Saturday, May 28, 2011

Detik-detik awal perjalanan menuju Seoul

Hari “H” May 2011
Berangkat dari kantor pikiranku masih penuh karena someone membuat saya jengkel. Sudah jam pulang baru bertanya-tanya hal-hal yg sebenarnya menurut saya tak penting. Kalau penting tentu dia sudah bertanya sejak pagi hari. Bahkan siang hari saya sudah mengirimkan informasi bahwa saya akan cuti panjang. Mendengar pertanyaan yg tak penting itu, saya menjawab dengan muka datar dan ingin segera berlalu dari sana. Tapi tak urung percakapan tadi sangat mempengaruhi mood saya saat itu. Duh rasanya bete segera menjangkiti pikiran saya. ( Rasanya pengen meninju karung pasir aja nie, buat menghilangkan rasa jengkel dan bete…Taelah curhat nie!)

Pukul 17:00 sore, saya keluar kantor dan akan mencegat bis Bandara Sutta di dekat tol. Gila hampir setengah jam saya menunggu dengan rasa deg-degan yg bergelayut di dada saya, takut macet, bisa nga keburu mengejar waktu check in. Pesawat saya AK389 akan take off pukul 20:30 malam. Pukul 18:30 baru bis Bandara Sutta tiba, hati saya yg sedang deg-degan sedikit lega melihat bis ini telah tiba.

Sepanjang jalan macet…macet…macet. (Jakarta gitu lo) Lelah disekujur tubuh karena belum mandi dan bekas keringat masih menempel, terasa lengket dan kurang nyaman. Tapi lelah yg menghujam seluruh tubuh saya dan ditingkahi macet pula, saya pun tak butuh waktu lama untuk segera tenggelam dalam tidur yg pulas di bis. Capek banget.

Saya terbangun karena dering telpon dari kakak saya, minta dibelikan tiket pulang dari Penang. Saya langsung panic dan bilang nga bisa. Dan suara saya  terdengar kurang senang karena tidur pulasku terganggu. Dengan suara bingung kakak saya bertanya kenapa? Saya sedang di jalan bukan di depan kompi. Masih ngotot dia bilang beli besok saja katanya. Saya tetap bilang nga bisa. Yah pasti nga bisalah, saya sedang menuju bandara Sutta dan dalam rangka mau berlibur. Mana bisa ngurusin tiket. Tapi saya memang tidak terus terang ke kakak saya, kalau saya sedang mau berlibur. Mendengar jawaban saya dia malah ngambek. (Lagian kakak saya ini, bener-bener aneh dan menjengkelkan sekali, wong dia lagi di Penang, koq malah minta beli tiket pulang dari Jakarta, yah bikin ruwet aja. Udah aja beli di travel di Penang sono, pasti jauh lebih praktis.Enggak tahu juga kenapa dia berpikir rumit dan rasanya nyusahin aja tuch..Payah! Walaupun saya menolak dan bilang nga bisa tapi rasanya saya menyesal dan merasa kurang baik, tak seharusnya saya menjawab seperti itu. Yah sudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Bener-bener awal yg melelahkan sekali. Saya sedang tak ingin diganggu karena otak saya sedang penuh dengan urusan kantor. Gangguan ini malah bikin saya tambah bete dan capek. Ampun dah!

Pukul 19:30an saya sudah sampai di terminal 2D. Saya langsung menuju counter AA, suasana sudah sepi banget, nga ada yg antri sama sekali. Cuma ada satu counter yg sisa. Ketika petugas check in bertanya : Ada bagasi tidak? Saya jawab tidak.  Lalu petugas itu menyarankan saya untuk online  check in saja katanya, dan sekaligus bayar airport tax 150rb di depan online check in.  Saya lalu pergi menuju online check in dan menyerahkan tiket dan paspor saya ke petugas yg ada di situ. Dengan cepat si mbak petugas ini memproses boarding pass saya. Gila dapat kursi sudah di 23B, jauh di belakang banget. Petugas bertanya : saya ada bawa barang-barang liquid yg melebihi 100ml tidak? Saya jawab tidak. Semua peralatan make up, mandi dan minyak  wangi tak lebih dari 50ml saja. Saya sudah terbiasa bawa yg travel size saja. Semuanya langsung diproses dengan cepat.

