Thursday, April 2, 2015

Seperti mencari jarum di dalam tumpukan jerami

Catatan 1 Apr 2015




Untuk pertama kalinya saya harus mengerjakan segala sesuatunya sendiri, mulai dari merekrut calon staff di bagian saya sampai dengan mempelajari semua proses, dokumen--dokumen legal yg diperlukan, prosedur impor barang dari berbagai negara, product knowledge, perencanaan dan lain-lain. Intinya bagaimana sebuah badan usaha dapat segera running dalam bisnisnya. 

Semula saya menduga bahwa saya akan mampu menangani ini dengan mudah sekali. Dan saya merasa ini sebuah tantangan baru buat saya. Karena salah satu resolusi saya tahun ini adalah ingin melakukan hal-hal yg belum pernah saya lakukan. Dan doa saya seolah terjawab. Sekarang semuanya sudah di depan mata saya, tapi saat saya jalani sendiri baru saya sadar bahwa semua ini sangat menguras energi saya. Ternyata faktor U tidak pernah bisa berbohong. Segala sesuatunya akan menua dan semangat menghadapi tantangan  yg dulu saya miliki, kini rasa-rasanya sudah menurun hehehe.

Hari ini saya harus menyeleksi kandidat untuk staff Marketing. Dan saya harus menyeleksi setiap calon yg sesuai dengan kriteria dan kebutuhan perusahaan. Berita baiknya, ternyata banyak sekali orang-orang yg sedang mencari kerja via Job Street.Com. Dan calon pelamar di bagi menjadi 3 kategori Marketing, Accounting/Finance dan personal Assistant. Total jumlah orang yg sedang mencari pekerjaan via JSC hampir 1,000 orang.

Berita buruknya ternyata mencari kandidat pelamar yg memenuhi kriteria yg kita harapkan itu begitu sulit dan rumit, seperti mencari jarum dalam jerami. Sudah diubek-ubek dan disisir satu persatu hasilnya nihil. Diulang lagi, lalu disortir para pelamar yg kira-kira cocok. Hasilnya hanya terseleksi tak lebih 10 orang. Satu persatu coba dihubungi via phone, ada yg tidak bisa dihubungi, ada juga yg sudah menolak sedari awal karena bukan bidangnya, ada juga yg bersedia diundang wawancara tapi hari H tanpa pemberitahuan No Show, ada juga yg datang telat dan ada juga yg datang tepat waktu tapi saat diwawancarai tidak lolos, lalu dilanjutkan test tertulis ternyata secara karakter dan personality masih bisa dibina asalkan yg jadi mentornya punya kesabaran tingkat dewa. Tapi sulitnya mencari pelamar yg siap dan punya skill dasar untuk bisa bekerja di perusahaan multi nasional itu susah banget.

Hari pertama saja menyeleksi calon pelamar ini sudah menguras energi saya. Saya tak bisa membayangkan para sarjana lulusan dalam negeri ini rata-rata tak bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Bagaimana jadinya negeri ini untuk menghadapai MEA yg akan resmi berlaku Des 2015. Mendadak saya jadi pusing memikirkannya. Bener-bener sistem pendidikan di negeri ini sangat buruk sekali. Banyak mahasiswa yg lulus dengan modal izajah doang tidak dibarengi dengan skills yg memadai. Jadilah izajah mereka ini tak lebih dari secarik kertas yg dibubuhi tanda tangan rektor maupun dekan fakultasnya tetapi tidak memiliki kekuatan atau pun tak ada maknanya. Waktu habis terbuang untuk menyeleksi para pelamar ini tapi hasilnya NIHIL. Karena bosan dan lelah, maka kita mencoba menurunkan spec yg kita putuskan dan akibatnya kita harus berjibaku untuk mendidik mereka. Voila betapa mirisnya. Mendadak dunia saya jadi gelap dan buram....Cape deh...

nuchan@020415
galau bro

No comments:

Post a Comment