Monday, August 30, 2010

Berlibur ke negeri Paman Ho

Saya pernah bilang bahwa saya merasa kesulitan menolak tawaran tiket murah meriah dari penerbangan AA. Tawaran yg cukup menggoda untuk tujuan Jakarta - Ho Chi Minh - Jakarta seharga 563ribu rupiah pun tidak saya lewatkan. Padahal saya belum tahu pasti apakah saya diizinkan cuti atau tidak dari kantor saya. Yg penting beli dulu tiket murmernya. Kalau pada saat hari H ternyata ada kendala atau tidak diizinkan cuti, ya dengan sangat menyesal paling banter dibatalkan saja terbangnya hehehe, begitu aja koq repot:D

Setelah menghitung hari yg paling memungkinkan untuk berangkat, maka saya pilih jadwal terbangnya Jakarta(CGK)-Ho Chi Minh(SGN), Fri 16 Apr 2010, 1635hrs - 1940 hrs dgn pesawat QZ7736. Dan Ho Chi Minh(SGN)-Jakarta(CGK) Mon 19 Apr 2010,2005 hrs - 2310 hrs. Perjalanan ini akan ditempuh kurang lebih 3 jam lamanya. Jadi saya pikir tidak terlalu lama. Cukuplah buat numpang tidur selama 2 jam di dalam pesawat hehehe.

Liburan kali ini saya berlibur sendirian saja. Dan yg lebih nekat lagi saya sama sekali tidak mempersiapkan perjalanan ini dengan matang. Biasanya kalau saya berlibur sendirian seluruh jadwal detail perjalanan saya, sudah saya tulis dengan rapi sekali. Bahkan jauh-jauh hari sebelumnya saya sudah mengecek seluruh daerah wisata yg paling menarik di negara tujuan tsb.  dari info di internet. Tapi entah kenapa kali ini saya merasa tak begitu perlu untuk menulis detailnya. Saya pikir nanti sajalah, tanya di travel agent yg ada di Ho Chi Minh. Saya pun tak punya minat mencari tahu tujuan wisata apa saja yg menarik di Ho Chi Minh. Lebih baik nanti saya cek langsung dari brosur-brosur wisata mereka. Alhasil saya berangkat lenggang kangkung tanpa tahu wisata apa yg menarik di sana.Ini baru nekat dan cuek bebek hehehe. Tarik mang!

Beberapa teman saya yg tahu kalau saya akan berlibur ke Ho Chi Minh tertawa geli mendengarnya. Bagi mereka apa bagusnya berlibur ke Ho Chi Minh. Selain negara komunis ini sama kotornya dan sama macetnya dengan Jakarta, makanan pun tak ada yg terlalu istimewa di mata mereka. Dari segi tujuan wisata pun tak ada yg menonjol sama sekali di Ho Chi Minh , masih kalah jauh dengan Indonesia Raya, segala keindahan alam, ada di Indonesia, mulai dari gunung2 yg tinggi, panorama laut dan pantai yg sangat indah, alam pedesaaan yg indah dan penduduk yg ramah tamah dan berbagai keajaiban alam ada di sini sampai tak terbilang banyaknya, belum lagi berbagai bangunan tua yg bersejarah, semuanya komplit lit... Terus ngapain kamu jauh-jauh ke negara komunis nona ledek teman saya sembari tersenyum lucu. Masih mending kamu ke KL atau Singapura. Diledekin seperti itu saya malah cuma cengar-cengir doank tak berniat berbalas pantun untuk memberikan alasan kenapa saya mesti ke Ho Chi Minh. Menurut saya ini hanya masalah pilihan pribadi tidak ada kaitannya dengan keindahan alam Indonesia hehehe. Yg jelas saya ingin melihat dan merasakan sendiri kesemrawutan dan kekacauan negara komunis ini. Soalnya saya sudah bosan juga dengan segala hal yg modern dan teratur layaknya di KL dan Singapura. hehehe.

