1st day, 09 Nov 2013
Packing pakaian yg harus saya bawa ke Japan.
Membuat keputusan harus backpack atau bawa koper? Hasilnya
bawa koper just in case kalau beli oleh-oleh bisa dimasukkin ke koper juga. Nga
niat belanja sich. Hahaha
Sebelum berangkat sempat ke salon juga buat masker rambut
and manicure and padicure juga hehehe cewe banget ya…
Berangkat ke bandara pesan taksi bluebird, busyet jarak
dekat kena 100ribu rupiah. Tiba di terminal 2 D masih jam 21.40pm
Cari BCA ambil uang 500ribuan dan cari toilet buat pipis
plus merapikan wajah.
Check in di counter GA. Tadinya mau check in di bagian
Corporate tapi liat petugasnya jadi nga minat. Akhirnya pindah ke International
General Check In. Wah sama juga petugasnya udah sleepy banget sampai lupa
ngecek paspor saya hahaha. Udah pas mau bayar airport tax baru petugas sadar
passport saya belum dicek. Hmm sleepy banget ya …Saya juga sama ngantuk banget.
Btw untuk pajak belum termasuk di dalam tiket, khusus
penerbangan international GA airport tax harus bayar lagi 150ribu. Katanya
khusus penerbangan domestic, harga tiket sudah termasuk airport tax di GA.
Saya menuju gate E3, suasana bandara sepi banget. Mungkin
karena terbang pagi dini hari jadi penumpang sedikit banget. Hanya satu dua
orang saja yg lewat di sekitar gate E. Bangku ruang tunggu banyak yg kosong.
Lucky for me, terbangnya ontime sesuai yg tertera di tiket.
Saya duduk di Seat 16F dekat lorong (aisle) dan sederet bangku saya kosong
semuanya. Oh nikmatnya saya bisa tidur layaknya di sofa saja, pakai bantal 2
dan selimut juga 2. Mantap. Bayar satu tiket tapi bisa bobo sepanjang
perjalanan 7 jam hahaha. Mungkin karena rute baru jadi yg terbang malam hari
masih sedikit. Padahal bagus lo bisa bobo selama penerbangan 7 jam. Saat tiba
sudah pagi hari di Osaka, jadi bisa langsung sightseeing hehehe.
Saat pesawat sudah mencapai ketinggian 40,000 kaki suasana
dalam pesawat bertambah dingin. Sangat dingin. Saya semakin bergulung dalam
selimut dan tak perduli lagi dengan minuman pembuka dari GA. Saya tenggelam
dalam mimpi.
Saya bangun saat petugas memberikan makanan pagi sekitar jam
7 pagi. Saya minta bubur nasi ala Jepang aja. Lumayan enak untuk mengganjal
perut saya.
Selama penerbangan kami mengalami 3X turbulensi di udara.
Tapi karena mengantuk saya nga terlalu memperhatikannya. Tapi saya yakin
turbulensinya kuat banget. Rasanya kayak diguncang.
Rencana penerbangan kami hanya 6 jam 55 menit. Tapi karena
ada 3X turbulensi jadi baru mendarat pukul 10:30am.
Antrian di Imigrasi KIX Airport sudah panjang dan mengular.
Luar biasa. Kasihan Mamiya san dan suaminya pasti sudah menunggu saya lama.
Tetapi seperti biasa negeri Sakura ini memang terkenal sangat efisien dalam
mengurus segala bentuk administrasi. Ketika antrian untuk foreigner sudah
mengular maka sebagian dialihkan ke counter khusus orang Jepang. Dan selama
proses antrian ada staff Jepang yg mengecek terlebih dulu isi dari Immigration
Card yg sudah diisi oleh visitor bener atau tidak. Ketika ada yg kurang petugas
tersebut menjelaskan dengan sabar apa yg seharusnya diisi. Sehingga saat sudah
tiba di counter petugas imigrasi hanya verifikasi ulang dan juga meminta
visitor untuk finger verification dan melakukan photo saja. Semuanya berjalan
cepat dan lancar. Untuk urusan begini, saya angkat topi dengan orang Jepang.
Bagus banget.Serba efisien.
Setelah selesai melewati counter imigrasi, saya segera turun
menuju baggage claim. Ternyata koper saya sudah tersusun rapi berjajar dengan
koper penumpang yg lainnya. Koper saya mudah saya kenali karena saya berikan
cover khusus. Tidak perlu menunggu saya langsung ambil koper saya dan menuju
exit door.
