Monday, July 26, 2010

Bumi Lancang Kuning


Dear Zevie yg terkasih, ini cerita napak tilas saya ke Bumi Lancang Kuning Dec 2008 yg lalu...Tulisan ini adalah catatan diari saya, yg akan saya persembahkan untuk anak-anak yg belum pernah saya lahirkan..he..he..iseng.com!

Tawaran yg menggoda

Akhir Nov 2008, kakak perempuan saya yg bermukim di Sumatra Timur menelpon saya, meminta saya untuk menghabiskan libur akhir tahun di sana. Dia menawarkan liburan akhir tahun yg kelihatannya menggoda iman saya, untuk segera terbang datang ke sana.Bayangkan liburan seru akhir tahun 2008 mengitari seluruh Danau Toba.Mau donk! Tunggu...tunggu...tunggu...otak saya berpikir, akhir tahun...peak season begini?Bayangan pertama yg muncul di benak saya adalah harga tiket pesawat yg selangit untuk ukuran kocek saya yg serba pas-pasan. Maksudnya pas dibutuhkan pas nga ada...ha..ha..ha...Nasib orang gajian seperti saya ini ya begitu, kalau mau jalan2 kemana saja, jauh-jauh hari harus sudah dilakukan persiapan dana yg memadai. Tapi tergoda dengan iming2 liburan yg sangat menantang dan menyenangkan ini, membuat saya memutar otak untuk bisa mewujudkannya...

Cek & Ricek

Pertama-tama saya mengecek harga tiket pesawat untuk liburan tahun baru Jakarta - Medan sudah mencapai angka 1.2 juta sekali jalan...Mendengar angka ini membuat mulut saya melongo terkaget2・..Gila mahal banget, kalau pulang-pergi berarti sekitar 2.4 juta donk...ampyuuunnnn dech, saya kehilangan gairah meneruskannya. Tapi batin saya tetap bergejolak, sekali lagi liburan yg menggoda ini membuat saya harus mengecek ulang harga tiket di hari-hari yg tidak terlalu banyak peminatnya. Setelah kalender perusahaan saya cek ulang ternyata ada Hari Raya Besar Idul Adha di tanggal 8 Des 2008. Saya hitung2 kalau saya ambil cuti satu minggu atau 5 hari berturut2  saja, maka jumlah liburan saya akan lebih panjang bisa sampai 2 mingguan. Tentu ini lebih meyenangkan buat saya, bisa membuat rencana libur yg lebih asyik. Tiba-tiba muncul ide di otak saya, gimana kalau saya ambil cuti dari tgl 7-15 Desember 2008. Pada waktu itu harga tiket masih relatif terjangk au kocek saya.Saya cek tiket PP Jkt-Medan sekitar 1.6 juta saja...Hah lumayan juga bisa hemat 800ribu...Tak puas dengan harga tiket itu saya coba lagi dengan ide lain, cek penerbangan Jakarta -Pekan Baru, lalu saya akan meneruskan dengan bis ke Sumatra Timur.Setelah saya cek harga terbang Jkt-Pekan Baru hanya 500ribu saja.Lalu saya telpon kakak saya menanyakan jarak tempuh Pekan Baru-Sumatra Timur, dia bilang nga terlalu jauh sekitar 7 jam saja.Sedangkan Medan-Sumatra Timur itu kurang lebih 5 jam saja, saya pikir-pikir kalau cuma beda 2 jam saja tidak terlalu masalah buat saya, saya pilih via Pekan Baru saja sambil berhemat 300ribu rupiah..asyik!Ha..ha..ha..segitunya..hitungan banget boo:D Begitu biaya tiket penerbangan sudah memenuhi standar budget saya, langsung bungkus,tiket terbeli, tahap satu selesai.