Untuk penginapan, tadinya saya berencana untuk cari langsung di travel agent yg ada di Tan Son Nhat International Airport Ho Chi Minh. Sama seperti waktu saya ke Hanoi Viet Nam Utara tahun lalu, saya cari paket wisata dan hotel di Noi Bai International Airport. Harga-harga yg ditawarkan baik hotel maupun paket wisata cukup terjangkau. Harga hotel di Hanoi per malam standard room kira-kira 10USD. Tapi berbeda dengan perjalanan ke Ho Chi Minh kali ini, saya lepas landas dari Bandara Sutta 16:35 sore dan mendarat di Tan Son Nhat International Airport pukul 20:10 malam. Wadoh kayaknya repot juga kalau harus cari-cari penginapan di malam hari. Akhirnya daripada nanti pusing sendiri cari penginapan,  maka saya putuskan untuk  booking hotel via internet sehari sebelum berangkat hehehe. Saya coba browsing on the net mencari hotel yg paling terjangkau harganya dan letaknya harus strategis. Dari sekian info yg saya baca maka saya putuskan untuk menginap di Thuan Thien Hotel. Kelihatannya letaknya sangat strategis tapi harga yg ditawarkan cukup mahal juga menurut saya sekitar 30USD per malam. Tapi sudahlah saya saat ini tak ingin susah tak ingin repot juga, ditambah lagi saya traveling sendirian, mendarat malam hari pula...ndilala membayangkannya saja sudah lumayan repot hehehe. Maka tanpa pikir panjang lagi saya booking untuk satu malam saja. Kalaupun hari berikutnya saya berubah pikiran pengen ganti hotel itu mah gampanglah hehehe.

Jumat, 16 Apr 2010, saya ambil cuti 1/2 hari saja dari kantor. Berhubung pesawat berangkat 16:35 sore, saya pikir masih banyak waktu luang, jadi saya bisa berangkat dengan santai.  Saya cuma bawa tas punggung kecil dan tas pakaian yg tidak begitu besar. Hanya 4 hari saja, jadi tak perlu bawa pakaian yg banyak,cukup 4 buah baju kaos tipis dan 2 buah celana jeans belel hehehe. Pokoknya praktis.Selebihnya kalau nanti saya butuh baju atau kaos, saya tinggal beli saja di sana. Entah kenapa perjalanan kali ini saya sama sekali tak ingin susah tak ingin repot hehehe.

Pukul 15:00 sore saya tiba di Bandara Sutta Terminal 2D. Saya langsung menuju counter check-in AA yg terletak di pojok. Lumayan hari ini tidak perlu antri, di depan saya hanya ada 2 orang gadis yg dua-duanya pakai jilbab, sedang sibuk mengeluarkan tiket dan passport hijau. Kemudian menyerahkannya ke petugas yg wajahnya manis dan ramah. Duh mimpi apa hari ini semuanya lancar, nga perlu antri ketemu petugas yg ramah dan manis pula..hehehe..Selesai check-in, saya langsung bergegas menuju loket pengurusan Bebas Fiskal ke luar negeri dengan menunjukkan NPWP, kemudian petugas akan memberikan stempel tanda bebas fiskal pada tiket saya. Beres.

Sekarang saya memutar tubuh menuju loket imigrasi, wow seluruh loket terbuka tapi antriannya panjang banget. Sepertinya sore ini banyak yg terbang ke luar negeri. Sambil bengong nungguin antrian yg kayak ular, mata saya berputar melihat-lihat sekeliling, menarik banyak sekali orang Indonesia yg ke luar negeri hehehe. Saya melihat beberapa group yg tertawa-tawa riang dan saling meledek. Di bahu mereka saya lihat kamera-kamera canggih kayak DSLR Canon atau Nikon. Mungkin mereka rombongan para photographer yg pengen hunting photo kali ya. Saya cukup terhibur dengan celotehan mereka yg bener-bener segar. Traveling sendiri kadang-kadang memberi keasyikkan tersendiri buat saya, karena saya punya waktu untuk mengamati suasana di sekitar saya. Coba kalau traveling berdua atau rombongan maka waktu saya sering  habis cuma ngobrol dengan teman-teman saya saja.

Di tengah keasyikkan saya, tiba-tiba ada seorang gadis yg menepuk pundak saya. Wow sedikit kaget dan saya sigap memutar tubuh saya menghadap dia. Sambil menyuguhkan senyum manis, saya tanya : Ya, mbak. Dia balas tersenyum dan bertanya dengan ceria : Mbak, mau ke mana? Saya jawab Ho Chi Minh. Wah sama donk katanya. Dia tanya lagi, sendiri atau sama teman? Saya jawab sendiri saja. Dia terlihat kaget dan matanya menatap saya antara bingung dan tak habis pikir. Saya kira-kira bisa membaca pikirannya hehehehe. Gila apa enaknya jalan sendiri. Belum lagi tidak punya teman ngobrol. Saya lalu senyum simpul bilang bahwa saya lebih sering traveling sendirian. Supaya saya bisa punya pengalaman baru, bisa dapat teman baru dan yg terpenting saya pun  bisa menguji seberapa tangguh saya bertahan di negeri orang, di suatu tempat yg tidak saya kenali, tak memiliki bahasa yg sama dengan saya, tak ada teman yg saya kenal, saya hanya mengikuti irama kehidupan saja.