Sebelum exit door seorang petugas menerima kertas pernyataan
barang-barang yg saya bawa. Dia bertanya tujuan saya berkunjung ke Jepang,
liburan atau dinas atau training?
Saya jawab untuk berlibur. Dia tanya lagi punya kenalan atau
teman di Jepang? Saya jawab dengan santai, tidak ada sama sekali. Saya malas
menjawab ada, nanti malah bertanya panjang lebar dan membuat waktu saya habis
meladeni pertanyaan petugas tsb. Dia tanya di mana saya menginap, saya jawab
singkat di J-Hoppers Hostel. Karena
sebelumnya saya sudah pernah menginap di sana dan hapal lokasi dan alamatnya.
Dia tanya di daerah mana? Gampang banget, di dekat Fukushima Station.
Melihat saya menjawab dengan cepat dan tenang, maka dia
mempersilakan saya keluar. Saya keluar di pintu Selatan. Baru saja saya keluar
dari exit door, saya melihat Mamiya san berteriak memanggil nama saya. Wah betapa
bahagianya saya. Saya langsung bisa ketemu dengan keluarga Mamiya-san. Kami
tertawa bahagia banget. Saya menyesal membuat mereka menunggu lama. Suaminya
hanya tersenyum dan bilang tidak apa-apa. Mereka senang bisa langsung bertemu.
Tahun lalu Mamiya san masih sendiri tapi sekarang sudah punya baby Miuchan
hehehe. Waktu berlalu begitu cepat dan dalam sekejab semua sudah berubah. C’est
lavie. Saya lihat mamiya-san agak berisi badannya setelah melahirkan. Tapi
Mamiya-san tetap masih langsing di mata saya.
1st day, saya dan keluarga Mamiya-san mengunjungi
Osaka Castle. Ternyata saya dijemput dengan mobil sedan Honda Fit putih milik
suaminya. Yah cukup untuk kami berlima, karena Miuchan bayi kecil mereka masih
usia 3 bulan. Miuchan tidur di box baby di seat belakang bersama Mamiya san.
Saya duduk di depan dengan Matsushima san. Lucky for me, saya mengenal mereka
berdua dengan baik. Matsushima-san adalah orang Pan-s yg dulu kerja di Niigata
Factory. Sedangkan Mamiya san adalah mantan sekretaris Presdir saya di kantor
saya yg lama. Saya bener-bener menikmati perjalanan saya dengan mereka ke Osaka
Castle.
Kami menuju Osaka Castle melalui jalan toll. Ternyata biaya
toll juga mahal di Jepang yah…
Kesan saya selama menuju Osaka Castle
Mobil Honda melaju dengan lancar melalui toll. Sayang saya
tidak bisa membidik kamera saya karena tersimpan rapi di koper saya. Saya
sangat menyesal karena lalai memegang kamera saya. Padahal view di tol cukup
menarik, karena kami melewati beberapa bridge.
Tiba di dekat Osaka Castle, kami memilih parkir di dekat
gedung NHK Osaka. Banyak pengunjung yg sedang menonton sebuah acara di lobbi
Lt. 1 NHK. Saya dan Mamiya san berphoto di gedung NHK. Saat keluar dari gedung
NHK ada sebuah bazaar buah-buahan di dekat gedung tersebut.
Untuk menuju Osaka Castle kami berjalan kaki dan menyeberang
jalan, lokasi Osaka Castle memang tidak jauh dari NHK Building. Sebelum
menyeberang ke Osaka Castle kami masih sempat berphoto ria di luar gedung NHK.
Menyusuri jalanan menuju Osaka Castle terlihat pohon maple dan
jajaran pepohonan tetapi belum berubah warna secara sempurna. Langit masih
terlihat kelabu. Udara sangat dingin dan terasa menusuk tulang saya. Langit yg
kelabu tapi tidak merubah suasana hati saya yg sedang bahagia. Keinginan saya
untuk mengunjungi Osaka Castle terwujud sudah hari ini. Setelah tahun lalu saya
gagal mengunjunginya karena saat itu sedang dilakukan renovasi. Memasuki
lingkungan Osaka Castle, saya merasakan suasana yg sunyi,tenang dan damai.
