyak kalangan. Sering kali keputusannya sangat tidak populis, bahkan banyak yg kasak-kusuk kalau beliau sangat sadis dan menakutkan. Suasana yg dulu sangat kekeluargaan dan budaya senioritas itu masih dijunjung tinggi, maka sekarang semua itu sudah hilang, musnah ditelan perubahan zaman.
Beberapa pejabat yg sangat ditakuti dan dihormati di perusahaan saya, tiba-tiba dimutasi dan diberikan tugas baru yg sama sekali bukan bidang mereka. Perubahan struktur organisasi ini bener-bener membuat seluruh kalangan ternganga dan bingung.Bener-bener geger. Tak ada yg pernah menduga kalau hari seperti ini akan tiba jua di perusahaan saya. Seorang pejabat yg sangat ditakuti, dibenci oleh para bawahannya karena sepak terjangnya yg kayak mandor di perkebunan karet Sumatra, dengan modal berkacak pinggang, memilin-milin kumis Pak Radennya, lalu semua bawahannya akan bergidik ketakutan dan gemetar melakukan kesalahan dan dia berharap semua target-target aneh yg diberikannya itu, bisa diselesaikan seperti peristiwa sim salabim semuanya langsung terwujud. Ternyata tidak. Tidak sesuai harapannya. Maka bumi akan berguncang hebat. Dan dia akan marah-marah tak terkendali. Bahkan suka mengancam para bawahannya dengan berbagai ultimatum. Sehingga semua bawahannya seperti robot dan menjadi bodoh, tak mau berpikir lagi dengan baik, semuanya terserah boss atau centeng sajalah. Mau bener, mau salah, tetap saja didamprat.
Peristiwa perubahan struktur organisasi ini menjadi topik yg sangat hangat selama sebulan penuh. Para bawahan yg selama puluhan tahun tertindas dan teraniaya, melakukan doa syukur. Berpesta ria. Menari dan menyanyi tanda telah tiba hari ”merdeka” buat mereka. Tentu saja buat para pejabat yg dimutasi ke tempat yg baru, ini menjadi pukulan yg sangat hebat. Mungkin tak pernah terbersit di benaknya kalau suatu hari nanti, jabatannya bisa dicopot atau bisa dimutasi. Dia lupa bahwa semua ada waktunya. Tiba-tiba saja dia menjadi depressi. Tiba-tiba jadi berubah baik. Tiba-tiba pengen cari dukungan dari sekelilingnya. Tapi siapa yg peduli. Orang sudah terlanjur patah arang melihatnya. Walaupun dia tiba-tiba jadi baik, tidak membuat orang lain lantas jadi luluh. Tidak. Tidak sama sekali. Sumpah serapah yg dulu digaungkan para bawahannya itu seolah-olah terbukti saat ini. Dia akhirnya mendapatkan ganjaran. Bener kata pepatah : Apa yg ditabur, itu yg akan dituai. Dia menaburkan benih-benih kebencian,sakit hati, pemaksaan, tak pernah berempati pada bawahannya sama sekali. Saat ini pun dia menuai hal yg sama. Ditinggalkan sendirian. Betapa sunyinya kehidupan seperti itu. Mungkin penyesalan memang selalu datang terlambat. Kini dia sudah tak punya power sama sekali. Tak punya kuasa memerintah orang lain secara semena-mena. Entah apa yg bergolak di benaknya. Entah apa yg dirasakannya. Entah apa yg akan dilakukannya. Tak ada yg mau peduli. Roda kehidupan memang berputar cepat. Hari ini kita di atas, besok mungkin di bawah. Hari ini kita sombong karena punya segalanya, besok dalam hitungan hari saja pssstttttttttttttt...semua yg kita miliki bisa terbang ditelan angin padang safana. Hilang tak berbekas. Kehilangan segalanya.
Tapi aneh bin ajaib, kisah seperti ini sudah sering terjadi dan sudah berulang-ulang terjadi di sekitar saya dan Anda. Bahkan dari zaman batu sampai zaman IT, itu sudah pernah terjadi. Tapi entah kenapa kita tak pernah belajar dari kejadian itu. Selalu menyesal di kemudian hari. Tak pernah belajar dari kegagalan orang lain. Mungkinkah karakter bangsa kita seperti ini? Lupa berkaca dari sejarah. Bahkan kita sering disebut bangsa pelupa. Apa yg terjadi di perusahaan saya, hanya merupakan replika dari para pemimpin di negeri ini. Sering bertindak bak preman, mandor dan centeng. Menyalahgunakan jabatannya untuk memperkaya diri sendiri dan menindas rakyat jelata yg buta huruf dan buta hukum. Membodohi rakyatnya. Tapi mereka lupa, semua ada waktunya. Hai para penguasa, para pemimpin,para politisi,para orang pintar, sadarlah.Sadarlah. Hidup tak lebih dari 100 tahun. Setelah itu Anda mau kemana?