Tapi Anda pasti bertanya-tanya, masak karena 300ribu rupiah saya nekat merubah jalur penerbangan saya. Sebenarnya ada beberapa alasan pribadi mengapa saya pilih via Pekan Baru. Pertama, adik ibu saya yg laki-laki alias paman saya bermukim di sana dan beberapa dari sepupu saya ini belum pernah berjumpa dengan saya sejak kecil.Aneh bukan buatan, hidup di satu negara tapi saya belum pernah bersua dengan mereka.Maka pada kesempatan ini saya ingin menggunakannya sebagai ajang silahturahmi. Yang kedua, saya mendengar bahwa Pekan Baru sudah menjadi daerah otonom, sejak resmi menjadi daerah otonom katanya banyak pembangunan infrastruktur di sana, jadi saya mau lihat hasilnya seperti apa provinsi ini sekarang. Yang ketiga,ini yg paling penting buat saya, saya ingin menikmati daerah wisata di sekitar kota Pekan Baru ini..he..he..he....jadi  " sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui "....maksudnya sekalian gitu boo..jalan2 plus silahturahmi:D Tapi ngomong-ngomong, say a mau terbang via mana saja Anda sebenarnya tidak ambil pusing khan? Saya saja yg iseng banget pakai menerangkan segala..ha..ha..ha...

Tak Punya Persiapan

Situasi di tempat kerja saya dilanda kesibukan yg luar biasa.Selain timing cuti yg saya ambil kurang mendukung, beberapa dari pekerjaan saya pun masih belum rampung, membuat saya harus berpacu dengan waktu cuti saya yg semakin mepet. Saya khawatir pekerjaan saya akan terbengkalai selama saya tidak ada. Hampir setiap hari saya pulang larut malam, membuat kondisi tubuh saya kelelahan.Saya pun tak punya waktu untuk mempersiapkan keberangkatan saya. Bahkan oleh-oleh untuk keluarga saya pun belum terbeli. Tapi kalau pun saya tak sempat berbelanja oleh-oleh ke Pasar Tanah Abang atau Mangga Dua tidak apa-apa juga, karena saya masih punya beberapa cadangan oleh-oleh dari perjalanan saya sebelumnya. Untuk kebutuhan saya sendiri pun belum ada juga. Biasanya sebelum traveling saya selalu membeli beberapa potong T-shirt yg ringan dan casual untuk kepentingan pemotretan..he..he..secara saya narsis booo....tapi kali ini saya tak bisa melakukannya.

Ditodong habis-habisan

Saya akan berangkat Minggu,7 Des 2008 pukul 6.20 pagi.Tapi Sabtu pagi pukul 10:00-16:00 sore saya masih di kantor mencoba merampungkan kerjaan saya...aduch bener2 melelahkan.Pukul 17:00 sore saya terburu-buru ke mall terdekat untuk membeli semua keperluan saya, mulai dari tas, T-Shirt, oleh-oleh buat ponakan2 saya, kakak-kakak saya,sepupu saya.Telpon saya sudah berdering-dering dari berbagai penjuru karena masing-masing dari mereka minta dibelikan oleh-oleh yg berbeda-beda.Kepala saya yg sudah berat dan pusing semakin bertambah berat mendengar pesanan mereka yg tidak kira-kira. Anda tak bisa berkata tidak, karena bagi mereka, semua orang yg merantau ke Jakarta sama dengan bankir pasti punya uang..he..he..he...Walaupun mulut saya berbuih menjelaskan bahwa saya bukan bankir yg selalu siap sedia membeli oleh-oleh, mereka tidak mau tahu...jadi ABCD! Meskipun terbirit-birit saya berhasil membeli semua pesanan mereka. Niat hati mau berhemat, gimana mau h emat belum apa-apa sudah ditodong habis-habisan...:D