Parit besar yg mengelilingi Osaka Castle ini terlihat berwarna rada gelap dan
jernih, bayangan pepohonan memantul di air yg tenang. Jembatan kokoh yg terbuat
dari kayu ini terlihat gagah. Jembatan ini pun menjadi icon yg sangat menarik
dibidik dengan kamera. Suasana tenang dan damai ini membuat Osaka Castle ini
menjadi sebuah tempat yg layak dikunjungi setelah lelah dari riuh rendahnya
suasana kesibukan kota Osaka. Batu-batu yg sangat besar dan lebar menjadi
pemandangan yg unik dari arsitektur bangunan Osaka Castle ini. Luar biasa.
Kalau kamu peminat wisata bangunan bersejarah, maka kastil Osaka ini menjadi wajib untuk dikunjungi.
Sayangnya menjelang sore hujan lebat tiba-tiba tumpah ruah
dari langit, membuat saya tak bisa mengabadikan pemandangan di bagian samping
dan belakang kastil ini dengan sempurna. Hujan lebat menghambat saya untuk
mendapatkan photo terbaik saya. Meskipun sedikit kecewa tetapi saya tetap
mengambil photo terakhir saya dalam keadaan gerimis. Tapi yg lebih konyol momen
terakhir yg ingin saya ambil malah gagal karena battery kamera Lumix saya tewas
total alias tak bisa lagi dinyalakan karena battery sudah habis tuntas. Menyedihkan
sekali.
Karena hujan deras maka kami memutuskan untuk pulang ke
apartemen Mamiya san di Ibaraki. Hujan deras yg semula begitu deras kini
memasuki Ibaraki sudah berhenti tetapi udara masih sangat dingin sekali. Badan
rasanya sudah rontok banget ingin segera mandi air hangat dan lapar sudah
menghantam perut saya. Beruntung saya diperlakukan bak princess membuat saya
menjadi kurang enak dengan Mamiya san yg terlalu banyak melayani saya. Malam
ini saya tidur di kamar yg luar biasa besar untuk ukuran saya. Ruangan ini
sepertinya digunakan untuk tamu yg akan menginap di sini. Kamar ini hanya ada
lemari baju dan AC saja. Malamnya saya disiapkan futon (matras ala Jepang) yg
dipanaskan dengan sebuah alat pemanas yg ada aroma terapinya. Wah kayak
menginap di ryokan saja dengan tambahan service yg luar biasa.
Malam itu saya makan malam dengan nasi kari ala Jepang.
Mamiya san sengaja memasak makanan yg rada pedas karena beliau tahu saya suka
makanan pedas.
Saat mau mandi air panas, Mamiya san memberitahukan saya
bagaimana menggunakan ofuro dan berbagai alat mandi, sabun dan shampoo serta
pelembut rambut. Mamiya san tertawa ketika saya bilang malas cuci rambut karena
harus pakai air dingin. Beliau bilang harus pakai air panas meskipun hanya
untuk cuci rambut. Saya yg terbiasa di
Indonesia mencuci rambut dengan air dingin menjadi ragu apakah rambut saya akan
rusak juga saya mencuci dengan air panas yg hampir mencapai 40 derajat.
Malam itu saya putuskan untuk tidak cuci rambut. Mandi air
hangat sudah membuat tubuh saya segar bugar dan segala kelelahan di tubuh saya
menjadi berkurang. Ditambah makan malam yg lezat membuat saya seperti berada di
rumah saya sendiri. Saya jadi terharu dengan usaha dan service yg diberikan
Mamiya san. Berada di negara orang tetapi dipenuhi dengan kebaikan dan
ketulusan tuan rumah membuat saya seperti merasa di rumah sendiri. Malam itu
saya tidur dalam dekapan hangat selimut yg sudah dipanaskan dengan aroma terapi. Nikmat sekali. Mamiya-san, hontou ni arigatou
gozaimasu.
2nd day, 11 Nov 2013
Pagi hari jam 6 pagi Mamiya san sudah membangunkan saya agar
mandi air hangat. Hari ini saya harus cuci rambut dengan air hangat. Mamiya san
menyediakan selembar handuk besar dan kecil. Suhu pemanas air disetting sampai
suhu 40 derajat. Dan Mamiya san menjelaskan alat-alat mandi, sabun, shampoo dan
conditioner. Rasanya memulai mandi dalam suhu udara yg begitu dingin membuat
saya enggan mandi. Tapi kalau tidak mandi rasanya kurang nyaman. Akhirnya saya
putuskan untuk mandi. Air hangat yg mengguyur tubuh saya membuat rasa pegal
menjadi hilang. Ohhh nikmatnya. Saya mengguyur kaki dan leher saya dengan air
yg sangat hangat untuk mengurangi rasa pegal yg membalut tubuh saya.
