Tujuan saya buru-buru membuat e-passport adalah agar saya bisa bebas visa masuk ke
negara Jepang. Bahkan paspor manual saya masih berlaku sampai April 2018,
buru-buru saya ganti begitu saya dapat informasi yg sahih bawa menggunakan
e-passport akan membuat saya bisa melenggang dengan bebas ke negara Sakura ini.
Damn. Ternyata itu tidak sesederhana yg saya dengar. Justru sebaliknya. Itu
pengalaman saya. Entah bagaimana dengan pengalaman anda.
Ceritanya saya dengan pedenya membeli tiket pesawat Malaysian
Airways dengan tiket PP/Return Jkt-KL-Osaka-KL-Jkt. Dan harganya juga tidak
murah dan bukan promo special. Masih terbilang tariff normal. Naik MH. Nga gue
banget gitu. Biasanya saya mentok di promo AA melulu. Tapi sejak kejadian naas
yg menimpa AirAsia QZ8501 jurusan Surabaya-Singapura pada 28 Desember 2014 lalu
dan tragedi tersebut menewaskan 155 penumpang dan 7 awak, membuat saya agak
enggan naik pesawat AA. Bukan karena takut atau trauma, tapi lagi malas saja.
Judulnya ya MALAS.COM
Jadi saya melirik naik pesawat MH. Kalau naik GA memang
paling nyaman tapi harganya nga nyaman buat kantong saya hahaha. Jadilah saya
pilih MH. Pas libur panjang Lebaran pula, ya mahallah. Tapi bukan Itok namanya
kalau bukan membuat tindakan rada bodoh dan tak berpikir panjang. Sering
bertindak spontan dan setelah itu bingung. Setelah bingung sejenak dan kemudian
memutuskan MASA BODO… Yeah Life is so short. Kalau kata bule Prancis 'la vie est trop courte' hahaha So be happy!
Saya check-in di counter pesawat Malaysian Airways dengan
super pede banget. Gila naik MH. Bukan AA. Pas saya sodorkan tiket dan
e-passport saya, terlihat petugas kayak so sibuk membalik-balik halaman paspor
saya dan kemudian bertanya ke saya, berapa uang cash yang saya bawa, karena
saya tak merasa ada yg salah dengan tiket dan paspor saya, maka saya jawab
ringan saja dan dengan sejujurnya bahwa saya hanya bawa 60,000 JPY. Mendadak
petugas meminta alamat tempat saya menginap di Jepang. Lalu saya sodorkan Salinan
tiket dari hostelworld.com yg saya booking satu malam saja di Hida Takayama.
Jidatnya mengkerut dan wajahnya terlihat gusar, dan bilang begini ke saya, mba
mana cukup biaya hidup di Jepang Cuma 60,000 JPY dan penginapan mba juga Cuma dibooking
satu malam dan belum bayar penuh pula. Gantian jidat saya yg ikutan mengkerut
dengan pernyataan petugas ini. Apa urusannya dia meributkan uang saya dan hidup
saya. Aneh.
Seperti bisa membaca pikiran saya, lalu dia bilang bahwa
visa waiver ini banyak masalah katanya. Lo, meneketehe…apa urusannya dengan
saya ke Jepang gumam saya dalam hati. Sedikit jengkel lalu saya bilang bahwa
seluruh biaya perjalanan saya di sana sudah saya bayar. Karena saya beli JR
Pass dan saya bisa menlenggang naik JR train dan Shinkansen ke mana saja. So
kenapa pula dia ini bikin saya jengkel. Petugas tetap dengan wajah gusar
membolak-balik paspor saya dan saya pun hilang kesabaran dan dengan wajah
jengkel dan tersinggung, saya menunjukkan itinerary saya yg dibuat Arata Sensei
dengan super detail termasuk saya menginap di rumah beliau di Kanazawa. Dan
belum cukup dengan menunjukkan itin tsb. Saya pun memperlihatkan paspor manual
saya yg sudah berulang kali keluar masuk Jepang menggunakan paspor manual. Terus, apa sih yg kamu ributkan dengan
mengecek ulang e-passport saya? Damn. Saya rasanya pengen memaki petugas ini
keras-keras. Sebagai gantinya saya mengutuk dan memaki-maki dia salam hati
saya. Petugas ini bisa merasakan sorot mata saya yg marah dan dia pun terlihat
grogi dan dengan buru-buru menyerahkan boarding pass saya 2 buah, yg menuju
JKT-KL dan KL-KIX. Damn. I just wanna kill him.
Visa waiver ini seyogyanya membuat perjalanan jadi mudah dan
tak perlu repot mengurus visa ke Kedubes Jepang, kog malah membuat masalah baru
di bandara. Bikin ulah dan bikin
deg-degan segala. Kebayang kalau petugas ini menolak menyerahkan boarding pas saya,
apa jadinya liburan saya. Batal gitu? Damn.