Wednesday, September 7, 2011

Tiket Kereta Api VS Bika Ambon

Kereta api yg membawa saya menuju Medan berangkat pukul 8:00 pagi, itu yg tertera di tiket KA saya.  Seperti biasa saat Lebaran tiket KA selalu terjual habis, laris manis bak kacang goreng. Demi selembar tiket orang-orang rela mengantri berjam-jam lamanya. Saya pun sering tak habis pikir, kenapa pihak PJKA tidak menjual tiket ini secara online. Penumpang yg ingin mudik dipaksa untuk antri di depan loket. Yg jam bukanya pun suka-suka para petugasnya. Cape deh. Tapi itulah seni hidup di Indonesia. Segala hal yg mudah dan sederhana dibikin sulit. Saya yg sudah tahu betul kebiasaan orang Indonesia ini, seminggu sebelum keberangkatan saya sudah booking tiket via travel saja, harganya memang lebih mahal sedikit dibandingkan beli langsung tapi nga pakai acara antri bo. Sudahlah gara-gara uang sedikit, saya tak mau capek dan kesal antri di sana. Belum tentu juga dapat tiket. Biasalah ada-ada saja calo yg mencari kesempatan dalam kesempitan.  Mungkin calo juga manusia kali ya.

Saya pesan tiket via travel dan bilang sama ponakan saya untuk segera membeli tiket tsb. Pastikan tiket yg saya inginkan itu sudah harus ada ditangan ponakan saya paling lambat tanggal 30 Aug 2011. Saya tak mau mendengar janji-janji yg biasa didengungkan para penjual jasa di travel. Katanya tiket oke, tapi pas hari ”H” tiket yg dibutuhkan tidak ada, habis terjual. Ohlala saya nga mau drama konyol beginian. Akhirnya sesuai instruksi saya, tiket sudah ditangan ponakan saya tertanggal 30 Aug 2011. Kini saya bisa bernafas lega. Setidaknya saya sudah merasa nyaman.

Dari rumah kakak saya di Kompleks Sakura Indah  menuju stasiun KA tak begitu jauh.Paling lama naik mobil hanya 5-10menit saja. Pagi itu kami keluar rumah sudah pukul 7.40 pagi. Suasana jalanan masih normal. Lagian di kampung jarang ada kemacetan, kecuali ada kecelakaan lalu lintas. Hehehe

Saat tiba di stasiun KA, suasana peron sudah ramai dengan penumpang yg hilir mudik. Masih ada beberapa penumpang yg antri beli tiket. Sayang sekali sudah menjelang detik-detik terakhir, saya lihat ada beberapa pembeli tiket yg kecewa karena tiket habis terjual. Kasihan sekali. Sudah antri tapi tiket habis katanya. Itulah yg saya khawatirkan kalau beli tiket KA, sudah antri lama tapi tiket habis. Dan kalau ada kepentingan yg mendesak bisa bikin frustrasi. Coba PJKA jual tiket online, pasti lebih praktis buat para pembelinya.

Waktu sudah pukul 8:00 pagi tapi kereta belum berangkat karena ramainya penumpang hari itu. Saya masih berdiri di dekat pintu masuk sambil ngobrol2 dengan kakak saya. Tak berapa lama pluit berbunyi, saya segera lari kalang-kabut dengan adik saya. Saya tak sempat mengecek nomor gerbong saya. Tapi dengan terburu-buru saya naik ke salah satu gerbong dengan adik saya. Ampun dah. Untung nga ketinggalan kereta hahaha. Ternyata kami duduk di gerbong dua. Saya no. 4A dan adik saya no.7A. Ternyata bangku kami terpisah. Suasana di gerbong dua masih relatrif nyaman dan bersih karena pakai AC. Memang gerbong 1-4 itu adalah kelas eksekutif.Sisanya kelas ekonomi. Saya pilih pakai kelas eksekutif, karena tak mau diganggu para pedagang asongan yg sering berhamburan masuk saat berhenti di beberapa stasiun kecil. Kalau suasana di kelas ekonomi sering ramai, pengap dan panas banget karena cuma pakai kipas angin saja. Belum lagi banyak pedagang asongan yg bebas keluar masuk gerbong saat KA berhenti mengangkut penumpang di stasiun berikutnya. Ihhh cape deh.

Saat kereta api sudah melaju, saya pilih baca buku Madre karya Dewi Lestari. Dalam sekejab saya sudah tenggelam dalam bacaan saya. Seperti biasa buku-buku karya Dewi Lestari ini sering kali berhasil membawa saya menikmati jalinan kalimat yg begitu indah dan dalam maknanya. Dewi memang menuturkan kisah Madre ini dengan sangat apik sekali. Kalimat demi kalimat membawa saya menghayati dan seolah-olah saya menyatu dengan sosok Tansen yg menjadi tokoh sentral dalam buku ini. Kisah Madre ini membuat saya merenung bahwa hidup memang sering kali penuh kejutan. Seperti apa rasanya sejarah hidup kita berubah hanya dalam sehari?

