Dalam keluarga besar saya, dari 7 bersaudara hanya 2 orang saja wanita. Itupun ibu saya berjibaku setengah mati untuk mendapatkan anak perempuan. Walaupun dalam masyarakat Batak, anak lelaki adalah segala-galanya karena laki-lakilah yg meneruskan nama keluarga besar, tetapi ayah saya ternyata belum merasa hidupnya lengkap sebagai lelaki jika belum dikaruniai anak perempuan sebagai bagian dari keindahan dalam sebuah rumah tangga. Alhasil ibu saya bolak-balik hamil lagi hamil lagi. Anak pertama laki-laki, ayah saya bahagia sekali, sampai rela buat acara syukuran 7 hari 7 malam hehehe. Anak kedua laki-laki lagi, tetap bahagia juga syukuran lagi tapi cuma 3 hari 3 malam. Anak ketiga laki-laki lagi, mulai datar tuch wajahnya, tak jelas sedih atau bahagia, jadi acara syukuran satu hari saja itupun seadanya saja. Anak keempat laki-laki lagi, ini beneran wajahnya menunjukkan rasa jengkel dan kesal, kayaknya tak terima dengan keadaan ini, beliau nekat tak mau mengadakan syukuran lagi, kasihan banget anak keempat ketiban sial hehehe.
Kelihatannya ayah saya jengkel dan mulai mengutuki nasibnya yg kurang beruntung, harus dikelilingi si Ucok lagi si Ucok lagi hehehe..Ketika ibu saya hamil anak kelima, ayah saya sudah berasumsi bahwa yg akan lahir ini pasti Ucok lagi nie, jadi beliau sudah tak ingin berharap-harap lagi kayak sebelumnya, takut kecewa berat. Bahkan nama calon bayinya pun sudah disiapkannya dengan nama jenis kelamin lelaki hahaha. Dan ketika hari kelahiran itu tiba 31 Maret, ternyata yg brojol anak perempuan, ohhh bidannya berteriak senang sekali si Buteeeeeeeeeeeeeeetttttttttttttt! teriaknya. Ayah saya melompat kegirangan saking bahagianya beliau berteriak sekencang-kencangnya : saya punya anak perempuan, saya punya anak perempuan teriaknya. Dia menari-nari kegirangan seolah-olah beliau sudah memenangkan balap kuda berhadiah 1 milyar hehehe.
Kali ini beliau ingin mengadakan syukuran special, pesta 7 hari 7 malam ditambah bonus pula, beliau memberikan sumbangan yg banyak ke gereja sebagai ungkapan rasa syukur yg tak terbilang dengan kata-kata. Tiba-tiba ayah saya seperti memiliki semangat hidup baru, hidupnya serasa terpenuhi oleh berkat-berkat yg luar biasa hehehe. Semua pekerjaan wanita yg selama ini diharamkannya, kini dengan senang hati dikerjakannya dan sedikit rona bangga terbersit di wajahnya, bahwa ternyata beliau bisa memasak, mencuci dan menjemur pakaian dan lain-lain. Manusia memang suka bertindak aneh dan keluar dari pakem sebelumnya kalau sedang bahagia hehehe. Ibu saya pun kini bisa bernafas lega, karena sudah bisa memenuhi obsesi ayah saya untuk bisa memiliki anak perempuan. Dan putri pertama ayah saya ini, kelak diperlakukan sangat istimewa di sepanjang hidup ayah saya.
Saya adalah anak keenam dari 7 bersaudara. Jadi bisa ditebakan setelah kakak perempuan saya lahir, maka beberapa tahun kemudian yg brojol dari rahim ibu saya adalah saya, putri kedua ayah saya. Tapi anehnya , ketika saya lahir, ayah saya tak seheboh dan segirang sebelumnya. Katanya ketika saya lahir sedang masa paceklik. Jadi tidak ada pesta-pesta meriah seperti yg dialami kakak perempuan saya. Ibu saya pun sedang hidup prihatin, jadi kayaknya saya cenderung kurang gizi hahaha...Kasihan sekali, saya pun ketiban sial, mirip anak keempat hehehe lahir tanpa disambut pesta meriah. Menyedihkan!
Bukan hanya tak disambut pesta dan gong meriah saja, ternyata setelah tumbuh remaja pun, secara fisik, ternyata saya kalah jauh dibandingkan kakak perempuan saya. Kakak perempuan saya dianugerahi kulit putih bersih, mata sipit kayak gadis Tionghoa, lekuk bibirnya sexy dan tinggi badannya lebih dari cukup untuk bisa tampil sexy di depan pria. Pokoknya pantaslah ayah saya memberikan perhatian lebih istimewa buat putri pertamanya ini hehehe. Sedangkan saya sudah kecil, kurus pula karena pas lahir kayaknya kurang gizi sich, maklumlah pas lahir juga lagi musim paceklik hehehe, ditambah lagi kulit saya berwarna sawo matang, beda banget sama kakak perempuan saya. Sampai-sampai ayah saya curiga juga, jangan-jangan saya ini bukan putri kandungnya hehehe. Tapi karena ibu saya seorang istri yg patuh dan setia, jadi tak ada alasan ayah saya untuk meragukan status saya sebagai putri kandungnya hehehe.
