Sunday, May 20, 2012

Mengapa harus solo travel?


Mengapa harus solo travel? Perempuan pula. Bahaya tidak? Apakah cukup berharga untuk melakukan solo travel? Pertanyaan seperti ini pasti akan muncul saat kamu akan melakukan solo travel, apalagi ke luar negeri. Hmm tambah dicecar banyak pertanyaan.

Kalau saya pribadi ditanya, kenapa sich harus repot-repot solo travel. Sepi lagi. Garing banget, jalan sendiri. Tidak punya teman ngobrol atau ngerumpi atau apalah. Apa nga jadi bisu tuch jalan sendiri. Mungkin tidak semua orang bisa memahami hal ini. Tapi jangan kecil hati, nga usah pusing juga memikirkan jalan pikiran atau sudut pandang orang lain yg tidak bisa memahami hal ini. Karena memang bukan tugas kamu membuat mereka mengerti. Kalau saya pikir lebih baik berprinsip : Anjing menggongong, kafilah berlalu hehehe..EGP! Emang gue pikiran!

Kenapa saya harus solo travel?

Dulu saya termasuk kategori perempuan paling penakut. Tidur sendirian saja saya ketakutan, bisa semalaman saya tak bisa tidur kalau tidak ada teman tidur. Dari sejak kecil, saya selalu tidur satu ranjang dengan kakak perempuan saya. Jadi praktis selama ¼ abad hidup saya, tidur bareng kakak saya.

Saya mulai belajar tidur sendirian sejak kakak saya memutuskan menikah dan mengikuti suaminya hidup di luar Pulau Jawa. Saat itu saya sempat mengalami depresi dan susah tidur. Selama 3 bulan saya selalu tidur ketakutan, seperti ada bunyi-bunyi yg aneh saat saya mau tidur. Dan kerapkali tengah malam saya terbangun dan memeriksa ulang semua jendela dan pintu rumah, terkunci atau tidak. Dan itu sungguh sangat menyiksa sekali buat saya. Saya malah sempat diopname seminggu di RS Jakarta karena terserang penyakit typus. Katanya kecapean dan kurang tidur. Yah iyahlah gimana nga kurang tidur, wong tiap hari saat  tengah malam pasti terbangun. Bener-bener edan!

3 bulan lamanya tidur malam adalah menjadi ajang penderitaan buat saya. Plus bonus opname di RS. Saat itu saya pikir ini bener-bener gila. Saya harus berubah, kalau tidak mau hidup saya bak di neraka. (Belum tahu juga sih hidup di neraka kayak apa hahaha) Tapi intinya saya harus memutuskan bahwa saya harus berani. Mind-set saya harus segera dirubah.

Momen yg paling penting kenapa saya berubah adalah saat kontrak rumah saya di Bulak Rantai Kramat Jati Jakarta Timur sudah habis. Dan saya harus segera memperpanjang dan membayar biaya kontrakan setahun penuh. Saat yg sama juga rumah yg sudah saya beli di Mutiara sudah bisa dipakai tapi penduduk di sekitar perumahan itu masih sepi banget. Dua hal ini membuat saya harus segera memutuskan sikap saya, mau meneruskan perpanjangan kontrak rumah atau pindah rumah segera ke Mutiara tapi resikonya hidup di daerah yg masih sepi dan jauh dari pusat keramaian. Malah di perumahan saya ini, suara jangkrik masih bisa terdengar jelas hehehe.Setelah diperhitungkan dengan matang, akhirnya saya putuskan pindah rumah segera.