Beberapa pejabat yg sangat ditakuti dan dihormati di perusahaan saya, tiba-tiba dimutasi dan diberikan tugas baru yg sama sekali bukan bidang mereka. Perubahan struktur organisasi ini bener-bener membuat seluruh kalangan ternganga dan bingung.Bener-bener geger. Tak ada yg pernah menduga kalau hari seperti ini akan tiba jua di perusahaan saya. Seorang pejabat yg sangat ditakuti, dibenci oleh para bawahannya karena sepak terjangnya yg kayak mandor di perkebunan karet Sumatra, dengan modal berkacak pinggang, memilin-milin kumis Pak Radennya, lalu semua bawahannya akan bergidik ketakutan dan gemetar melakukan kesalahan dan dia berharap semua target-target aneh yg diberikannya itu, bisa diselesaikan seperti peristiwa sim salabim semuanya langsung terwujud. Ternyata tidak. Tidak sesuai harapannya. Maka bumi akan berguncang hebat. Dan dia akan marah-marah tak terkendali. Bahkan suka mengancam para bawahannya dengan berbagai ultimatum. Sehingga semua bawahannya seperti robot dan menjadi bodoh, tak mau berpikir lagi dengan baik, semuanya terserah boss atau centeng sajalah. Mau bener, mau salah, tetap saja didamprat.
Peristiwa perubahan struktur organisasi ini menjadi topik yg sangat hangat selama sebulan penuh. Para bawahan yg selama puluhan tahun tertindas dan teraniaya, melakukan doa syukur. Berpesta ria. Menari dan menyanyi tanda telah tiba hari ”merdeka” buat mereka. Tentu saja buat para pejabat yg dimutasi ke tempat yg baru, ini menjadi pukulan yg sangat hebat. Mungkin tak pernah terbersit di benaknya kalau suatu hari nanti, jabatannya bisa dicopot atau bisa dimutasi. Dia lupa bahwa semua ada waktunya. Tiba-tiba saja dia menjadi depressi. Tiba-tiba jadi berubah baik. Tiba-tiba pengen cari dukungan dari sekelilingnya. Tapi siapa yg peduli. Orang sudah terlanjur patah arang melihatnya. Walaupun dia tiba-tiba jadi baik, tidak membuat orang lain lantas jadi luluh. Tidak. Tidak sama sekali. Sumpah serapah yg dulu digaungkan para bawahannya itu seolah-olah terbukti saat ini. Dia akhirnya mendapatkan ganjaran. Bener kata pepatah : Apa yg ditabur, itu yg akan dituai. Dia menaburkan benih-benih kebencian,sakit hati, pemaksaan, tak pernah berempati pada bawahannya sama sekali. Saat ini pun dia menuai hal yg sama. Ditinggalkan sendirian. Betapa sunyinya kehidupan seperti itu. Mungkin penyesalan memang selalu datang terlambat. Kini dia sudah tak punya power sama sekali. Tak punya kuasa memerintah orang lain secara semena-mena. Entah apa yg bergolak di benaknya. Entah apa yg dirasakannya. Entah apa yg akan dilakukannya. Tak ada yg mau peduli. Roda kehidupan memang berputar cepat. Hari ini kita di atas, besok mungkin di bawah. Hari ini kita sombong karena punya segalanya, besok dalam hitungan hari saja pssstttttttttttttt...semua yg kita miliki bisa terbang ditelan angin padang safana. Hilang tak berbekas. Kehilangan segalanya.
Tapi aneh bin ajaib, kisah seperti ini sudah sering terjadi dan sudah berulang-ulang terjadi di sekitar saya dan Anda. Bahkan dari zaman batu sampai zaman IT, itu sudah pernah terjadi. Tapi entah kenapa kita tak pernah belajar dari kejadian itu. Selalu menyesal di kemudian hari. Tak pernah belajar dari kegagalan orang lain. Mungkinkah karakter bangsa kita seperti ini? Lupa berkaca dari sejarah. Bahkan kita sering disebut bangsa pelupa. Apa yg terjadi di perusahaan saya, hanya merupakan replika dari para pemimpin di negeri ini. Sering bertindak bak preman, mandor dan centeng. Menyalahgunakan jabatannya untuk memperkaya diri sendiri dan menindas rakyat jelata yg buta huruf dan buta hukum. Membodohi rakyatnya. Tapi mereka lupa, semua ada waktunya. Hai para penguasa, para pemimpin,para politisi,para orang pintar, sadarlah.Sadarlah. Hidup tak lebih dari 100 tahun. Setelah itu Anda mau kemana?
nuchan@02022011
“Earth provides enough to satisfy every man's need,
but not every man's greed” (Mahatma Gandhi)
“Earth provides enough to satisfy every man's need,
but not every man's greed” (Mahatma Gandhi)
No comments:
Post a Comment