Setelah lepas dari rasa kagetnya, dia memperkenalkan diri ke saya, namanya Lia. Dia seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah universitas swasta ternama di Jakarta. Tapi nyambi kerja sebagai guru di sebuah bimbingan belajar. Lia begitu ramah dan teman ngobrol yg mengasyikkan. Dia dengan luwes bercerita tentang suka dukanya mengajar dan kuliah.  Saya menatap bola matanya yg berpendar-pendar ceria saat bercerita. Entah kenapa kami tiba-tiba menjadi sangat akrab, seperti dua orang sahabat yg sudah lama saling mengenal. Kami bercerita ngalor ngidul, mulai dari urusan pendidikan yg bobrok di Indonesia, politik busuk, sistem transportasi yg buruk, anak-anak muda yg doyan tawuran antara sekolah dan kampung, entah apalagi yg kami bahas saya sudah lupa. Yang jelas setelah lolos dari loket imigrasi kami masih jalan bareng sembari bercanda. Dan ternyata pesawat kami pun sama, sama-sama naik AA dan dapat tiket promo yg sama hehehe. Bener-bener pengalaman yang unik dan mengasyikkan. Saya selalu menyukai momen-momen yg manis seperti ini. Mendapatkan sahabat dan kisah-kisah baru yg tak terduga. Sampai saat ini saya masih mengingat dengan jelas lekuk-lekuk wajah Lia yg manis dan ramah itu. I miss you, my dear Lia.

Pesawat yang saya tumpangi AA QZ7736 mendarat dengan mulus dan tepat waktu pukul 19:40PM di Tan Son Nhat International Airport Ho Chi Minh. Saya tak punya bagasi jadi bisa langsung lenggang kangkung menuju loket imigrasi. Sembari menunggu Lia dan sahabat-sahabatnya yg masih mengantri mengambil bagasi. Sepertinya mereka berempat masing-masing bawa 1 koper hehehe. Setelah selesai proses imigrasi kami menuju pintu keluar, belok kanan berjalan sedikit  200M menuju terminal domestik dan di sana saya bermaksud naik Airport Bus No.152 ke HCMC, katanya sih ongkosnya murah hanya 2,000VND. Sayang sekali ketika sudah mencapai counter airport bus, mereka bilang bus terakhir hanya sampai jam 19:00 malam. Padahal info di internet ditulis sampai pukul 20:00PM. Ternyata salah. Hmm sayang sekali, akhirnya saya ajak Lia, Cs untuk patungan naik taxi saja. Balik lagi berdasarkan info dari internet dan para backpacker bahwa sebaiknya memilih taxi  VinaSun berwarna putih atau Mai Linh berwarna hijau. Ini taxi resmi yg pakai argometer. Taksinya ada 2 jenis, mobil sedan atau mobil kijang. Kami pilih taksi Mai Linh yg model kijang jadi bisa muat untuk berlima.

Setelah naik ke dalam taxi semuanya, sekarang kami mulai petualangan baru pakai bahasa Tarzan, ternyata supir taksinya tak bisa berbahasa Inggris sama sekali. Setiap kami bicara dia cuma tertawa-tawa saja sambil geleng-geleng kepala tanda tak mengerti. Akhirnya saya keluarkan kertas printout yg bertuliskan nama hotel dan alamatnya. THUAN THIEN HOTEL,Address : 277 Le Thanh Ton, Dist. 1,HCMC. Telp : (84-8) 3822 8122-3827 7948-3827 7849. Sekarang supirnya tersenyum dan menganggukan kepala tanda paham. Dan Lia pun sama mengeluarkan kertas printout yg bertuliskan nama hostel dan alamatnya. Saya lupa nama hostelnya tapi mereka menginap di Pham Ngu Lao Street,District 1,HCMC, kawasan ini terkenal sebagai surga bagi para backpacker. Dan para backpacker dari berbagai belahan dunia biasanya menginap di sana. Selain harganya murah dan aksesnya pun sangat dekat ke mana-mana. ( Mirip kayak Khao San Road di Bangkok atau Bukit Bintang di KL). Saya lupa berapa menit lamanya dari airport sampai ke hotel saya, tapi pada saat saya turun dari taksi, saya lihat argometer menunjukkan angka 95ribu VND. Tanpa banyak bicara saya berikan 25ribu VND ke Lia. Sambil cipika-cipiki karena kami harus berpisah dan mereka melanjutkan pergi menuju hostel mereka di Pham Ngu Lao Street.