Keputusan ini adalah awal di mana saya mulai belajar berani menghadapi kenyataan bahwa saya harus berani tidur sendiri. Aneh bin ajaib, setelah seminggu saya tinggal di rumah saya sendiri, lambat laun saya tidak parno lagi saat tidur malam hari. Bahkan setelah berjalan setahun penuh, saya pikir saya sudah sembuh total. Saya tidak takut lagi tidur sendiri. Bahkan saya mulai menikmati betapa asyiknya tidur sendirian. Saya bebas melakukan aktivitas di kamar saya tanpa ada yg mengganggu. Tempat tidur yg luas 2x2m membuat saya bebas tidur berguling ke mana saja. Tak ada yg mengganggu. Saya bebas bangun menurut kemauan saya. Tidak ada yg menyuruh saya harus bangun, atau tidak ada yg memerintah saya harus melakukan apa. Saya bener-bener bebas dan menikmati kesendirian saya yg menurut saya membuat saya jadi tenang dan bahagia banget. Top! Saya tak pernah menduga kalau saya bisa sembuh dan tidak phobia lagi tidur sendiri. Begitu mudah obatnya. Saya hanya memutuskan di otak dan hati saya bahwa saya harus berani dan tidak boleh takut. Hebat. Mungkin kalau kamu penakut kayak saya, boleh coba tips saya tadi. Memutuskan menjadi berani di hati dan pikiran kamu, meskipun terpaksa. Pasti bisa sembuh.

Tahun 2005, saya dan sahabat saya mulai belajar travelling ke luar negeri.  Itupun karena dapat penawaran tiket murah banget dari AA. Saya senang banget. Travelling bareng sahabat  saya dengan rute KL-Penang-Hatyai-BKK-KL-JKT. Waktu itu saya bahagia banget. Walaupun banyak suka-dukanya tapi saya pikir itu adalah proses pembelajaran yg manis buat saya.

Perjalanan itu bener-bener memberikan kenangan yg manis buat saya. Dan saya mulai tertarik bahkan cenderung terbius pengen mengulangi kenikmatan saat traveling tersebut. Tapi kendala utama, saya sulit mengatur antara cuti saya dan cuti sahabat saya. Karena sahabat saya bekerja di perusahaan yg beda dgn saya. Aturan cutinya pun sangat beda dengan kantor saya. Acapkali ada penawaran tiket murah dari AA tapi ketika saya kemukakan hal ini dengan sahabat saya , selalu akhirnya terbentur jadwal yg berbeda. Awalnya saya frustrasi juga dengan keadaan ini. Pengen jalan dengan tiket murah tapi nga ada sahabat yg bisa diajak bareng. Mau jalan sendiri kog kayaknya janggal dan kurang nyaman juga.

Penawaran tiket AA yg datang bertubi-tubi membuat saya tak sanggup menahan godaan untuk segera travelling. Akhirnya saya putuskan untuk melakukan solo travel saja. Saya tak mau kehilangan kesempatan hanya karena harus tergantung ada teman jalan bareng atau tidak. Tahun 2006, saya putuskan untuk jalan sendiri lagi. Dengan rute JKT-Medan KL-Kuala Trengganu-KL-Malaka-KL-BKK-KL -JKT. Itu pertama kalinya saya melakukan solo travel. Banyak suka-duka yg saya alami selama perjalanan sendirian. Dan travelling  ini menjadi turning point untuk melakukan solo travel berikutnya dan berikutnya.

Setiap saat akan muncul pertanyaan yg sama : Mengapa harus solo travel?

Ketika saya memutuskan untuk solo travel, maka semua hal akan menjadi tugas dan tanggung-jawab saya pribadi. Saya harus mengandalkan segala kemampuan saya untuk memastikan perjalanan saya ini berjalan lancar. Karena saya tak punya teman untuk berbagi tugas.