Pagi yg menyiksa

Karena penerbangan saya pukul 6:20 pagi, bisa dipastikan saya harus  check-in paling lambat 5:20 pagi, dari Benhill ke Bandara Sutta paling cepat 30-40 menit, saya pun tidak berani berangkat terlalu mepet, karena ini Jakarta Bung, apa saja bisa terjadi di pagi hari buta begini.Saya tak mau mengulangi kejadian yg membuat saya sport jantung seperti tahun lalu ketika mau berangkat ke Pulau Belitung, di pagi buta terjadi kemacetan yg sangat panjang. Belajar dari pengalaman itu saya pilih berangkat pukul 4:00 pagi dini hari dari Benhill naik Taxi Express. Tentu momen yg paling menyiksanya adalah ketika saya harus bangun pagi pukul 3:00 dini hari, persiapan pengepakan barang2 yg akan saya bawa ternyata cukup makan waktu,sehingga saya baru bisa tidur pukul 12:00 tengah malam, bisa Anda bayangkan betapa lelah dan mengantuknya saya, yg  hanya tidur 3 jam saja. Ahh rasanya mata saya tak mau kompromi,sulit dibuka.Udara dingin pun menambah siksaan yg luar biasa, rasanya tidak ingin mandi, tapi betapa tersiksanya orang2 disekeliling saya nanti, pagi-pagi sudah disuguhi bau tak sedap.Walaupun tersiksa saya tetap mandi pagi dan berdandan-ria....Ah betapa mahalnya  pengorbanan yg saya berikan demi orang disekeliling saya....bener-bener lempeng.com!

Tepat waktu  dan Hamparan Kehijauan

Pesawat take off tepat waktu pukul 6:20,luar biasa.Biasanya meleset 5-15menit. Kalau terlambat 5-15 menit untuk saya itu masih saya kategorikan ontime...he..he..he..khan ada juga pesawat yg terlambat berangkat 1-2 jam. Penerbangan pagi ini cukup cerah, saya menikmati deretan awan-awan putih dari jendela pesawat. Bentuknya unik-unik sekali. Walaupun badan saya letih tapi saya sulit memejamkan mata saya, karena itu saya memilih melamun menatap awan-awan putih. Saya sedang membayangkan seperti apa nanti pertemuan pertama saya dengan sepupu-sepupu saya, sambil mencoba mereka-reka wajah mereka satu persatu...Entah sejak kapan saya tertidur lelap. Dan terbangun karena ada pengumuman dari pramugari bahwa sebentar lagi pesawat akan mendarat di Bandara International Sultan Syarif Kasim II Pekan Baru. Saya melirik keluar jendela dan jauh di bawah sana terlihat hamparan hutan kehijauan yg sangat luas.Sejauh mata memandang yg terlihat hanya hijau, hijau dan hi jau.Wah bagus sekali, sungguh nyaman di mata saya.Biasanya kalau mendarat di Cengkareng maka yg terlihat adalah bangunan dan rumah2 yg terlihat kecil seperti kotak korek api dan lautan luas yg mengerikan buat saya, kebayang kalau pesawat jatuh atau gagal landing maka penumpang akan terjun bebas di laut yg dingin dan mencekam, hiii serem banget. Akhirnya saya mendarat dengan selamat di Bandara International Sultan Syarif Kasim II, pukul 8:05 asyik sekali serba ontime hari ini.


Bandara International Sultan Syarif Kasim II ini, sama seperti bandara2 lain yg ada di daerah tidak terlalu besar tapi saya pikir cukup nyaman buat saya karena relatif lebih rapi dan beradab buat saya dibandingkan Bandara Polonia - Medan yg sangat ramai dan semrawut. Pesawat yg parkir pun tidak terlalu banyak. Sebelum memasuki ruang klaim bagasi, saya menyempatkan diri memotret  bagian luar bandara ini, atap bangunan bandara ini, menggunakan arsitektur khas Melayu Riau berwarna kuning keemasan. Di bagian luar bandara terlihat papan iklan yg bertuliskan " Selamat Datang di Bumi Lancang Kuning " Tapi maap saya tidak memotretnya, udah diomelin sama petugas nie..he..he...

