Monday, January 24, 2011

Hanya mimpi

Kapan pun dia datang dan pergi,aku selalu memaafkannya. Seolah-olah dia tahu aku akan selalu menerimanya kapan saja,di mana saja dan dalam keadaan apapun. Dia sudah membuktikannya sendiri, setelah bertahun-tahun dia pergi dan melukai hatiku, tanpa merasa bersalah dia datang dan menawarkan senyuman manisnya dengan sorot mata teduhnya dalam hitungan detik dia mampu meluluhkan hatiku. Aku bahkan tak mengingat lagi apa kesalahannya dan bagaimana dia memperlakukan aku. Aku hanya bisa tersenyum, memeluk tubuhnya dan merasakan wangi tubuhnya yg tak pernah hilang dari rekaman otakku. Aku mendekapnya erat-erat, takut dia lari dan menghilang kembali.

Aku dan dia berjalan bersisian di atas pasir putih sambil bergandengan tangan. Aku merasakan gengaman tangannya yg hangat mengaliri seluruh pembuluh darahku. Sesekali aku melirik wajahnya dari samping. Dia masih tetap sama seperti dulu selalu penuh senyuman, penuh kasih dan bermata teduh. Aku sering tak mampu menahan diri, untuk tidak menghujaninya dengan berbagai ciuman manis. Dan dia hanya tertawa kegirangan mendapatkan perlakuan manis itu. Aku tak pernah tahu apa yg ada di dalam benaknya. Aku tak bisa membaca pikirannya. Kadang aku ingin masuk ke dalam pikirannya, mengintip apa yg sedang dipikirkannya. Tidak hanya sekedar melihat senyumannya.


Lelah berjalan, kami istirahat di bawah pohon yg teduh,sambil memandangi deburan ombak yg berkejaran menuju bibir pantai, dan kemudian terhempas kembali ke laut lepas. Apakah aku seperti deburan ombak itu? Berlari terus berkejaran menuju pantai, untuk kemudian terhempas kembali ke laut lepas, begitu terus dan seterusnya…Entahlah. Saat ini aku hanya ingin terus berada dalam dekapannya dan menikmati irama deburan ombak yg bak nyanyian merdu di telingaku.

Kami berdekapan terus tanpa kata tanpa bicara sampai matahari perlahan mulai menukik tajam menuju ufuk Barat. Semburat warna merah oranye menghiasi langit. Indah sekali bak lukisan tangan malaikat. Sambil menikmati keindahan peristiwa alam yg luar biasa ini, dia mencium keningku penuh kasih dan tersenyum manis melihat betapa damainya wajahku menyaksikan keindahan alam ini. Karena dia tahu,aku suka menikmati matahari terbenam. Kami terus di sana, sampai matahari benar-benar tenggelam. Kini yg tersisa hanya pekat malam.

Dia menarik tanganku mengajak untuk segera beranjak pulang. Dia melingkarkan tangan kanannya sambil sesekali mencium pipiku, kami berjalan pulang. Aku merasakan kedamaian abadi yg luar biasa. Aku tak ingin mengungkapkannya dengan kata-kata. Karena tak ada kata yg mampu melukiskan perasaanku saat ini. Aku hanya berharap ini bukan mimpi. Kalaupun ini mimpi, aku tak ingin terbangun lagi. Aku ingin terus seperti ini.

Tiba di depan pintu rumahku, dia menciumku berulang-ulang dan kemudian pamit pulang. Dia berjanji akan datang lagi, dan aku harus menunggunya. Aku tak rela dia pergi,tapi dia harus pergi. Aku tak ingin melepas genggaman tangannya. Aku hampir menangis memohon agar dia tak pergi, aku ingin dia  tinggal bersamaku selamanya. Tapi dia hanya tersenyum dan berbisik lembut di telingaku, berjanji bahwa  dia pasti akan kembali…Tangannya terlepas dan dia berlalu pergi. Dan tiba-tiba suara deringan telpon yg panjang membuatku terbangun dari tidurku. Ternyata ini hanya mimpi. Aku mimpi kamu.

nuchan@23012011
Imusm…

No comments:

Post a Comment