Kini saya sendiri lagi.Memasuki hotel dan menuju meja resepsionis. Seorang wanita tinggi langsing  yg mengenakan baju khas Viet Nam dan rambut terurai panjang tersenyum manis menyambut saya. Saya balas tersenyum sambil menyodorkan kertas printout tanda booking kamar beserta passport hijau saya. Dengan cepat dia menanganinya dan menyuruh seorang petugas mengantarkan saya ke kamar saya di lantai 2. Saya kaget sekali ternyata kamarnya cukup luas, malah bisa menampung 3 orang dewasa, karena tempat tidurnya ada 2 buah, double bed dan single bed.  Hmm pantesan harganya rada mahal walapun udah dikasih diskon segala. Yah sudah deh dinikmati saja.

Saya nyalakan TV, sambil mengisi air hangat di bath tub. Rasanya saya pengen berendam untuk menghilangkan daki-daki yg menempel  dan rasapenat dari tubuh saya. Sambil menunggu air hangat penuh, semua channel TV saya coba cek tapi koq semuanya pakai bahasa Viet Nam. Bener-bener deh, nga gaul banget nie hotelnya hehehe. Capek deh. Hmm daripada ngerundel, lebih baik masuk bath tub sajalah, sambil berpikir mau makan malam menu apa nie. Habis mandi tubuh saya segar dan otak saya pun ikutan segar. Kini saya punya semangat baru untuk mencoba jalan-jalan malam di sekitar hotel saya. Karena tadi saya lihat ada pasar malam tak jauh dari hotel ini. Saya siapkan uang di dompet dan juga kamera saku, lalu saya keluar menikmati makan malam dan cuci mata melihat berbagai souvenir yg unik-unik di pasar malam. Lumayan asyik dan saya beli beberapa souvenir seperti tusuk konde ala Viet Nam, aksesoris rambut yg cantik, gelang2 unik terbuat dari mote-mote mirip kayak kerajinan di Bali dan sebuah tas tangan yg sederhana tapi menarik di mata saya. Puas rasanya  mendapatkan barang-barang yg saya sukai meskipun melalui tawar-menawar yg cukup alot hehehe. Cewek gitu lho! Kalau nga nawar koq rasanya gimana githu hehehe. Heran rasanya beli cuma sedikit souvenir tapi koq mata uang VND saya sudah mulai ludes yah...weleh-weleh mesti cepat pulang ke hotel dan segera tidur, biar besok bisa segar melanjutkan sightseeing.

Sabtu pagi, 17 April 2010 saya bangun pukul 7 pagi. Perut saya terasa lapar. Saya langsung cuci muka dan sikat gigi. Kemudian turun ke lantai 1 mau sarapan pagi di resto. Saya bingung menunya tak ada yg menarik selera. Akhirnya saya coba memanggang roti saja dan dilapisi selai kacang, minum segelas juice semangka. Saya memilih duduk di pojok sendirian. Sambil makan roti, saya amati sekeliling saya. Tiba-tiba dari pintu masuk saya lihat 2 gadis berjilbab yg saya jumpai saat antri check-in di counter AA. Mereka berduapun segera mengenali saya. Dengan tersenyum lebar dia menghampiri saya. Lalu dia bertanya : Mbak, nginap di sini? Iya, bener jawab saya. Wah coba kemaren kita sudah tahu khan bisa bareng katanya. Padahal memang saat antri check-in kita cuma bertegur sapa singkat saja. Jadi tidak tahu persis kalau ternyata menginap di hotel yg sama. Dia tanya lagi, rencananya hari ini mau kemana?Saja jawab, belum tahu. Saya tanya balik, kalian berdua ke mana? Katanya mau ikut tour via travel agent ke Chu Chi Tunnels dan Cao Dai Temple. Saya tanya, saya boleh ikutan nga? Mereka bilang ayo aja. Tapi berangkat pukul 8:00 pagi. Sekarang sudah pukul 7:30 pagi. Saya akhirnya buru-buru balik ke kamar, ganti baju dan ambil tas, kamera, uang dan beberapa pernak-pernik lainnya. Kami bertiga jalan cepat menuju travel agent  Sinh Tourist yg tak jauh letaknya dari hotel kami. Saya membayar paket wisata seharga 7USD dengan tujuan Cu Chi Tunnels, Cao Dai Temple dan paket sudah termasuk bus AC, sebotol air mineral dan makan siang. Cukup murah dan terjangkau.

Sabtu 17 April 2010, Cao Dai Temple & Cu Chi Tunnels

Pukul 8:10 pagi, bus kami berangkat menjemput para peserta ke hotel masing-masing. Perjalanan ke Cao Dai Temple ini membutuhkan waktu 2 jam lamanya.









No comments:

Post a Comment