sultan syarif.JPG

Saya berharap ketika saya mendarat, sepupu saya sudah duduk manis di ruang tunggu menanti kedatangan saya. Ternyata sangat jauh dari yg saya bayangkan, justru mereka belum bangun dari tidurnya ketika saya mengirimkan sms mengabarkan bahwa saya sudah mendarat, mereka kaget dan tergopoh-gopoh minta maap karena belum siap-siap karena tadi malam mereka begadang sampai pukul 3 pagi ngobrol ngalor ngidul sama kakak-kakak saya.Ternyata kakak-kakak saya, memutuskan menjemput saya ke Pekan Baru, tampaknya mereka tak sudi melihat adik kesayangannya bengong sendirian dari Pekan Baru ke Sumatra Timur. Mereka datang berempat, sekalian bersilahturami juga....Seperti biasa kalau sesuatu yg tidak berjalan dengan yg saya rencanakan, saya pun kambuh penyakitnya mulai nyanyi di telepon ngomelin kakak saya, mendengar saya nyanyi dia justru tertawa-tawa gembira, mungkin bagi dia, nyanyian saya itu seperti musik Richard Clayderman yg menina-bobokan dia...he..he..he...saya tahu dia paling senang m elihat saya berceloteh....

Sementara menunggu jemputan saya berputar-putar mengitari seputar bandara. Mata saya terpana menyaksikan sebuah keluarga yg sedang berpelukan dan bertangis-tangisan memeluk seorang lelaki muda. Tampaknya anak muda ini akan merantau meninggalkan kampong halamannya Pekan Baru menuju satu tempat yg saya sendiri tidak tahu. Saya hanya melihat betapa ramainya sanak saudara dan handai taulan yg melepas kepergiannya. Mungkin dia akan pergi dalam jangka waktu yg sangat panjang, entahlah.

Tiba-tiba ingatanku melayang ke masa lalu, ketika lulus kuliah dan aku harus segera merantau ke Pulau Jawa menyeberangi lautan yg luas tanpa dilepas oleh sanak saudara. Saya hanya berangkat sendirian....orang-orang disekeliling saya sama seperti keluarga anak muda ini ramai mengantarkan anak-anaknya menuju masa depan yg masih kabar kabur diseberang lautan sana. Hanya berbekal sebongkah asa yg merasuki dada mereka masing-masing. Airmata tumpah ruah melepas kepergian kapal yg akan berlayar membawa kami ke tempat yg jauh dari tanah tempat kami dibesarkan dan ditimang2 bunda tersayang....Ahhh rasanya kelopak mata saya mulai memanas,airmata mulai mengembang di sudut mata saya, mengenang masa-masa itu.Betapa laranya hati saya ketika itu menyaksikan anak2 lainnya dilepas sanak-keluarganya dengan lambaian tangan dan seuntai doa yg tak putus-putus dipanjatkan ayah-bundanya... Sedangkan saya termangu sendirian, menanti kapal segera berlayar...

Kisah yg sama pun terulang lagi kini, saya kira ritual mengantarkan anak-anak menuju perantauan ini sudah hilang tertelan zaman yg semakin ganas dan tak berperikemanusiaan. Nyatanya masih berlaku disini di Bumi Lancang Kuning ini. Terharu hatiku menyaksikan lelaki muda belia itu yg sedang bersimpuh memeluk kaki ibunya, mungkin dia sedang dilanda rasa gamang akan berpisah dengan bunda terkasih yg selalu melingkupinya dengan perhatian dan kasih sayang. Kini dia harus berjalan sendirian menapaki jalan hidupnya...nasibmu lak nak!

Tiba-tiba teleponku berdering nyaring sekali, membuyarkan lamunanku atas lelaki muda ini. Terdengar ditelepon suara Bang Anton yg menanyakan aku duduk di sebelah mana? Aku sibuk menjelaskan posisiku ternyata dia hanya 2 meter jaraknya dari tempat aku berdiri..he..he..he...dia langsung tertawa gembira menyambut saya, dan segera menyambar tas yg saya jinjing... dia datang bersama sepupuku....Dia menyuruh kami menunggu di depan lobby karena dia akan mengambil mobil di area parkir...Aku kaget mereka tiba sangat cepat tidak sampai 15 menit...Aku tanya sepupuku emang rumahnya di mana? Koq cepat banget sudah sampai. Ternyata rumahnya di jalan Sudirman Pekan Baru, tidak terlalu jauh dari bandara....pantesan bisa cepat sekali..:D

Tiba di rumah sepupuku sudah ramai sanak saudaraku yg menunggu kami. Suasana begitu riuh dan kami sibuk bercipika-cipiki....Begitu kentalnya logat Melayu Riau yg mereka gunakan membuat aku tersenyum-senyum, intonasinya pun  naik turun mendayu-dayu, terdengar merdu ditelinga saya...