Yg menarik bagi saya saat sudah memutuskan untuk solo travel adalah saya benar-benar harus mempersiapkan :

1. Mental
Ada sebagian orang yg berpikir bahwa kalau sudah sering travelling sendirian, maka lantas saya sudah memiliki mental baja dan pasti semua serba mudah. Sepertinya dugaan itu sedikit berlebihan atau kurang tepat. Saya tetap punya kekhawatiran sendiri. Memasuki negara lain yg belum pernah saya kunjungi sebelumnya, pasti punya kesulitannya sendiri. Untuk mempersiapkan mental saya dan rasa percaya diri saya memasuki negara tersebut, biasanya saya harus melakukan observasi sendiri melalui buku, website, mass media, atau berbagai blog-blog apa saja yg terkait dengan kondisi negara tersebut. Saat observasi ini, justru membuat saya belajar  banyak dan sering menemukan hal-hal yg unik dari negara tersebut. Kadang-kadang informasi di website ini memberikan saya perspective baru tentang negara tersebut. Bak kata orang bijak, tak kenal maka tak sayang. Mau tak mau saya harus belajar  tentang membaca  peta di dalam kota yg akan dituju, belajar tentang  wisata kuliner dan makanan khas negara tersebut, mencari tahu souvenir-souvenir yg unik yg dijual di negara tersebut, memastikan dengan baik kondisi cuaca atau musim-musim yg dianjurkan saat mengunjungi negara tersebut, mempelajari ikon wisata yg paling popular dan wajib dikunjungi serta highlights yg ada di sana, menganalisa biaya hidup,konversi mata uangnya, pakaian yg harus disesuaikan dengan musim di negara tersebut, moda-moda transportasi umum yg ada disana, tingkat keamanan bagi traveller wanita, berbagai lokasi guest houses,hostels dan tempat penginapan yg murah dan terjangkau yg umum dikunjungi para backpacker dari seluruh dunia. Semua proses  persiapan ini justru yg menjadi momen terbaik buat saya menambah pengetahuan-pengetahuan baru tentang negara lain. Semakin banyak saya menguasai tentang negara tersebut, maka semakin percaya diri saya memasuki negara tersebut. Dan ini yg akan membuat mental saya semakin teruji dan terasah, apakah saya sanggup bertahan di negeri orang sendirian.

2. Jadwal yg paling efisien

Saat memutuskan kapan berangkat, berapa lama akan tinggal di negara tujuan, kapan pulang, dan moda transportasi apa saja yg akan saya gunakan. Hal ini semua terkait erat dengan cara menyusun budget yg paling hemat dan efisien dan menetapkan jadwal yg sistematis sehingga budget yg dirancang tidak meleset terlalu jauh. Sehingga secara keseluruhan plan dan actual tidak terlalu banyak gap-nya. Sebelum menyusun jadwal, maka perlu dilakukan observasi melalui buku atau internet, sehingga saya bisa menentukan jadwal yg efisien. Dan ini bener-bener harus mengecek semuanya, mulai dari letak bandara, letak guest house, moda transportasi dan daerah-daerah yg akan dikunjungi berikutnya harus saya kuasai dengan bener. Agar bisa membuat travel plan yg efisien dan efektif.

3. Pakaian yg paling praktis dan minim

Berhubung jalan-jalan ini ala backpacker, maka seluruh pakaian yg disiapkan harus praktis dan tidak terlalu banyak. Semua jenis pakaian yg dibawa kalau bisa memang sangat ringan dan tidak terlalu tebal, biar tidak berat dan menyusahkan. Pastikan semua pakaian yg dibawa memang bener-bener diperlukan. Alagkah baiknya juga, kalau sebelumnya sudah mengecek kondisi cuaca di negara tujuan, agar tidak salah kostum. Khan gawat kalau datang saat musim dingin tapi lupa bawa warm clothes, bisa mati kedinginan atau justru budget meledak karena kudu beli baju dingin hehehe

4. Kondisi cuaca di negara tujuan

5. Cara menemukan lokasi lokasi yg akan dituju
6. Menyiapkan gadget dan alat bantu electrical type yg sesuai dgn negara tsb
7. Mata uang ...belajar cara praktis ngitung konversinya diluar kepala..biar nga mumet
8. Cara mengatur uang maupun dokumen penting sejenis passport biar aman
9. Jenis alat alat mandi dan make up yg pas dgn cuaca di negara tsb.
10. Menahan gairah untuk shopping berlebihan dll

to be continue,
nuchan@20052012


No comments:

Post a Comment