Lelah membaca, saya pilih tidur-tidur ayam. Saya tiduran sambil mendekap tas saya untuk menahan udara dingin dari AC. Saya sempat tidur terlelap. Rasanya nikmat. Saya terbangun saat kereta berhenti di salah satu stasiun, dan dari jendela saya mendengar suara para pedagang makanan yg sedang berteriak-teriak meneriakkan dagangannya. Ada pecal sayur, ada mie kuning bumbu pecal, ada bihun goreng, ada sate kerang dan ada juga kripik-kripik ubi.Ada juga pedagang air mineral. Mereka berdagang hanya di depan pintu masuk gerbong saja. Karena para petugas tak mengizinkan mereka masuk gerbong kelas eksekutif.

Saya berjalan menuju pintu masuk gerbong dan memesan mie kuning pakai bumbu pecal dan campur sate kerang. Hmmm membayangkannya saja sudah membuat saya lapar dan mengundang air liur hehehe. Saya pesan dua pincuk. Di sini mereka masih menjual mie goreng pakai daun pisang yg dipincuk pakai lidi. Terasa nilai tradisionalnya. Saya dan adik saya menikmati mie kuning bumbu pecal dan sate kerang yg sangat nikmat rasanya. Kalau anda penggemar kebersihan dan suka yg serbahigienis, pasti anda tak sudi membeli makanan dari para pedagang ini hehehe. Tapi bagi saya tidak terlalu masalah, kalau lapar dan kelihatannya enak, ya disikat sajalah, daripada perut lapar hehehe. Terbukti mie kuning bumbu pecalnya memang enak. Saya rasa bumbu pecal di Sumatra itu rasanya pas dan enak banget di lidah saya.

Uniknya para pedagang asongan di kereta api ini sungguh kreatif ya. Mereka jual kopi panas dengan cara membawa termos air dan kopi bungkusan. Tinggal modal kopi bungkusan dan termos air panas saja,  mereka berjalan menjajakan kopinya. Dan memang banyak yg minat beli kopi panas hehehe. Tak kalah gila di sini harga satu botol air mineral Aqua sebanyak 600ml, dijual 4000ribu rupiah. Mehong abis. Tapi memang masih bisa ditawar sih jadi 3-4ribu per botol. Tergantung cara anda menawarlah. Bikin wajah memelas pasti dikasih 3ribu rupiah per botol hahahaha. Dikirain kamu sedang pailit kali selepas Lebaran hehehehe. Saya suka dengan usaha yg gigih dari para pedagang ini. Seni naik KA di Sumatra ya begini, bisa jajan di setiap stasiun. Aneka jajanan pasar yg serbaenak. Hitung-hitung mirip wisata kuliner ajalah. Tempat yg paling banyak jajanannya itu biasanya di Kisaran dan Tebing Tinggi. Kalau di Tebing Tinggi malah lebih enak karena banyak yg jual lemang bambu. Lemang itu terbuat dari beras pulut putih  yg dicampur dengan santan terus dimasukkan ke wadah bambu lalu dibakar. Hasilnya adalah lemang yg rasanya lemak dan beraroma sedap. Saya suka makan lemang dari Tebing Tinggi. Biasanya lemang ini disebut nasi jaha di Manado, tapi rasanya sama saja, sama-sama enaklah. Jadi kalau kamu ke Sumatra Utara, jangan lupa cobain makan lemang dari Tebing Tinggi ya.


Pukul 13:30 siang kereta api sampai di Medan. Huh langit mendung tapi udaranya agak lembab dan tidak nyaman. Suasana di pintu keluar ramai dengan para tukang bentor aka becak bermotor, taksi, dan angkutan umum. Di Medan banyak sekali bentor. Modelnya sedikit beda dengan becak yg ada di Jogyakarta. Tapi serunya bisa muat untuk bertiga. Harganya sedikit lebih murah dibandingkan taksi. Tapi menurut saya, kalau jalanan tidak macet, lebih baik naik taksi saja yg pakai argometer, lebih nyaman.  Tapi kalau sedang buru-buru memang becak bermotor bisa jadi pilihan juga sih, karena bisa balap dan menyalib hahaha. Biar cepat sampai.

Hari itu pesawat saya berangkat pukul 19:20 malam dari bandara Polonia Medan. Jadi saya masih punya waktu luang buat cuci mata dulu di Medan. Rencana pertama saya hari ini, ingin ke Sun Plaza dulu ambil kaca mata progresif yg dipesan adik saya di Optik Asean di Ground persis dekat toko buku  Gramedia. Kami pilih naik becak bermotor saja karena dekat banget dari stasiun kereta api. Sekalian sudah rindu naik bentor.

Rencana kedua adalah belanja bika Ambon,markisa,brownies,dll di Toko Zulaikha. Lokasinya  di jalan Mojopahit. Dari Sun Plaza pun kami putuskan naik bentor ke jalan Mojopahit.

No comments:

Post a Comment