Hari ini ternyata kami akan berpesta besar makan kepiting segar yg besar-besar banget di bawa sepupuku dari Tembilahan,salah satu kabupaten yg ada di Riau. Untuk membuat acara makan-makan ini lebih seru kami belanja ke Pasar Tradisional yg ada di Jln.Agus Salim Pekan Baru untuk membeli bumbu-bumbu pelengkap dan sayur mayur. Suasana pasar terlihat sangat ramai dan penuh dengan aneka sayur mayur dan ikan-ikan yg sangat segar. Pasar tradisional di sini selain luas terlihat bersih dan rapi.Petugas kebersihan pun terlihat tertib saat mengangkut sampah-sampah dari pasar. Harga yg ditawarkan di sini  pun sangat murah buat saya dibandingkan dengan di  JABODETABEK.

pasar ikan tradisi.JPG

pasar sayur 2.JPG

Usai pesta makan kepiting, sore harinya sepupuku mengajak kami untuk menginap di rumahnya yg terletak di Kabupaten Siak Sri Indira Pura, jaraknya kira-kira 130km dan jarak tempuh dari Pekan Baru kira-kira 2 jam dengan mobil pribadi.Dia tertarik untuk membawa saya mengunjungi Istana Siak yg tersohor itu dan Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah  yg dibangun di atas Sungai Siak, sebagai jembatan penghubung antara Pekan Baru dan Kabupaten Siak. Sebelum jembatan ini dibangun maka masyarakat yg ingin keluar masuk Siak-Pekan Baru harus menggunakan Ferry atau perahu sejenis Speedboat. Kini dengan dibangunnya jembatan modern ini yg konon menelan biaya 1 triliun lebih dan saat ini menjadi kebanggaan orang Riau dan juga banyak mendongkrak urat nadi perekonomian di Kabupaten Siak.

Sepanjang perjalanan menuju Kabupaten Siak Anda akan disuguhi pemandangan perkebunan kelapa sawit yg tiada henti. Tingginya harga jual CPO kelapa sawit membuat masyarakat Riau berlomba-lomba membuka lahan perkebunan kelapa sawit. Hasil bincang-bincang singkat dengan sepupu saya, yang juga bergerak dibidang perkebunan ini mengatakan 1 hektar lahan sawit yg siap panen dapat menghasilkan 1 ton sawit per minggu, dengan harga jual 2,000 Rp/kg, bisa dibayangkan kalau Anda punya 10 hektar lahan sawit siap panen, maka per bulan Anda bisa meraup untung ratusan juta rupiah. Janji untung yg melimpah-ruah membuat orang-orang pun semakin rakus dan ganas melakukan pembalakan hutan secara liar tanpa mempertimbangkan AMDAL secara benar. Dan ini menjadi masalah berat yg harus segera ditertibkan pihak pemerintah Riau.Memasuki area perkebunan ini Anda lebih termehek-mehek lagi menyaksikan parade mobil-mobil mewah buatan Eropa yg dengan mudah Anda temukan nangkring di setiap rumah yg ada di san a..he..he..he..Kalau ada yg bilang Indonesia itu miskin agak kurang pas juga ya..oh ndilala wong ini jauh di sudut Riau ini saya dengan mudah menemukan barang-barang mewah yg berkelas...capcai dehh...:D