Sehabis mandi saya sudah disiapkan hair dryer Panasonic.
Saya mengeringkan rambut di kamar. Yg membuat terharu sesudah berdandan di
kamar saya sudah disiapkan makan pagi oleh Mamiya san. Sembari menyantap
hidangan makanan pagi, saya dijelaskan mengenai bagaimana menuju Ibaraki
Station dengan bus. Semua peta dan petunjuknya sudah dituliskan pada selembar
kertas A4.
Jepang selalu membuat saya berdecak kagum. Transportasi
public yg serba nyaman dan praktis membuat saya kagum dan sekaligus iri. Oh yg
muncul di benak saya, kapan Indonesia bisa memiliki transportasi public sebaik
ini. Mamiya san bahkan bisa membuat schedule saya secara tepat dan akurat
berkat ketepatan waktu dan keakuratan data yg bisa kita ambil melalui website
tentang jadwal transportasi public dan kemudian menyesuaikan info tersebut
dengan itinerary saya. Kalaupun jadwal bus meleset, saya pikir tak lebih dari
1-2menit saja. Bagi saya itu sudah luar biasa banget. Untuk jadwal Shinkansen
(bullet train) saya pikir 100% ontime. Luar biasa. Saya bayangkan betapa
mudahnya menyusun jadwal secara akurat di Jepang berkat kepatuhan setiap
transportasi public dalam mematuhi jadwal yg sudah ditetapkan. Ini tentu akan
memberikan efisiensi kerja secara nasional. Luar biasa. Siapapun orang asing yg
berkunjung ke Jepang, mungkin akan menyebutkan kesan yg hampir sama dengan
saya. Jepang memiliki transportasi publik yg sangat bagus, nyaman dan akurat.
Bahkan ketika saya naik bus, bus pun sangat bersih, ber-AC,
memiliki monitor dan pemberitahuan di setiap bus stop yg dituju, bahkan monitor
di setiap transportasi menyajikan 2 bahasa yaitu Jepang dan Inggris. Visitor
asing tak perlu resah karena semuanya serba jelas, nyaman dan teratur. Jangan
heran orang asing pun banyak yg menggunakan transportasi public di Jepang. Aman
dan nyaman. Tapi jangan tanyakan mengenai biaya transportasi di Jepang, saya hanya
punya satu kata yaitu : super mahal. Tiket termurah satu kali jalan dengan bus,
menurut pengalaman saya adalah 210 Yen,
setara dengan 25ribu rupiah bila dengan rate 1 Yen = 115 IDR.
Hari ini saya dan Mamiya san berjalan kaki 2 menit dari
apartemen Mamiya-san Anfiny Masago 406, 6-8, Masago 2-chome, Ibaraki-shi,
Osaka-fu, Japan menuju bus stop di seberang 7Eleven dan di depan Hokusetsu
Tsubasa Koukou(High School), dari sana menunggu bus No.83 atau No.84 menuju JR
Ibaraki Station. Hari itu saya seharusnya naik bus No.83 pukul 8.13am, tapi
karena sudah terlambat 1 menit maka kami menyeberang lagi naik yg No.84 pukul
8.15am. Karena telat maka saya lari terbirit-birit mengejar bis yg akan segera
stop. Karena di Jepang bus tidak akan menunggu penumpang. Mereka sangat patuh
terhadap jadwal yg sudah ditetapkan.
Pagi itu saya tidak punya uang receh dalam Yen, maka uang
1,000 yen saya tukar di dalam bus.Saya duduk manis sambil clingak-clinguk
memperhatikan penumpang yg naik dan turun.Mereka terlihat rapi dan modis
sekali. Dari info yg dituliskan
Mamiya-san bus akan tiba di JR Ibaraki Station kira-kira 20 menit kemudian.
Seharusnya pagi ini saya menaiki Shinkansen Hikari sama
persis seperti Arata Sensei, pukul 9.13am dgn Hikari 514. Tapi kartu JR Pass
saya belum saya tukar di counter JR saat tiba di KIX Airport, karena hari
pertama saya tiba di Osaka, saya dijemput keluarga besar Mamiya san. Saya pikir
sayang kalau kartu JR Pass saya ditukar hari ini, karena masa berlakunya hanya
7 hari saja secara berkesinambungan.
