Saturday, August 14, 2010

Menjelajah ke negeri tirai bambu

Mimpi untuk menjelajahi negeri tirai bambu atau negerinya Uncle Mao ( Mao Tse Tung ) si pemimpin komunis yg tersohor sampai ke negeri antah berantah ini tak pernah terlintas sama sekali di benak saya. Bayangkan jarak Jakarta - Beijing itu kira-kira 5,172km, dan kalau ditempuh dengan pesawat terbang bisa menempuh  waktu hampir 7 jam lamanya. Hampir sama dengan penerbangan Jakarta - Tokyo. Tetapi bukan soal jarak yg buat saya tak yakin untuk bisa menginjakkan kaki di negeri tirai bambu ini, tapi memang sejak Uncle Mao mengumumkan berdirinya RRC Sosialis 1 Oktober 1949 dan dipimpin oleh Uncle Mao, maka negeri tirai bambu dengan seribu budaya ini mengisolasi diri dari dunia luar. Sejak saat itu rasanya sulit bermimpi untuk menjelajahi negeri Tiongkok ini hehehe.

Harapan mulai bersinar sejak Uncle Mao meninggal dunia tahun 1976 dan Republik Rakyat China mulai membuka diri terhadap dunia luar. Sejak 22 Dec 1978 - 12 Oct 1992, Republik Rakyat China dipimpin oleh pemimpin baru yg lebih terbuka terhadap dunia luar dan juga sangat serius mermbangun perekonomian  RRC yaitu Deng Xiaoping. Dibawah kepemimpinan beliau RRC melaju bak meteor menjadi salah satu negara dengan laju perkembangan ekonomi tercepat di dunia. Salah satu  maha karya Uncle Deng  adalah sukses luar biasa membangun Shenzhen menjadi Special Economic  Zone. Kalau Anda punya kesempatan ke China, mungkin kota besar Shenzen bisa menjadi pilihan. Kota ini tertata dengan sangat rapi dan bersih, jalan-jalan raya dibangun dengan sangat lebar sekali terdiri dari beberapa jalur dengan ukuran yg lebar-lebar. Pedestrian Road-nya sangat lebar di kiri-kanan jalan. Pohon-pohon besar yg rindang ditanam di setiap sisi jalan dan sangat terawat rapi. Transportasi dalam kota dan luar kota yg sangat maju dan praktis. Kalau ingin lebih nyaman lagi dan cepat Anda bisa menggunakan Metro Subway, sangat murah dan nyaman sekali. Anda pun  masih  akan sangat terpesona dengan gedung-gedung pencakar langitnya. Saya sampai termehek-mehek melihat betapa maju dan modernnya kota Shenzhen ini. Bayangan saya tentang China yg sudah terisolasi dari dunia luar selama 30 tahun, saya bayangkan kota ini tak jauh beda  dengan Hanoi atau Ho Chi Minh yg ada di Viet Nam. Ternyata saya salah besar. Kota Shenzhen lebih mirip seperti Hong Kong sangat modern. Bedanya Shenzhen luas dan tidak macet kayak Hong Kong dan biaya hidup pun jauh jauh lebih murah di Shenzhen. Itu sebabnya saat ini Shenzhen menjadi pilihan terbaik untuk berlibur  week-end dan beristirahat bagi penduduk Hong Kong apabila bosan dan gerah dgn suasana Hong Kong yg super duber sibuk. Lagian jarak  tempuh antara Hong Kong dan Shenzhen cuma 30 menit ditempuh dgn Metro Subway. Cuma kalau lagi  week-end suasana di bagian Imigrasi Lo Wu alamak padat merayap booo hehehe...Jadi harus menghindari week-end kalau mau ke Hong Kong atau Shenzhen, kalau tak mau Anda terjebak antrian panjang kayak ular hehehe... Betewe itulah salah satu maha karya Uncle Deng yg berhasil mengubah Shenzhen dari kota nelayan yg miskin dan tertinggal, kini  menjadi sebuah kota yg maju dan modern seperti layaknya Hong Kong. Memang salah satu obsesi Deng Xiaoping adalah menciptakan sebuah kota besar yg maju dan modern seperti Hong Kong atau Singapura. Dan saya pikir cita-cita beliau sudah tercapai. Untuk mengenang beliau maka dibangun patung Deng Xiaoping yg sangat besar dan tinggi di Lian Hua Shan Mt. di Shenzhen (Guangdong, China). Lian Hua Shan  adalah sebuah taman yg besar dan indah terletak di jantung kota Shenzhen. Kalau soal masakan Anda tidak usah khawatir, rasa mie kuah yg ada di Shenzhen hampir sama nikmatnya dengan rasa mie kuah yg ada di Sumatra Utara, rasa mie kuahnya pedas dan lezat, pokoknya mantafffss hehehe. Mungkin hampir semua masakan China yg ada di Indonesia itu rata-rata berasal dari daerah Selatan China. Karena ketika saya di Beijing ( Bejing terletak di bagian Utara China ) ternyata rasanya super aneh di lidah saya. Untung saya tak sampai muntah makannya hehehe. Masakan daerah Selatan China relatif lebih cocok dengan lidah orang Indonesia, itu menurut pengamatan saya pribadi hehehe.

To be continued,
ngantuk pisan euy hehehe


No comments:

Post a Comment