Tapi kata sepupu saya sejak Oktober 2008 yg lalu, tiba-tiba harga CPO kelapa sawit terjun bebas dari 2,000 Rp/kg menjadi 500 Rp/kg, dan ini membuat beberapa pemilik kelapa sawit gulung tikar bahkan terdengar kabar yg menghebohkan para pemilik kelapa sawit yg terbelit hutang gila-gilaan dengan bank, dan seluruh hartanya habis disita oleh bank, ada yg tiba-tiba menjadi gila dan ada juga yg bunuh diri.com...Ihhh serem banget. Saya yg kurang paham dengan seluk beluk bisnis bergidik dan semakin pusing mendengar kisah mereka yg tak bisa dicerna oleh pikiran saya. Buat sepupu saya dan kakak saya bisnis kelapa sawit yg hancur lebur tak membuat mereka pusing, cukup banting setir sementara ke bisnis yg berbeda. Bagi mereka apa saja bisa dijadikan bisnis...alamak!

Ada kisah lucu yg terjadi sewaktu di rumah sepupu saya di Kab. Siak. Rumah sepupu saya ini terletak di tengah-tengah kebun kelapa sawit. Ketika kami menginap di sana, paginya waktu bangun saya iseng jalan ke kebun di belakang rumahnya....tiba-tiba saya lihat banyak pohon-pohon yg tinggi, tapi koq buahnya mirip kayak jengkol. Lalu saya tanya ini pohon apa? Kog buahnya mirip jengkol yah? Karena saya belum pernah lihat pohon jengkol...Oh iyah benar itu jengkol katanya. Tapi tumbuh sendiri tidak ditanam dan tidak dirawat katanya..tapi tumbuh subur dan buahnya sangat lebat...alamak bener2 dech Indonesia ini mirip kayak lagunya Koes Plus..tongkat dan kayu dijadikan tanaman...he..he..he...Kakak saya yg lelaki, tentu saja tertawa gembira melihatnya, karena dia sangat suka makan jengkol. Buahnya yg lebat membuat dia iseng bilang gini ke sepupu saya, gimana kalau kita ambil buahnya dan langsung  dijual ke restoran yg ada di Sumatra Timur, katanya harga jengkol 5,000 Rp/kg lebih m ahal donk dari harga kelapa sawit yg terjun bebas 500 Rp/kg....Entah apa yg merasuki otak mereka tiba-tiba dalam waktu singkat mereka memutuskan untuk memanen buah jengkol ini dan segera dikirimkan dengan truck ke Sumatra Timur....weleh-weleh dasar pedagang apa saja bisa dijual cepat dan menghasilkan uang....saya hanya geleng-geleng kepala tak mengerti jalan pikiran mereka...Ini mau liburan apa mau jadi pedagang jengkol musiman yah...ABCD!

parade jengkol 2.JPG


Setelah sarapan pagi, pukul 9:00 kami berangkat menuju Istana Siak yg terkenal itu. Sebelum menuju Istana Siak kami singgah sebentar menyaksikan Sungai Siak dan Jembatan.Tengku Agung Sultanah Latifah dan kemudian meluncur ke Istana Siak.

jembatan siak.JPG

jembatan close up.JPG

Jembatan ini diberi nama Tengku Agung Sultanah Latifah diambil dari nama permaisuri Sultan Kerajaan Siak Sri Indira Pura raja terakhir Kerajaan Siak yakni Sultan Syarif Kasim II. Jembatan di Siak ini  dibangun dengan panjang 1196m dengan lebar 16.95m dan mampu menahan beban sampai 28ton.Dinyatakan jembatan ini bisa bertahan sampai 100 tahun..Benar nga yah? Siapa di antara kokiers yg bisa membuktikan ini nanti ya..ha.ha..ha..

jembatan close up 2.JPG

Dibagian atas jembatan ini dibangun restoran, sehingga Anda bisa menyaksikan Sungai Siak dan desa-desa di sekitarnya. Sebenarnya pengambilan photo terbaik adalah di senja hari ketika lampu2 di Jembatan Siak ini sudah menyala terang benderang, tetapi ketika malamnya saya berniat ambil gambar di jembatan ini terjadi hujan deras dan angin kencang. Saya pun mengurungkan niat saya, memilih sembunyi di balik selimut tebal aja.

