Friday, January 14, 2011

Imigrasi oh imigrasi

Sekali waktu saya pernah baru kembali dari Beijing  dengan rute penerbangan  SQ  BCIA-Beijing-Changi Singapore-Sukarno Hatta Jakarta. Pesawat yg saya tumpangi baru mendarat sekitar pukul 11:00 siang. Setelah turun dari pesawat saya bergegas menuju counter imigrasi kedatangan.  Waktu saya sampai di sana sudah terjadi antrian yg sangat panjang. Saya lupa ada berapa loket counter imigrasi kedatangan di Bandara Sukarno Hatta ini. Tapi yg jelas saya ingat adalah loket yg beroperasi di counter imigrasi kedatangan saat itu hanya ada 2 loket. Sementara antrian sudah seperti ular. Dalam hati saya, bener-bener terlalu ini pelayanan bandara internasional tapi kurang memadai dan sangat lamban. Walaupun jengkel saya tetap menunggu dengan masuk  antrian yg panjang.  Daripada bosan saya memilih mendengar musik dari Ipod saya sambil melamun kapan ini bisa selesai.

Ketika sudah mulai mendekati giliran saya, dan di depan saya masih ada 3 orang lagi, maka saya sudah mulai senang, karena hanya 3 orang lagi…Asyik..asyik ..pikir saya dalam hati. Tapi betapa terkejutnya saya melihat pemandangan di depan mata saya, sang petugas counter imigrasi kedatangan ini sembari memeriksa passport dan data kelengkapan lainnya, sang petugas ini masih asyik ngobrol dan ber-hahahihi dengan seseorang yg berdiri di dekat loket tersebut. Pantesan proses kerjanya jadi lambat banget. Bagaimana tidak sudah mengeceknya lelet kayak kura-kura masih ditambah dengan acara ngobrol yg tak penting itu dengan seseorang yg tak jelas kenapa itu orang ngajak ngobrol sang petugas di saat jam kerja yg super padat dan antrian sudah mengular, ditambah loket hanya buka 2 loket saja. Ampun dah! Imigrasi oh imigrasi!

Saya mencoba menahan diri untuk tidak terpancing emosi melihat pemandangan yg memuakkan itu. (Saya bergumam dalam hati saya : gila, antrian mengular begini, petugas masih sempat-sempatnya ngobrol di jam kerja.) Setelah menunggu dan menunggu dengan sabar, tetap saja sang petugas masih saja ngobrol dengan seseorang itu. Sambil mengurut dada, saya mulai bersuara agak rada kencang banget. Pak! Minta maaf buruan donk, tolong dipercepat,  antrian sudah mengular. Petugas cuma menoleh sebentar melihat ke arah saya. Dan saya pun dengan ekspresi wajah sangat datar  melihat ke mata petugas. Saya lihat memang dia akhirnya berusaha mempercepat cara kerjanya dan berhenti bicara dengan seseorang itu.

Seorang bapak yg bertubuh tambun yg sedang berdiri tepat di belakang saya, menepuk punggung saya, dan bertanya ke saya :

“Baru datang dari mana mbak?”
“Dari Beijing transit di Singapore”
“Ohhhhhh…”


Si bapak tambun nyeletuk begini ke saya : Kalau masuk counter imigrasi kedatangan Bandara Sutta memang begini mbak, super lelet. Kita mesti sabar-sabar saja. Kalau mau cepat mesti bayar 100ribu ada jalur khusus bagi yg punya uang lebih.  Pantesan kalau saya tak salah ingat, ada 6 loket yg tersedia, tapi yg buka hanya 2 loket saja. Sehingga antrian mengular kayak begini. Kalau kurang nyaman dan pengen buru-buru, silakan masuk jalan tol alias bayar 100ribu, jadi bisa cepat deh. Alamak Indonesia banget gito lo…

Betapa mirisnya saya mendengar ulasan bapak tambun tadi tentang counter imigrasi kedatangan Bandara Sutta ini. Betapa para wisman  bule-bule yg berkunjung ke Indonesia melalui  pintu  counter imigrasi kedatangan Bandara Sutta ini, akan sangat jengkel dan marah melihat pelayanan yg buruk ini. Bayangkan kalau para pengunjung ini  baru datang dari Singapore atau dari Beijing atau dari Bangkok atau dari Tokyo, mendapat pelayanan yg sangat buruk di counter imigrasi kedatangan Bandara Sutta ini, maka tak ayal lagi ini bisa menjadi iklan gratis yg buruk buat citra negara kita Indonesia. Semua pengunjung ini akan menceritakan betapa buruknya pelayanan imigrasi di Indonesia. Saya saja yg jelas sebagai orang Indonesia merasa emosi dan hilang kesabaran melihat cara kerja petugas imigrasi ini, apalagi mereka yg orang asing, baru datang dari Singapore, wadoh pelayanan imigrasinya kayak bumi dan langit itu. Di Singapore, pelayanan di counter imigrasi kedatangannya sangat modern, canggih dan super cepat. Kalau pun terjadi antrian yg sangat padat, maka ada beberapa petugas yg mondar-mandir berkoordinasi dengan petugas di meja loket itu, agar semuanya bisa bekerja dengan sangat efisien dan tertib.

Jangan jauh-jauh membandingkan dengan Jepang dan Singapore yg rakyatnya taat aturan dan budaya tertib sudah mendarah daging. Coba bandingkan dengan Suvarnabhumi Airport Bangkok atau Beijing Capital International Airport- Beijing , tetap saja counter imigrasi kedatangan Bandara Sutta ini, sudah jelek, super lelet, petugasnya kurang cakap dan banyak ngobrol, pakai uang siluman, fasilitas bandara tak memenuhi standar internasional, segala yg buruk ada di sana. Malas banget nga sih? Imigrasi oh imigrasi…kapan ya pelayanan kita bisa berubah? Mimpi kali yee….Ampun dah, bosan nie mulut memaki-maki birokrasi dan pelayanan yg super buruk ini. Tapi tak jua berubah. Bahkan manusia sudah sampai di bulan, tapi pelayanan kita tak berubah. Bahkan sampai isu-isu Jakarta mau tenggelam pun, tetap saja tidak ada yg berubah di negeri ini. Capek dech! 

nuchan@14012011
Life is so beautiful

No comments:

Post a Comment