Setelah selesai, saya segera memasukkan boarding pass dan paspor ijo saya ke dalam tas khusus. Saya coba buka dompet saya, aje gile duit saya cuma ada 50ribu rupiah saja. Alamak saya mesti cari ATM BCA. Saya tanya petugas, dimana ATM BCA yg terdekat, dia tunjuk jalan mundur lagi ke tempat semula saya datang. Dekat counter SQ di ujung sana katanya. (Yah mundur lagi deh, lumayan jauh lo untuk kondisi tubuh saya yg sudah loyo banget) Meskipun malas tapi saya tetap harus ambil rupiah dulu untuk persiapan kalau kekurangan uang di KL.

Sekarang saatnya saya harus menuju ruangan boarding pass. Saya masuk menuju pintu imigrasi yg khusus orang Indonesia saja, di depan saya sudah ada yg antri 5 orang. Pada sisi sebelah kanan saya ada pemandangan yg unik, seorang pria bule dengan tubuh tinggi kurus, rambut kriting dan dandanannya klimis sedang berpelukan dengan seorang gadis muda Indonesia.  Terdengar isak tangis gadis Indonesia itu sedang tersedu-sedan dan pria bule klimis itu memeluk dan  mengelus punggungnya berusaha menenangkannya. Lama mereka berdua berpelukan. Sampai tiba giliranku pun suasana tangis-tangisan itu belum juga selesai.  Saya bertanya-tanya dalam hati saya, kira-kira berapa lama nanti pria bule itu akan mengenang gadis muda Indonesia itu? Seminggu, sebulan atau setahun?(Saya pernah baca analisa dari seorang analis Amerika bahwa rasa kehilangan seseorang yg kita cintai itu hanya akan bertahan tak lebih dari 2 tahun, setelah itu akan kembali normal)

Petugas imigrasi yg sedari tadi  sembari bekerja menyaksikan adegan sedu-sedan itu kayaknya merasa terganggu tapi tak bisa komentar.  Petugas imigrasi itu sambil menatap saya dan berganti menatap kedua insan yg sedari tadi tersedu-sedan itu, membuat saya paham kalau petugas itu sedang mencoba memberikan komentar terhadap adegan itu kepada saya dengan bahasa matanya hahaha…Tanpa ditanya dengan bahasa verbal, saya langsung berkomentar dengan tersenyum : Mungkin mereka berdua akan terpisahkan oleh jarak dan waktu yg sangat lama kali gumam saya hehehe.  Petugas imigrasi tersenyum tapi sembari geleng-geleng kepala tak habis pikir hehehe. Malam itu, itu adalah salah satu pemandangan yg unik di mata  saya. 

Setelah paspor saya dicap imigrasi, saya segera menuju terminal ruang tunggu di 3D. Berjalan sendiri sembari sesekali melihat suasana di duty free yg sepi sekali. Beda banget dengan duty free yg ada di Malaysia yg selalu ramai dikunjungi para pembeli. Sempat terlintas di benak saya apa kira-kira yg membuat duty free kita di Bandara Sutta ini sepi pengunjung. Mahal atau justru souvenir yg ditawarkan itu kurang menarik ya. Entahlah. Saya malas memikirkannya. Saya terus melangkahkan kaki saya sampai menuju ruang tunggu. Ternyata di sana suasananya sudah ramai dengan penumpang yg akan berangkat ke KL. Saya pun cari tempat duduk yg sepi dan ikutan duduk manis menunggu panggilan untuk boarding. Malam yg terasa panjang dan melelahkan tapi kini saya sudah duduk di sini dengan manis menunggu pesawat AK 389 yg akan menerbangkan saya menuju KL. Ahhhh malam panjang dan berliku! Detik-detik awal perjalanan menuju ke Seoul. Besok siang saya akan terbang dari KL menuju  Seoul. Seoul, I am coming!

nuchan@052011
Seoul, I am coming

No comments:

Post a Comment