Sepanjang jalan menuju JR Ibaraki Station saya hampir 3X
bertanya ke penumpang yg lainnya, apakah JR Ibaraki Station masih jauh.
Walaupun saya sudah tahu dari Mamiya san bahwa jarak tempuh dari Masago 2-chome
ke Ibaraki Station butuh waktu 20 menit. Mamiya san bilang saya tak perlu
khawatir karena saya akan berhenti di bus stop yg terakhir untuk bus No.83 dan
No.84. Tapi tampaknya saya tetap berusaha
mencari tahu. Beruntung yg ditanya dengan sukarela membantu saya.
Setelah hampir 20 menit saya akhirnya tiba di JR Ibaraki
Station. Saat itu kondisi di bagian timur Ibaraki Station ini sedang dilakukan
renovasi. Tapi untuk menuju station ada 2 pintu. Saya pilih naik lift yg ada di
sisi kiri. Sampai di atas saya segera mencari Midori no Madoguchi (JR Ticket
Office). Saya berharap bisa menukar JR Pass saya di sini. Setelah saya bertanya
ke salah satu petugas di sana di mana letak Midori no Madoguchi, akhirnya saya
ketemu juga. Saat saya tanya apakah saya bisa menukar JR Pass saya di sini,
dengan wajah sedih petugas wanita itu mengatakan di Ibaraki Eki tidak bisa
ditukar, saya harus menukarnya di Shin-Osaka Eki. Alamak. Akhirnya dengan berat
hati saya membeli tiket JR Train ke Shin-Osaka seharga 210Yen. Capek deh. Sudah
terburu-buru tapi tetap harus menukarnya di Shin-Osaka Eki.
Waktu saya banyak terbuang karena harus menukar dulu JR Pass
saya, padahal saya janji ke Arata Sensei akan bareng ke Tokyo naik Shinkansen
Hikari 514, jam 9.13am. Tapi karena sudah telat, maka saya putuskan naik
Shinkansen berikutnya. Sampai di Shin-Osaka saya pun harus tanya sana-sini di
mana letak Midori no Madoguchi(JR Ticket Office). Sebenarnya Midori no
Madoguchi ini mudah dikenali, karena warna officenya cukup menyolok dengan
warna hijau (midori : hijau) tapi berhubung belum tahu tetap saja saya harus
tanya ke petugas dulu. Setelah ketemu, saya langsung memberikan invoice JR Pass
dan Passport saya. Petugas melakukan verifikasi passport dan invoice kemudian
memberikan saya kartu JR Pass yg berlaku 7 hari terhitung sejak saya tukarkan.
Kartunya rada besar seperti di bawah ini.
Karena telat, saya
sudah tak mungkin naik Hikari 514, maka saya harus naik Shinkansen Hikari 462,jam
9:40am. Saat memesan tiket, petugas bertanya ke saya mau car/gerbong yg bebas
rokok atau tidak, saya jawab harus yg
bebas rokok. Sayang saya lupa menyebutkan tempat duduk harus di bagian E,
karena saya akan punya kesempatan melihat Fuji Mount. Saat dari Osaka menuju
Tokyo, sebaiknya duduk di bagian kursi E, dan kamu akan punya kesempatan
membidik pemandangan Fuji Mount. Dari atas Shinkansen yg sedang melaju dengan
kecepatan max 280km/jam. Sayang saya
lupa memesan kursi di bagian E saat menuju Tokyo saya duduk di car 6, No.19C.
Ketika Shinkansen sudah melaju memasuki Nagoya, ada sms dari dosen saya Arata
Sensei meminta saya duduk di kursi E. Telat beritanya hehehe. Tapi saya pikir
kalau pengen membidik kamera kamu bisa pilih keluar gerbong dan berdiri dekat
jendela yg biasa memisahkan antara gerbong. Di sana biasanya orang yg lagi
kepepet pengen menelpon bisa menggunakan area tersebut. Hati-hati, kalau di
Jepang saat berada di dalam Shinkansen kamu sebaiknya tidak menelpon atau
menerima telpon. Itu mengganggu dan setahu saya dilarang karena akan mengganggu
ketenangan penumpang yg lainnya. Hebat. Saat Shinkansen mulai melaju pun,
petugas akan mengumumkan dengan jelas bahwa dilarang menggunakan handphone
selama berada di dalam Shinkansen. Agar tidak menganggu penumpang lainnya.