sungai siak.JPG

Saya kurang tahu hendak dibangun apa di dekat Sungai Siak ini karena saat itu ada tanah yg diuruk di situ,tapi nga tanya buat apa yah...lempeng.com aja dech!

mesjid beside jembatan.JPG

Mesjid besar dan megah ini dibangun di dekat Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah yg megah itu. Tapi saya lupa nama mesjidnya. Di Pekan Baru hampir semua mesjid dibangun dengan sangat besar dan megah sekali...Ini cuma salah satunya.

lembaga adat sri indira pura.JPG

Dan ketika kami melintasi Lembaga Adat Melayu Riau yg ada di Kab.Siak hampir semua jalan di sana dibangun sangat panjang dan lebar, dan daerah ini saya pikir cukup bersih dan teratur. Bangunan Lembaga Adat Melayu Riau ini dibangun sangat besar dan megah,menggunakan arsitektur Melayu-Arab yg sangat kental dengan warna-warna kuning dan hijau yg bagian pintu2nya saya pikir masih terpengaruh arsitektur Arab.

lembaga adat 2.JPG

lembaga adat 1.JPG

Ciri khas bangunan Melayu Riau ini adalah terletak pada setiap atapnya yg memiliki jambul bersilang...terbuat dari kayu....terlihat megah dan indah dari kejauhan....tampaknya cukup terawat dengan baik.

Ketika menuju Istana Siak, cuaca sedikit mendung dan terlihat awan menggantung tanda hari akan segera hujan...aduch kalau sampai hujan tentu susah sekali untuk mendapatkan photo yg bagus...saya jadi harap-harap cemas...Tapi ternyata sampai di sana cuaca masih cukup bersahabat..he..he..

istana siak dengan taman.JPG

Konon katanya Sultan Kerajaan Siak ini suka plesiran ke luar negeri dan beliau sangat terinspirasi oleh bangunan-bangunan Eropa yg megah dan mewah dan juga mesjid-mesjid megah di Arab sono. Sehingga ketika membangun Istana Siak ini sang Sultan Syarif Kasim banyak dipengaruhi oleh arsitektur Eropa, Arab dan tentu saja Melayu.

pintu istana.JPG

Seluruh istana ini dikelilingi oleh pintu2 yg besar berbentuk kubah menggunakan kaca sehingga kita bebas melihat seluruh isi ruangan di lantai 1 dari balik kaca saja.

istana siak dgn meriam.JPG

Didepan istana masih ada  meriam yg terawat rapi dan bersih.Dan apabila Anda memperhatikan bagian setiap  ujung atap istana diberikan patung burung elang yg sangat gagah.

elang.JPG

Ini adalah gambar elang secara dekat dan jelas. Ketika Anda memasuki pintu pagar istana saja, Anda segera disuguhkan patung elang ini.

lampu kristal.JPG

Lampu kristal ini adalah peninggalan masa lalu yg masih bersih dan terawat rapi sekali tergantung indah di depan pintu masuk menuju istana.

gardu istana.JPG

Di sebelah kiri istana ini Anda akan menemukan bekas gardu istana yg berbentuk silinder. Tapi sudah tidak digunakan lagi, tapi cukup unik juga yah..ini bekas pos penjagaan di sekitar istana.

senapan.JPG

Sebenarnya banyak benda2 antik peninggalan masa lalu di istana ini, tetapi ketika saya berada di sana kebetulan istana sedang ditutup. Jadi saya tidak bisa mengambil gambar di dalam istana tsb....sangat mengecewakan..:D  Tapi beberapa gambar saya ambil dari balik kaca, hasilnya sangat buram sekali...he..he..

Meskipun saya belum puas berkeliling kota Siak tapi saya harus segera berkemas-kemas melanjutkan perjalanan kami menuju Sumatra Timur...Selamat tinggal Bumi Lancang Kuning!

Bersambung ke episode berikutnya : Kabut di Rura Silindung

nuchan@12-2008





No comments:

Post a Comment