Aku memandangi halaman belakang dan halaman depan rumah yg sudah ditumbuhi rumput gajah yg lebar-lebar dan bercampur dengan rumput tekik yg katanya sulit diberantas. Jalan satu-satunya menghilangkan rumput tekik ini adalah mencabutnya sampai keakar-akarnya dengan rutin, sebelum beranak-pinak ke mana-mana. Berbeda dengan rumput gajah mini yg harus dirawat rutin dan diberikan penyubur dan cukup sinar mentari untuk membuatnya hijau segar. Hmmm memang aneh ya, segala sesuatu yg indah memang butuh perawatan khusus. Sedangkan sesuatu yg tak begitu diharapkan meskipun diberantas, dibunuh, dan dicabut sampai keakar-akarnya, selalu akan tumbuh lagi dengan berbagai cara. Tinggal tunggu siapa yg lebih dulu kalah dan menyerah tak sanggup lagi memberantasnya…Begitulah hidup.
Siang itu aku melaju menuju pusat pembuatan taman di dekat Elysium. Di sana berjajar para pembuat taman dengan berbagai aneka bunga-bunga maupun aneka pohon seperti jeruk,mangga,jambu dan pohon unik lainnya. Aku bahkan tak punya plan ataupun gambaran yg jelas tentang bunga atau pohon apa yg ingin kucari di sana. Aku hanya melihat-lihat berbagai contoh tanaman yg dipajang di sana. Sembari lalu menanyakan harga-harga kembang dan pohon yg dijual di sana.
***
Beberapa bulan yg lalu aku pernah ke sana, berniat buat taman juga, tapi setelah berbincang-bincang dengan penjual kembang tersebut, kami sepakat akan mengukur luas halaman yg akan dijadikan taman di rumah baruku. Setelah berjanji bahwa sore harinya mereka akan datang meninjau ke lokasi rumahku, tapi sampai malam kutunggu, mereka tak kunjung datang. Ketika aku sms ke pembuat taman tersebut, katanya belum bisa datang karena sudah terlalu malam, sehabis membuat taman di tempat lainnya. Dia mengusulkan membuat janji di hari yg lainnya. Tapi karena terlanjur kecewa dan patah arang maka aku memutuskan tak akan memakai jasa mereka. Kesalahan kecil itu membuat aku menunda dulu keinginan membikin taman. Kubiarkan saja rumah baruku itu tanpa taman.
***
Jarang ditinggali dan tak terlalu terurus, maka lambat-laun segala rumput liar dan pohon-pohon yg tak jelas namanya apa,tumbuh subur di halaman belakang. Aneh meskipun tumbuh liar tapi mereka menghasilkan bunga-bunga yg tak kalah indah dengan bunga-bunga yg terurus rapi. Bunga yg muncul merah darah,kuning dan ungu muda. Tapi banyak durinya. Sekali waktu tanganku pernah tertusuk durinya, menimbulkan rasa perih di kulit tanganku dan gatal sekali. Aku jadi kesal dibuatnya. Itu sebabnya aku ingin tumbuhan liar itu diberantas dan diganti dengan taman yg rapi dan terurus. Yg jelas tidak berduri. Yg liar memang indah tapi berduri tajam, dan salah-salah injak maka durinya bisa menusuk kulit dan rasanya sakit sekali. Hmmm bukankah kehidupan pun sering begini…Yg liar sering menyakitkan tapi punya sensasi sendiri. Yg terawat, pasti indah, aman dan tak akan menyakiti, tapi biasanya terkesan membosankan bukan?
Setelah berputar-putar melihat berbagai tanaman, maka kuputuskan berbincang-bincang dengan seorang penjual kembang. Aku bilang pengen bikin taman. Lalu aku tanya rumput apa yg bagus? Dia bilang mendingan menanam rumput gajah mini saja. Merawatnya tidak serumit rumput Jepang. Ya,ya, akupun tak terlalu suka dengan sesuatu yg butuh perawatan yg rumit. Hidupku sudah rumit, jadi nga minat juga merawat rumput yg serbarumit.
