Friday, July 25, 2014

The Last Empress & My Journey to Great Wall Beijing


Ketika saya membaca novel  The Last Empress & Empress Orchid yg ditulis Anchee Min, berhari-hari saya terkunci di kamar dan tak ingin diganggu siapapun dan demi alasan apapun. Saya bener-bener larut dan tenggelam dalam alur cerita yg membawa saya seolah-olah berada di sana bersama dengan para tokoh yg dikisahkannya.  Anchee Min menuliskan setiap detail istana kaisar China di masa itu dengan sangat sempurna di mata saya, termasuk sisi Kota Terlarang atau Forbidden City & Summer Palace atau Istana Musim Panas dipaparkannya dengan sangat detail dan indah sekali. Saya terbuai dan membayangkan saya berada di sana bersama dengan semua kemegahan dan  keindahannya yg tiada tara. Setelah membaca novel ini, saya menjadi bermimpi bahwa suatu saat saya harus melihat dengan mata kepala saya sendiri seperti apa negeri kekaisaran China ini. Saya ingin melihat Great Wall yg katanya panjang totalnya saja sampai 8.851 km. Sebagai pembanding bahwa ini setara jarak Jakarta – Amman (Yordania). Hebat.



Saya juga ingin melihat Forbidden City atau Kota Terlarang yg digambarkan di dalam novel ini sangat luas dan indah sekali. Yah bayangkan saja bisa menampung 3,000 selir-selir kaisar China. Ampun dah. Habis nga ditiduri tuh semua selirnya? Dan untuk membahagiakan ibu suri dari kaisar China saat itu katanya dibangun juga Summer Palace atau  Istana Musim Panas yg megah sekali. Dan semua ini menjadi sebuah obsesi buat saya agar bisa mengunjungi semua warisan budaya dan bangunan bersejarah di China ini. Mimpi ini bertahun-tahun lamanya  tersimpan di memori otak saya.  Saya selalu ingat quotes dari Paulo Coelho “And, when you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it.” ― Paulo Coelho, The Alchemist. Dan itu memang terbukti dan menjadi kenyataan. Kalau kamu tak percaya, saya saksi hidupnya, the power of dream. Akhirnya impian saya menjadi kenyataan.  Tiba saatnya saya berhasil menginjakkan kaki saya di semua warisan budaya kebanggaan negeri China ini di April 2010, saat musim semi. Meskipun penantian saya cukup panjang dan lama kayak coklat nano-nano aja, tapi berkat kekuatan impian, saya berhasil ke sana. Beijing, I am coming!






Pembangunan Tembok Besar China yang Fenomenal

Bukan struktur bangunan ataupun metode pelaksanaan yang membuat bangunan ini fenomenal. Bangunan yang memiliki panjang 8.851 km, dengan masa pelaksanaannya yang terputus-putus dalam periode 2366 tahun dan memakan jutaan korban jiwa, serta aplikasi manajemen proyek membuatnya menjadi begitu fenomenal.

Fungsi Bangunan

Pada masa kekaisaran Cina kuno, didirikannya Tembok Besar Cina adalah untuk membentengi kekaisaran Cina kuno dari serangan bangsa Mongolia dari arah utara. Disamping itu, tujuan lainnya adalah untuk mengamankan Jalur Sutera, yaitu jalur bisnis utama pada masa itu. Pada zaman kuno, Tembok Besar yang bentuknya berliku-liku serta memanjang menyusuri puncak pegunungan adalah hampir mustahil untuk ditaklukkan oleh musuh, karena gunung dan lereng yang menjadi dasar tembok adalah terlalu terjal untuk dapat didaki oleh musuh, sehingga tembok ini adalah merupakan sebuah kubu pertahanan yang sangat bagus.

Sejarah Pembangunan

Diperlukan waktu ribuan tahun untuk membuat tembok ini, dibuat di jaman berbagai dinasti dan kaisar, dan selama proses pembuatannya telah menelan jutaan korban manusia. Tembok ini telah mulai dibuat sebelum Dinasti Qin berkuasa, tepatnya dibangun pertama kali pada jaman musim semi dan musim gugur pada 722 SM. Ketika Dinasti Qin berkuasa, Kaisar Qin Shi-huang meneruskan kembali pembangunan dan pengokohan tembok yang telah dibangun sebelumnya. Sepeninggal Kaisar Qin Shi-huang, pembuatan tembok ini sempat terhenti dan baru dilanjutkan kembali pada jaman Dinasti Sui, terakhir pembuatan tembok dilanjutkan lagi pada jaman Dinasti Ming. Bentuk tembok yang sekarang dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara adalah hasil pembangunan dari jaman Dinasti Ming (1368-1644).


Design Bangunan

Tembok merupakan badan utama arsitektur tembok raksasa. Fungsinya menghubungkan menara suar, menara pengintai dan pintu gerbang menjadi sebuah garis pertahanan. Ketinggiannya tergantung pada bentuk dataran. Pada daerah-daerah strategis dibuat lebih tinggi. Pada saat melintasi gunung atau daerah dengan bentuk tidak rata dibuat serendah mungkin untuk menghemat bahan dan tenaga. Rata-rata tinggi tembok 23-26 kaki. Lebar bagian atasnya 5 m dan lebar bagian bawahnya 8 m. Setiap jarak 180 m sampai 270 m terdapat semacam menara pengintai, tinggi menara pengintai 11 sampai 12 meter, menara pengintai ini berfungsi juga untuk menyimpan senjata dan bahan pangan. Panjang totalnya 8.851 km. Sebagai pembanding bahwa ini setara jarak Jakarta – Amman (Yordania).