Nikmatnya naik Shinkansen adalah kursinya yg empuk dan
bersih banget. Di dalam gerbong Shinkansen juga disediakan charger handphone.
Jadi kalau kamu sedang ada di Shinkansen lalu handphone low-batt, kamu bisa
men-charge HP kamu di dalam gerbong.
Saya sangat suka naik Shinkansen karena kereta peluru melaju
dengan kecepatan tinggi tapi saya tidak merasakan getarannya. Saya suka melihat
pepohonan dan pemandangan yg saya lihat seperti berlari sangat kencang.
Kadang-kadang saya berpikir tapi bingung, yg bergerak maju saya yg di dalam
kereta peluru atau justru pemandangan yg berada di luar sana yg berlari
meninggalkan saya seolah-olah saya yg bergerak maju padahal mungkin saya sedang
diam di tempat. Entahlah. Yg jelas saya begitu menikmati kereta peluru yg luar
biasa ini. Fasilitas JR Pass ini, memang
baik buat orang asing yg ingin merasakan nikmatnya naik Shinkansen. Harganya
cukup reasonable. Naik Shinkansen sepuasnya selama 7 hari berturut-turut dengan
harga 28,300 yen. Sehingga saya bisa dengan leluasa naik Shinkansen sepuasnya
hehehe. Tanpa khawatir biaya akan membengkak.
11 Nov 2013, Hikari 462, Pukul 9:40am. Saya menuju Tokyo duduk
di car 6, No.19C.
Pukul 09.30 AM, para penumpang sudah mulai naik ke gerbong
masing-masing. Suasana di gerbong saya Car 6, No.19C tidak terlalu padat. Masih
terlihat beberapa kursi yg kosong. Saya duduk di bangku yg berderet 3 orang
yaitu dekat jendela 19A, ditengah 19B dan di aisle 19C, berikutnya ada yg
bangku berderet 2, tetap dekat aisle 19D dan dekat jendela N0.19E.
Kebiasaan orang Jepang menurut pengalaman saya, sebelum naik
Shinkansen dengan jarak tempuh 2 jam lebih begini, mereka sudah beli dari luar
makan siang atau makan malam mereka. Masing-masing sudah bawa bento ke dalam
Shinkansen. Memang saya perhatikan tidak ada larangan untuk membawa makanan dan
minuman ke dalam Shinkansen. Mungkin harga makanan dan minuman di dalam
Shinkansen agak mahal. Saya sendiri belum pernah mencoba beli sesuatu di dalam
Shinkansen. Saya hari ini hanya bawa minuman air mineral yg saya bawa dari
apartment Mamiya-san.
Perjalanan hari ini sendirian dan saya berjanji akan ketemu
sensei di Tokyo. Pikiran saya hanya melayang dan mencoba menemukan sesuatu di
antara orang-orang yg ada di dalam gerbong ini. Berbeda dengan pengalaman
sebelumnya, saya senang tapi tidak ada perasaan yg luar biasa. Mungkin karena
saya sudah berkali-kali ke Jepang jadi tidak memberikan perasaan mengelitik yg
luar biasa. Hanya perasaan nyaman, tenang dan menikmati semuanya dengan ritme
hidup yg melambat.
Saya menatap ke luar jendela dan melihat pemandangan di luar
sana. Udara hari ini cerah berselimut langit biru. Suasana bulan November di
musim gugur udara di Jepang sangat sejuk. Sebagian dedaunan tampak mulai
berubah warna menjadi kuning kemerahan. Mata saya terus menghadap keluar
jendela. Tiba-tiba saya melihat rainbow yg sedang menghiasi langit di dekat
kota Nagoya. Saya langsung berteriak kesenangan. Beberapa orang Jepang yg duduk
dekat saya bingung karena suara saya cukup keras. Saya bilang rainbow ada di
langit,mereka ikutan melihat. Tapi reaksi mereka hanya senyum simpul saja dan
tidak begitu antusias. Saya berusaha keluar gerbong dan menuju jendela di
bagian penghubung gerbong, agar saya bisa mengambil photo dengan leluasa. Saya
berusaha menangkap rainbow ini dengan kamera Lumix saya. Meskipun sulit untuk
mengambil photonya, tapi saya bisa mengabadikannya. Tidak luar biasa tapi saya
puas. Saya juga make a wish saat berusaha mengambil momen rainbow ini. Katanya
kalau lihat pelangi, kamu make a wish dan biasanya your dream will be come true
hehehe. Percaya atau tidak, ini nga penting buat saya.