Ketika beranjak remaja, saya mulai sadar dan merasakan perbedaan yg sangat mencolok, ayah saya memperlakukan kakak perempuan saya lebih istimewa. Entah kenapa setiap kali kakak perempuan saya membutuhkan sesuatu, maka ayah saya tanpa berpikir panjang akan segera mengabulkan semua permintaannya. Saya merasa kakak perempuan saya dimanjakan oleh ayah saya baik secara materi maupun kasih sayang. Saya mencoba mengingkari kenyataan itu, tapi semakin hari semakin saya melihat bahwa ayah saya memperlakukan saya secara tidak adil.
Suatu kali saya meminta uang untuk membeli buku pelajaran penting di sekolah saya, tapi ayah saya bilang sabar yah, bulan depan baru bisa dibeli katanya, karena saat ini ayah belum cukup uang katanya. Saya sich percaya saja. Tapi masih dalam hari yg sama hanya beda 2 jam saja, tiba-tiba kakak perempuan saya datang ke ayah saya bilang minta dibelikan sepatu baru, karena besok ada temannya yg berulang-tahun dan dia tidak punya sepatu baru katanya. Aje gile, tanpa bertanya lebih lanjut ayah saya langsung memberikan uang sejumlah yg dibutuhkan kakak perempuan saya. Melihat kejadian itu, dada saya langsung bergemuruh dipenuhi rasa marah, kesal, jengkel, campur-aduk jadi satu, saya merasa diperlakukan tidak adil. Saya tak habis pikir bagaimana mungkin kebutuhan sepatu pesta lebih utama dibandingkan buku pelajaran sekolah? Saya berlari ke kamar saya menangis sejadi-jadinya. Sejak saat itu saya putuskan untuk melakukan aksi diam seribu bahasa. Saya tak pernah lagi meminta uang kepada ayah saya. Saya memilih tak perlu punya uang jajan daripada menurunkan harga diri saya menadahkan tangan meminta uang ke ayah saya. Tidak.Tidak. Cukup satu kali saya kecewa, tak perlu ditambah lagi.
Saya pun tumbuh menjadi perempuan paling acuh tak acuh cuek-bebek dan cenderung memberontak. Semua aturan yg dibuat ayah saya, pasti saya langgar. Perempuan dilarang pulang malam, batas maksimal pukul 9 malam, saya langgar semuanya, pulang pasti jam 11 malam. Perempuan harus di rumah membantu ibu saya, memasak,mencuci,menjemur,menyeterika pakaian,dll tapi semua saya langgar. Saya lebih suka berkemah, turun naik bukit dengan teman-teman saya. Tak ada satu pun pekerjaan perempuan yg saya lakukan. Saya bener-bener ingin membuat ayah saya kesal dan marah. Beliau mencoba menegur saya, tapi tak saya gubris. Lama-lama beliau sadar bahwa saya sedang melakukan pemberontakan. Karena bosan tak digubris, beliau pun tak pernah lagi menegur saya. Kami pun menjadi dua orang asing di dalam gubuk yg sama. Menyedihkan! Ibu saya sadar bahwa saya sedang marah pada ayah saya yg pilih kasih, sebagai gantinya ibu saya melimpahkan kasih sayang yg berlebih kepada saya, sebagai pengobat luka hati saya. Dan bagi saya, ibu saya memang menjadi malaikat pelindung yg paling saya cintai. hehehe.
To be continued,
nuchan@30072010
copyright
Minggu 01 Aug 2010, Tiba-tiba saya ingin melanjutkan tulisan saya ini, karena beberapa malam sebelumnya sempat terhenti karena capek dan rasa ngantuk yg menyerang.tak tertahankan. Siang ini dengan ditemani lagu Michael Buble " Let me go home"
And I’m surrounded by
A million people I
Still feel all alone
Oh, let me go home
Oh, I miss you, you know
Saya adalah anak keenam dari 7 bersaudara. Jadi bisa ditebakan setelah kakak perempuan saya lahir, maka beberapa tahun kemudian yg brojol dari rahim ibu saya adalah saya, putri kedua ayah saya. Tapi anehnya , ketika saya lahir, ayah saya tak seheboh dan segirang sebelumnya. Katanya ketika saya lahir sedang masa paceklik. Jadi tidak ada pesta-pesta meriah seperti yg dialami kakak perempuan saya. Ibu saya pun sedang hidup prihatin, jadi kayaknya saya cenderung kurang gizi hahaha...Kasihan sekali, saya pun ketiban sial, mirip anak keempat hehehe lahir tanpa disambut pesta meriah. Menyedihkan!