Di sisi dalam tembok dibangun pintu dan tangga untuk naik turun. Tembok Besar dibangun dengan menggunakan batu besar yang disisipi dengan tanah dan batu pecahan. Material yang digunakan untuk membuat tembok raksasa beda-beda sesuai periode dinasti. Sebelum batu bata ditemukan, tembok besar dibuat dari tanah, batu dan kayu. Karena pembangunannya selalu membutuhkan sumber daya yang banyak, para pekerja memanfaatkan bahan-bahan yang seadanya. Saat melewati gunung, batu gunung akan digunakan. Pada saat membangun di tanah datar, tembok dibuat dari tanah yang digemburkan dan jika melewati padang gurun, bahan yang digunakan adalah rerumputan campur pasir dan ranting-ranting pohon konifer.

Pada masa Dinasti Qin, teknologi belum maju, sehingga material yang digunakan adalah tanah atau tanah campur kerikil. Pada masa itu struktur benteng belum didirikan. Beberapa bagian tembok hanya terdiri dari gundukan batu-batu besar. Pada masa Dinasti Han, bahan tanah dan batu seperti masa sebelumnya masih umum digunakan. Pada masa Dinasti Tang, batu bata sudah diproduksi. Namun, karena mahal, hanya terbatas pada gerbang kota dan tembok yang dekat. Baru pada zaman Dinasti Ming, teknologi pembangunan tembok sudah lebih maju. Namun, baru pada pertengahan periode dinasti tersebut batu bata berkualitas diproduksi. Batu bata lebih baik daripada tanah atau batu kerikil karena lebih ringan, tahan beban dan lebih efektif dalam waktu yang cepat. Batu masih dipakai, terutama untuk fondasi, pinggiran luar dan dalam gerbang dikarenakan lebih kuat daripada batu bata. Adukan batu kapur dengan beras ketan efektif sebagai semen yang dapat merekatkan batu bata.



Kajian Aspek Manajemen Proyek

Walaupun pembangunannya memakan banyak korban jiwa hingga jutaan orang akibat kerja paksa, ada beberapa keistimewaan bangunan ini atas aspek design dan manajemen proyek, yaitu:

Sebagai kubu pertahanan, tembok dibangun dengan menyusuri puncak pegunungan dan topografi yang dilewatinya adalah sangat rumit, seperti melewati gurung pasir, padang rumput, rawa-rawa, dan ini menunjukkan kecerdasan nenek moyang bangsa Tionghoa pada masa itu yang mampu melaksanakan pembangunan Tembok Besar dengan menerapkan struktur yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi alam setempat.

Dibutuhkan sumber daya manusia yang sangat banyak dalam proses pembangunannya. Disebutkan hingga melibatkan jutaan rakyat Cina. Pertanyaannya, bagaimana mengelola sumber daya manusia sebanyak itu pada zaman tradisional?

Dibutuhkan material dalam jumlah sangat besar. Jika panjang adalah 8.851 km, lebar rata-rata adalah 6,5 m, dan tinggi rata-rata adalah 8,0 m maka volume bangunan sebesar 460 jt m3. Jika memasukkan volume menara pengintai maka volume akan lebih besar. Dengan asumsi semua material utama adalah batu bata, maka volume batu bata adalah sekitar 0,5 trilyun buah. Jumlah batu bata sebanyak itu akan membutuhkan perencanaan procurement yang baik termasuk segala prosesnya.

Dengan asumsi bahwa harga batu bata saat ini adalah per buah adalah Rp. 1000,- maka biaya untuk batu bata saja sudah mencapai Rp. 500 Trilyun. Ini belum termasuk pondasi, bahan perekat, biaya upah termasuk makannya, biaya alat, biaya supervisi, dan lain-lain yang mungkin bisa mencapai Rp. 1000 Trilyun secara ekuivalen terhadap kondisi harga sekarang. Biaya tersebut tentu sangat mahal bahkan bisa jadi proyek termahal sepanjang sejarah bangunan di dunia. Mahalnya biaya ini tentu membutuhkan manajemen biaya dan juga finansial yang memadai. Terlebih dilakukan dalam empat periode dinasti.

Membuat tembok ini dengan tujuan untuk mempertahankan wilayah dan terbukti berhasil adalah aplikasi manajemen risiko yang baik. Mereka telah mempertimbangkan kajian dampak serangan dan effort untuk membangun.

Demikianlah ternyata pembangunan The Great Wall of China telah dibangun dengan perencanaan yang baik dan dilaksanakan dengan aplikasi manajemen risiko. Hal ini menunjukkan bangsa Cina adalah bangsa yang maju sejak peradaban kuno.

Referensi : http://manajemenproyekindonesia.com/?p=2622

nuchan@072014


No comments:

Post a Comment