Sunday, July 25, 2010

Eropa Timur Masuk Zona Schengen Uni Eropa

PRAHA - Pagar-pagar pembatas di negara-negara Eropa Timur yang selama Perang Dingin dijaga dengan senapan mesin dan kawat berduri, Jumat kemarin diruntuhkan. Sebanyak sembilan negara bekas komunis bergabung dalam zona bebas lintas perbatasan Uni Eropa.
Dengan masuknya sembilan negara itu, negara-negara Schengen kini berjumlah 24 negara. Schengen adalah negara-negara Eropa yang memberlakukan bebas visa untuk perjalanan dari dan ke negara-negara tersebut.
Peresmian sembilan negara baru anggota Schengen itu kemarin dimeriahkan dengan pesta kembang api dan pentas musik. Ribuan orang di negara masing-masing bersorak gembira saat peresmian secara serentak itu.
Kanselir Jerman Angela Merkel menyebut peristiwa itu sebagai langkah bersejarah untuk menghapus Tirai Besi yang selama ini mengungkung blok Timur. "Mobilitas bebas orang itu merupakan salah satu hak asasi manusia," kata Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barrosso.
Kesembilan negara itu adalah Republik Ceko, Estonia, Slovakia, Hongaria, Latvia, Lithuania, Malta, Polandia, dan Slovenia. Sedangkan, 15 negara yang sudah lebih dulu masuk Schengen adalah Austria, Belgia, Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Islandia, Italia, Luksemburg, Belanda, Norwegia, Portugal, Spanyol dan Swedia.
Banyak pemimpin Eropa menyambut baik runtuhnya perbatasan sebagai pertanda bahwa benua itu mampu mengatasi perpecahan akibat Perang Dingin. Namun, banyak orang juga khawatir bahwa kejahatan dan imigrasi gelap bakal meningkat.
Kanselir Austria Alfred Gusenbauer dan PM Slovakia Robert Fico menandai peresmian itu dengan memotong rintangan perbatasan di perlintasan Berg-Petrzalka. "Mulai tengah malam ini, kita dapat melakukan perjalanan 4.000 km dari Tallinn di Estonia ke Lisabon di Portugal tanpa pengawasan perbatasan," kata Fico.
Gelombang Kejahatan
Mendagri Hongaria Albert Takacs dan Mendagri Austria Guenther Platter membongkar rintangan di Sankt Margarethen di titik perlintasan Burgenland-Fertorakos.
Negara Baltik Estonia, Latvia dan Lithuania adalah yang pertama yang menandai perubahan tengah malam itu. Negara-negara Eropa tengah menyusul satu jam kemudian, sebelum pulau Malta di Laut Tengah.
Perluasan Zona Schengen itu diharapkan mendongkrak aktivitas bisnis dan wisata.
Pos-pos perbatasan dibongkar, penjaga perbatasan meninggalkan tempat jaga mereka, dan orang-orang bisa bebas melintasi perbatasan yang pada masa lalu memisahkan blok bekas Soviet itu dari Barat.
Perjanjian itu juga menjadi payung koordinasi kebijakan imigrasi, hukum dan ketertiban dalam Zona Schengen. Uni Eropa memperkirakan sekitar 1 juta euro telah dihabiskan untuk meningkatkan keamanan di perbatasan.
Inggris dan Irlandia tidak masuk Schengen, sedangkan Bulgaria dan Rumania selaku negara baru Uni Eropa belum diizinkan masuk.
Serikat polisi Jerman GdP memperingatkan, perluasan Zona Schengen ke arah timur dapat mendorong gelombang kejahatan.
Banyak warga Austria juga mengkhawatirkan kejahatan yang lebih besar. Menurut jajak pendapat oleh televisi publik ORF, 75 persen warga Austria menentang pembukaan perbatasan.(rtr-gn-25)

Sumber : http://www.suaramerdeka.com/harian/0712/22/nas04.htm

No comments:

Post a Comment