Hmmm sekilas rumput gajah mini nga beda jauh sama rumput gajah biasa ya. Aku memperhatikan dengan seksama beberapa kembang yg dijualnya sambil menanyakan kemungkinan jika mereka mau meninjau ke lokasi rumahku. Dia tanya rumahku dimana? Aku jawab, di Taman Cibodas. Oh, ya sekalian aku serahkan nomor mobile phone-ku, siapa tahu mereka bisa datang ke rumahku sore ini. Tapi sang penjual kembang bilang bahwa yg biasa mengukur taman sedang belanja kembang ke puncak. Jadi mungkin besok saja katanya. Aku tak keberatan, asalkan mereka janjian dulu saat mau ketemuan di rumahku. Yah,kuputuskan mereka meninjau luas halamanku dulu, baru kita diskusikan jenis tanaman yg akan dipilih menghiasi taman belakang dan depan rumahku. Dengan wajah tanpa harapan yg tinggi, aku bilang sama sang penjual kembang agar menghubungi segera di nomor selulerku. Dia hanya tersenyum,dan aku pun tersenyum,tanpa harapan yg muluk-muluk. Kalau datang ya syukur,kalau tidak juga nga apa-apa sich. Kapok berharap banyak tapi nga jadi datang,cape deh.
Plan kedua hari ini selain mengunjungi pembuat taman, aku pun berniat membeli kemeja kerja di mall. Hari ini mungkin saat yg tepat karena banyak bargain sale. Suasana mall sangat ramai bila menjelang tahun baru begini. Aku menyisir satu persatu kemeja yg terpajang. Aku menemukan kemeja triset kotak-kotak berwarna biru tua dipadu dengan warna biru pastel. Warna biru yg sangat menggoda. Entah kenapa dari sekian banyak kemeja yg kumiliki, bisa dipastikan 75% nyaris sama, bernuansa kebiru-biruan atau keungu-unguan. Aku sendiri bingung,kenapa setiap kali memilih warna kemeja, selalu terpaku pada warna biru atau ungu. Sampai-sampai sahabatku sering mengingatkan aku, kalau warna baju atau kemejaku nyaris tak memiliki variasi warna yg cukup. Mereka mengeluh dengan selera warnaku yg tak berubah dari tahun ke tahun.
Sekali waktu aku mencoba merubah warna pilihanku dari biru ke kuning atau merah. Yg ada baju yg sudah terbeli itu tak akan terpakai lebih dari satu kali saja. Karena ada perasaan tak nyaman di benakku. Rasanya aneh dan tak memberikan perasaan nyaman atau bahkan aku cenderung tak percaya diri memakainya. Padahal teman-temanku yg melihatnya bilang bagus, tak ada yg aneh sama sekali. Ini hanya pikiranku saja yg sudah terjebak dengan warna biru dan ungu. Menyedihkan sekali ya? Hari itu aku sukses membeli 2 buah kemeja yg aku suka. Dua-duannya bernuansa biru dan motif kotak-kotak pula hahaha.Bener-bener aneh.
Selesai belanja, aku mengecek handphoneku, ternyata ada telpon yg masuk tapi aku nga dengar sama sekali. Dan sebuah sms yg mengatakan bahwa mereka sudah datang ke rumahku tapi nga ada orang di rumahnya. Tanpa menyebutkan sumbernya siapa, tapi aku menebak bahwa ini datang dari pihak pembuat taman. Maka kubalas sms ini dan bilang besok mungkin kita bisa ketemuan di rumahku di Taman Cibodas. Tapi tampaknya sms aku tidak dibalas sama sekali. Aku cuekkin sajalah.Mungkin mereka sibuk kali. Aku putuskan menunggu info saja dari mereka. Datang lagi syukur, nga datang juga nga apa-apa sich hahaha. Tidak mau terjerat harapan kosong.
Keesokan harinya, aku terbangun mendengar deringan telpon yg tak berhenti berdering padahal saat liburan begini, aku sering bangun siang sekitar jam 9 pagi. Tapi hari itu masih pukul 7:30 pagi, rasanya gemes banget dapat gangguan yg seperti ini. Dengan perasaan enggan dan malas, kuangkat handphoneku, dengan suara yg masih parau dan rambut kusut, aku menjawab telpon ini dengan rasa dongkol di hati. Dari jauh terdengar suara merdu seorang lelaki yg mengatakan kalau dia adalah pembuat taman, yg ingin mengukur luas halaman rumahku. Mendengar kata pembuat taman, merubah suaraku menjadi lebih lunak dan bersahabat. Kali ini aku memang serius ingin membuat taman. Pembuat taman bilang mau ukur pagi ini juga, ohlala aku masih tinggal di rumah yg satunya. Jaraknya lumayan jauh dari rumah baru ini. Butuh waktu hampir satu jam dengan bonus macet yah. Maka aku nego supaya pertemuan ini diundur saja jadi siang hari pukul 15:00, beliau setuju saja. Lalu telpon kututup, ingin melanjutkan tidur lagi.