Selama perjalanan menuju Tokyo saya berharap bisa memotret
Fuji Mount. Beberapa dari penumpang di gerbong saya menyadari kalau saya ingin
memotret Fuji Mount. Bahkan petugas yg memeriksa tiket penumpang tahu banget
kalau saya pengen mengambil photo Fuji Mount. Dengan senang hati petugas dan
penumpang lainnya memberitahukan saya ketika kereta peluru kami sudah hampir
mendekati Shin Fuji Eki di daerah Shizuoka. Sayang ketika waktunya tiba Mount.
Fuji justru sedang bersembunyi tertutup kabut. Saya hanya menyaksikan kereta
peluru melaju kencang meninggalkan Mount.Fuji yg tertutup kabut. Penantian saya
untuk membidik si geulis Gunung Fuji berakhir sudah. Saya memilih duduk kembali
di kursi saya sambil melamun membayangkan akan seperti apa pertemuan saya
dengan Arata Sensei di Tokyo.
Shinkansen Hikari yg saya naiki tiba di Tokyo pukul 12:40
siang. Arata Sensei meminta saya untuk turun di Shinagawa Eki. Rencananya kami
makan siang bareng tapi karena saya telat 27 menit maka sensei memutuskan makan
siang sendirian. Setelah itu beliau ada pekerjaan yg harus diselesaikan segera.
Sensei meminta saya untuk datang ke officenya. Dari Shinagawa Eki saya ganti
kereta lagi naik Keihin Touhoku Line jurusan Tokyo/Omiya di Yamanote Line turun
di Tamachi Eki, hanya satu stop dari Shinagawa Eki. Setelah tiba di Tamachi Eki
saya harus keluar di Shibaura-guchi maksudnya exit door sebelah timur, di
sebelah kanan ada escalator turun dan persis di sebelah kanan escalator
tersebut ada Campus Innovation Center lt.7, office sensei ada di ruangan 701.
Sensei berpesan kalau saya sudah tiba di Tamachi Eki saya harus sms beliau,
nanti beliau akan jemput saya di dekat escalator turun. Sesuai pesan beliau
saya sms setelah tiba di Tamachi Eki. Saat saya berada di escalator turun, saya
langsung disambut sensei di sana. Wah saya senang banget. Perjalanan kali ini
relatif mudah dan menyenangkan buat saya karena setiap kota pertama yg saya
tuju ada sahabat dan dosen saya yg menanti saya. Di KIX Airport ada Mamiya-san
yg menjemput saya. Di Tokyo ada Arata Sensei yg menanti saya. Amazing!
Sensei langsung membawa saya ke officenya. Officenya tidak
begitu besar. Di depan pintu masuk sensei memperkenalkan saya kepada staff yg
membantu adm mereka di sana. Sensei membantu saya merapikan ransel saya di
dekat mejanya. Beliau meminta saya meninggalkan barang saya. Sensei membuatkan
schedule singkat buat saya di atas kertas. Saya hari ini akan jalan ke Shibuya
dan Harajuku. Saya berniat melihat-lihat keramaian yg ada di Shibuya dan
Harajuku. Kata sensei ada satu resto yg jual sushi di Shibuya dan tempat ini
sangat populer di kalangan orang bule yg
berkunjung ke Tokyo. Beliau kasih saran
agar saya mencobanya dulu. Walaupun secara pribadi saya tidak begitu suka makan
sushi. Tapi demi sensei saya janji dalam hati saya akan mencoba menikmatinya.
Mungkin sushi di Jepang pasti enak pikir saya. Secara ikan yg disajikan di
Jepang pasti segar dan higienis hehehe.
Setelah secara singkat saya dapat arahan dari sensei
tentang schedule saya hari ini maka saya pun bergegas berangkat menikmati
suasana metropolitan Tokyo. Saya berjanji akan menikmati setiap menit dan
setiap inchi dari perjalanan saya ini. Setelah 6 bulan non-stop kerja tanpa ada
liburan khusus buat diri saya. Maka liburan kali ini akan saya nikmati
sepuasnya dan berharap akan membuat saya fresh kembali. Saya tak ingin
perjalanan ini menjadi sia-sia, Shibuya & Harajuku I am coming.
to be continued
nuchan@Dec2013