Life goes on
Saya sering senyum terpingkal-pingkali lihat seseorang yg sedang jatuh cinta dan dimabuk asmara itu nyaris seperti tak punya logika. Meskipun saya sering dengar syair lagu “memang cinta tak pernah kenal logika” tapi sampai saat ini saya tetap tak terbiasa dengan kalimat itu.
Suatu malam saya sedang chatting dengan sahabat saya
Saya suka geli dan campur aneh melihat sahabat-sahabat saya yg sangat tanggap dan cukup cepat merespon
Setiap kali ada sahabat saya yg memutuskan akan segera menikah, maka gonjang-ganjing seputar pernikahan ini pun akan riuh-rendah dengan berbagai gossip dan berita. Mulai dari komentar yg sedap didengar sampai komentar miring yg bikin telinga panas dan merah padam. Dan ini sudah seperti menu wajib saat-saat menjelang pernikahan.
Berbagai komentar dari sahabat-sahabatnya pun bermunculan di berbagai jejaring sosial. Saya kalau baca komentar-komentar itu sering senyum-senyum sendiri dan kadang tertawa terpingkal-pingkal juga. Soalnya status pernikahan ini sering kali jadi ajang adu-pamer atau show off dari kalangan mereka yg akan menikah dan yg sudah menikah. Masing-masing berlomba-lomba menunjukkan bahwa mereka adalah pasangan yg paling berbahagia. Dan tak jarang adu-pamer ini sampai melebar ke ranah sensitive sekali yaitu membandingkan pasangan masing-masing. Mulai dari status sosial pasangannya maksudnya kerja dimana, berapa propertinya dan punya passive income apa saja,dll sampai dengan status pasangan itu sendiri janda atau duda. Belum lagi kalau duda, mulai dari duda cerai hidup atau duda cerai mati, yg mana nie? Ini akan menjadi faktor penentu buat mereka adu-pamer.
Bagaimana saya tak tertawa melihat lelucon murahan begini yah…Menikah dengan pria single saja sudah berat, apalagi menikahi duda yg sudah jelas punya track record dengan pasangan sebelumnya. Mau duda cerai hidup keg, mau duda cerai mati keg, ohlala buat saya sama saja, sama beratnya. Semuanya punya tingkat kesulitan sendiri-sendiri.
Saya sering senyum terpingkal-pingkali lihat seseorang yg sedang jatuh cinta dan dimabuk asmara itu nyaris seperti tak punya logika. Meskipun saya sering dengar syair lagu “memang cinta tak pernah kenal logika” tapi sampai saat ini saya tetap tak terbiasa dengan kalimat itu.
Suatu malam saya sedang chatting dengan sahabat saya
Saya suka geli dan campur aneh melihat sahabat-sahabat saya yg sangat tanggap dan cukup cepat merespon
Setiap kali ada sahabat saya yg memutuskan akan segera menikah, maka gonjang-ganjing seputar pernikahan ini pun akan riuh-rendah dengan berbagai gossip dan berita. Mulai dari komentar yg sedap didengar sampai komentar miring yg bikin telinga panas dan merah padam. Dan ini sudah seperti menu wajib saat-saat menjelang pernikahan.
Berbagai komentar dari sahabat-sahabatnya pun bermunculan di berbagai jejaring sosial. Saya kalau baca komentar-komentar itu sering senyum-senyum sendiri dan kadang tertawa terpingkal-pingkal juga. Soalnya status pernikahan ini sering kali jadi ajang adu-pamer atau show off dari kalangan mereka yg akan menikah dan yg sudah menikah. Masing-masing berlomba-lomba menunjukkan bahwa mereka adalah pasangan yg paling berbahagia. Dan tak jarang adu-pamer ini sampai melebar ke ranah sensitive sekali yaitu membandingkan pasangan masing-masing. Mulai dari status sosial pasangannya maksudnya kerja dimana, berapa propertinya dan punya passive income apa saja,dll sampai dengan status pasangan itu sendiri janda atau duda. Belum lagi kalau duda, mulai dari duda cerai hidup atau duda cerai mati, yg mana nie? Ini akan menjadi faktor penentu buat mereka adu-pamer.
Bagaimana saya tak tertawa melihat lelucon murahan begini yah…Menikah dengan pria single saja sudah berat, apalagi menikahi duda yg sudah jelas punya track record dengan pasangan sebelumnya. Mau duda cerai hidup keg, mau duda cerai mati keg, ohlala buat saya sama saja, sama beratnya. Semuanya punya tingkat kesulitan sendiri-sendiri.
Seperti biasa nyambung ntar yah...
No comments:
Post a Comment