Sebelum melanjutkan tidur lagi, aku tiba-tiba berubah pikiran, sebaiknya pertemuan ini dilakukan pagi saja ya. Aku putuskan supaya pagi saja. Maka aku telpon lagi si pembuat taman dan merubah jadwal jadi pukul 9:15 pagi saja. Mas Yadi si pembuat taman setuju saja. Supaya bisa tepat waktu di TKP, maka aku buru-buru membeli sarapan pagi ke pasar dan tanpa mandi pagi, aku melaju menuju rumah baruku di Taman Cibodas. Berharap tidak ada macet, supaya bisa tepat waktu. Syukurlah pukul 09:00 tepat saya sudah berada di rumah saya yg di Cibodas. Saya masih sempat istirahat 15 menit. Sambil menunggu, saya melihat acara di TV.
Pukul 09:15 tepat, Bp. Yadi si pembuat taman datang bersama anak buahnya. Saya mempersilakan beliau mengecek luas halaman belakang rumah saya, yg saat ini dipenuhi tumbuhan yg serba liar tapi berbunga indah. Banyak duri pula, jadi saya minta mereka menggunakan sepatu boot saja biar nga gatal kakinya terkena duri-duri yg siap menusuk kulit mereka. Dalam waktu 15 menit, saja mereka sudah selesai menghitung luas halaman belakang dan depan rumah saya.
Sekarang saatnya menghitung biaya yg akan timbul. Aku tak ingin budget meleset di tengah jalan, jadi semuanya harus jelas sejak awal dimulainya pembuatan taman ini. Bahkan desain dan jenis tanaman yg akan ditanam semuanya harus sudah diputuskan saat ini.
Keesokan harinya, aku terbangun mendengar deringan telpon yg tak berhenti berdering padahal saat liburan begini, aku sering bangun siang sekitar jam 9 pagi. Tapi hari itu masih pukul 7:30 pagi, rasanya gemes banget dapat gangguan yg seperti ini. Dengan perasaan enggan dan malas, kuangkat handphoneku, dengan suara yg masih parau dan rambut kusut, aku menjawab telpon ini dengan rasa dongkol di hati. Dari jauh terdengar suara merdu seorang lelaki yg mengatakan kalau dia adalah pembuat taman, yg ingin mengukur luas halaman rumahku. Mendengar kata pembuat taman, merubah suaraku menjadi lebih lunak dan bersahabat. Kali ini aku memang serius ingin membuat taman. Pembuat taman bilang mau ukur pagi ini juga, ohlala aku masih tinggal di rumah yg satunya. Jaraknya lumayan jauh dari rumah baru ini. Butuh waktu hampir satu jam dengan bonus macet yah. Maka aku nego supaya pertemuan ini diundur saja jadi siang hari pukul 15:00, beliau setuju saja. Lalu telpon kututup, ingin melanjutkan tidur lagi.
Sebelum melanjutkan tidur lagi, aku tiba-tiba berubah pikiran, sebaiknya pertemuan ini dilakukan pagi saja ya. Aku putuskan supaya pagi saja. Maka aku telpon lagi si pembuat taman dan merubah jadwal jadi pukul 9:15 pagi saja. Mas Yadi si pembuat taman setuju saja. Supaya bisa tepat waktu di TKP, maka aku buru-buru membeli sarapan pagi ke pasar dan tanpa mandi pagi, aku melaju menuju rumah baruku di Taman Cibodas. Berharap tidak ada macet, supaya bisa tepat waktu. Syukurlah pukul 09:00 tepat saya sudah berada di rumah saya yg di Cibodas. Saya masih sempat istirahat 15 menit. Sambil menunggu, saya melihat acara di TV.
Pukul 09:15 tepat, Bp. Yadi si pembuat taman datang bersama anak buahnya. Saya mempersilakan beliau mengecek luas halaman belakang rumah saya, yg saat ini dipenuhi tumbuhan yg serba liar tapi berbunga indah. Banyak duri pula, jadi saya minta mereka menggunakan sepatu boot saja biar nga gatal kakinya terkena duri-duri yg siap menusuk kulit mereka. Dalam waktu 15 menit, saja mereka sudah selesai menghitung luas halaman belakang dan depan rumah saya.
Sekarang saatnya menghitung biaya yg akan timbul. Aku tak ingin budget meleset di tengah jalan, jadi semuanya harus jelas sejak awal dimulainya pembuatan taman ini. Bahkan desain dan jenis tanaman yg akan ditanam semuanya harus sudah diputuskan saat ini.
No comments:
Post a Comment