Bukan hanya tak disambut pesta dan gong meriah saja, ternyata setelah tumbuh remaja pun, secara fisik, ternyata saya kalah jauh dibandingkan kakak perempuan saya. Kakak perempuan saya dianugerahi kulit putih bersih, mata sipit kayak gadis Tionghoa, lekuk bibirnya sexy dan tinggi badannya lebih dari cukup untuk bisa tampil sexy di depan pria. Pokoknya pantaslah ayah saya memberikan perhatian lebih istimewa buat putri pertamanya ini hehehe. Sedangkan saya sudah kecil, kurus pula karena pas lahir kayaknya kurang gizi sich, maklumlah pas lahir juga lagi musim paceklik hehehe, ditambah lagi kulit saya berwarna sawo matang, beda banget sama kakak perempuan saya. Sampai-sampai ayah saya curiga juga, jangan-jangan saya ini bukan putri kandungnya hehehe. Tapi karena ibu saya seorang istri yg patuh dan setia, jadi tak ada alasan ayah saya untuk meragukan status saya sebagai putri kandungnya hehehe.
Ketika beranjak remaja, saya mulai sadar dan merasakan perbedaan yg sangat mencolok, ayah saya memperlakukan kakak perempuan saya lebih istimewa. Entah kenapa setiap kali kakak perempuan saya membutuhkan sesuatu, maka ayah saya tanpa berpikir panjang akan segera mengabulkan semua permintaannya. Saya merasa kakak perempuan saya dimanjakan oleh ayah saya baik secara materi maupun kasih sayang. Saya mencoba mengingkari kenyataan itu, tapi semakin hari semakin saya melihat bahwa ayah saya memperlakukan saya secara tidak adil.
Suatu kali saya meminta uang untuk membeli buku pelajaran penting di sekolah saya, tapi ayah saya bilang sabar yah, bulan depan baru bisa dibeli katanya, karena saat ini ayah belum cukup uang katanya. Saya sich percaya saja. Tapi masih dalam hari yg sama hanya beda 2 jam saja, tiba-tiba kakak perempuan saya datang ke ayah saya bilang minta dibelikan sepatu baru, karena besok ada temannya yg berulang-tahun dan dia tidak punya sepatu baru katanya. Aje gile, tanpa bertanya lebih lanjut ayah saya langsung memberikan uang sejumlah yg dibutuhkan kakak perempuan saya. Melihat kejadian itu, dada saya langsung bergemuruh dipenuhi rasa marah, kesal, jengkel, campur-aduk jadi satu, saya merasa diperlakukan tidak adil. Saya tak habis pikir bagaimana mungkin kebutuhan sepatu pesta lebih utama dibandingkan buku pelajaran sekolah? Saya berlari ke kamar saya menangis sejadi-jadinya. Sejak saat itu saya putuskan untuk melakukan aksi diam seribu bahasa. Saya tak pernah lagi meminta uang kepada ayah saya. Saya memilih tak perlu punya uang jajan daripada menurunkan harga diri saya menadahkan tangan meminta uang ke ayah saya. Tidak.Tidak. Cukup satu kali saya kecewa, tak perlu ditambah lagi.
Saya pun tumbuh menjadi perempuan paling acuh tak acuh cuek-bebek dan cenderung memberontak. Semua aturan yg dibuat ayah saya, pasti saya langgar. Perempuan dilarang pulang malam, batas maksimal pukul 9 malam, saya langgar semuanya, pulang pasti jam 11 malam. Perempuan harus di rumah membantu ibu saya, memasak,mencuci,menjemur,menyeterika pakaian,dll tapi semua saya langgar. Saya lebih suka berkemah, turun naik bukit dengan teman-teman saya. Tak ada satu pun pekerjaan perempuan yg saya lakukan. Saya bener-bener ingin membuat ayah saya kesal dan marah. Beliau mencoba menegur saya, tapi tak saya gubris. Lama-lama beliau sadar bahwa saya sedang melakukan pemberontakan. Karena bosan tak digubris, beliau pun tak pernah lagi menegur saya. Kami pun menjadi dua orang asing di dalam gubuk yg sama. Menyedihkan! Ibu saya sadar bahwa saya sedang marah pada ayah saya yg pilih kasih, sebagai gantinya ibu saya melimpahkan kasih sayang yg berlebih kepada saya, sebagai pengobat luka hati saya. Dan bagi saya, ibu saya memang menjadi malaikat pelindung yg paling saya cintai. hehehe.
To be continued,
nuchan@30072010
copyright
Minggu 01 Aug 2010, Tiba-tiba saya ingin melanjutkan tulisan saya ini, karena beberapa malam sebelumnya sempat terhenti karena capek dan rasa ngantuk yg menyerang.tak tertahankan. Siang ini dengan ditemani lagu Michael Buble " Let me go home"
And I’m surrounded by
A million people I
Still feel all alone
Oh, let me go home
Oh, I miss you, you know
Suara Michael yg khas lembut dan mendayu-dayu dari laptop saya, membuat pikiran saya melayang dan mengembara jauh ke masa lalu. Masa lalu yg sudah lama saya kubur di bawah alam sadar saya, tapi akhir-akhir ini sering muncul sekelebat di pikiran saya.