Semua tampak sempurna dan indah di awalnya. Saya sampai
meyakini bahwa Tuhan sudah mengatur semua pertemuan ini. Saya yakin tidak ada
yg kebetulan dalam hidup ini. Semua sudah tertulis dan semua ada dalam kendali
kekuasaan Tuhan.
Saya tidak bersedia mendengarkan semua nasehat kosong dari
sahabat & kerabat saya. Bagaimana
mungkin Tuhan salah dalam membuat rancanganNYA. Itu tak mungkin. Berulang-ulang
saya meyakinkan diri saya bahwa semua ini sudah menjadi bagian dari rencanaNYA.
Statusnya duda cerai hidup dan punya anak pula membuat daftar riwayat hidupnya terkesan buruk dan tak
layak untuk dijadikan pasangan sehidup semati. Bagaimana mungkin bisa melakukan
kesalahan berulang-ulang dalam hidupnya. Dan berharap orang lain masih yakin
kalau dia adalah pria baik-baik yg pernah salah dalam mengambil keputusan dan
salah dalam memilih pasangan hidupnya sehingga semua berakhir dengan bencana
dan berantakan.
Wajahnya yg manis dan baik membuat saya yakin sekali kalau
dia adalah pria sempurna yg layak diberikan kesempatan ketiga…Voila walaupun
dunia hanya memberikan kesempatan kedua tapi saya belajar keluar dari adat yg
umum, saya beri kesempatan ketiga.
Khasak-khusuk tentang statusnya ini tak membuat saya
mendadak goyah dan gamang mengambil keputusan. Saya sudah sujud berdoa dan
meminta petunjuk dariNYa. Saya meyakini tanda-tanda yg diberikanNYA kepada
saya. Semuanya dipermudah. Yg membuat sulit semuanya bukan saya tapi
orang-orang yg ada di lingkungan saya. Semua memberikan nasehat yg sama, coba
pikirkan baik-baik, coba cari tahu lagi. Coba coba coba….coba tanya istri
sebelumnya..what? istri sebelumnya…saya marah dan bosan mendengar semua nasehat
itu. Saya sudah putuskan bahwa saya akan menerima dia apa adanya. Saya berjanji
tak akan melihat masa lalunya yg kelam dan gelap. Itu masa lalu. Saya hanya
akan melihat ke depan dan merenda hidup yg lebih baik di masa yg akan datang.
Tak ada sedikit pun keraguan di benak saya. Saya sudah melihat
semua tanda yg ada. Dan saya merasa yakin dan benar, Tuhan berpihak pada saya. Dan
mereka yg ada di sekitar saya harus belajar menerima keputusan saya. Saya
mengabaikan semua nasehat kosong itu. Saya hanya ingin segera mengikatkan hidup
dan masa depan saya dengannya. Saya sudah tak sabar ingin segera melekatkan
nama saya dengan namanya. Ohhhhh sebegitu dahsyatnya keinginan itu mengelora
dalam dada saya, sampai-sampai saya harus menghitung hari untuk memastikan
namanya akan melekat berdampingan dengan nama saya. Saya tak ingin ada hal
konyol yg akan menghalangi saya mendapatkannya. Tidak Tuhan, tidak saudaranya,
tidak juga para mantan istrinya, tidak juga para anak-anaknya. Mereka saat ini
buat saya seperti kerikil tajam yg menghambat masa depan saya. Saya yakin cukup
kuat berjalan di atas kerikil tajam itu. Orang bilang saya sudah dibutakan
cinta. EGP kata saya. Ini hidup saya. Biarkan saya menanggung akibatnya.
Hari indah yg sudah saya tunggu sepanjang hidup saya itu pun tiba. Baju
pengantin yg kuidamkan, pria yg kuidamkan, saudara,kerabat dan sahabat pun hadir dalam
rangkaian pesta pernikahan saya. Saya seperti berada di awang-awang. Melempar
senyum dan sesekali tertawa dengan lelucon yg dilemparkan MC ke saya. Seperti
ini rasanya menjadi raja dan ratu sehari yah. Dulu sering dengar tapi nga bisa
membayangkan seperti apa rasanya. Ohhhh hari ini semua terasa sempurna.
Meskipun tubuh saya lelah tapi saya masih merasa nyaman. Katanya perasaan jatuh
cinta membuat segala kepenatan dan kerumitan hidup terasa ringan hahaha….
Oh hasrat saya untuk segera mengabdi dan menyenangkan hati
suami saya sudah begitu meluap-luap. Saya bahkan bersedia melakukan hal-hal apa
saja yg sebelumnya menurut saya baik dan benar tapi karena suami saya tak suka
dan tak setuju dengan semua itu, maka dengan senang hati saya melakukan semua
keinginannya. Mendadak saya tak boleh lagi pulang bareng satu mobil dengan pria
lain, katanya status saya sebagai istri tak baik bila satu mobil dengan pria lain yg
bukan sedarah dengan saya. Buat saya itu
bukan hal yg sulit dan permintaannya wajar saja buat saya. Maka tanpa banyak
argumen ba bi bu bu be bo…saya langsung menuruti kemauanya.
Saya yg tak begitu suka memasak, mendadak saya rela bangun pagi-pagi sekali untuk membuatkan sarapan pagi buat dia. Saya mencoba semua yg terbaik yg saya bisa. Oh mendadak saya begitu menyesal tak belajar memasak sedari dulu. Ibu saya sangat pintar memasak dan ayah saya selalu puas dengan masakan ibu saya. Rasanya saya menyesal tak menuruti himbauan ibu saya agar belajar memasak sedari dulu. Saya selalu merasa ide belajar memasak ini hanya membuang-buang waktu saya. Ngapain juga repot masak sendiri kalau bisa beli makanan siap saji. Buat saya hidup sudah cukup repot dan saya tak mau membuat hidup saya tambah repot hanya karena ide idealisme ibu saya. Gila ide konyol apa pula ini….Saya kesal saat ibu saya bilang belajar masak yg benar biar nanti kamu disayang suamimu…Ke laut aja itu suaminya..kenapa saya harus susah-susah belajar masak hanya karena ingin menyenangkan suami saya. Itu cocok buat ibu saya tapi bukan buat saya. Saya tak pernah mimpi jadi ibu rumahtangga yg hanya melayani suami saya seperti ibu saya…Saya benci mendengar ide menjadi istri sempurna buat menyenangkan suaminya…Oh God ide konyol apa itu. Itu bukan saya. Nga gue banget gitu lo…
Ahhh apa yg saya yakini dulu, kini mendadak menjadi begitu terasa salah dan sangat salah. Saya menyesal mengapa punya pikiran konyol seperti itu. Kini saya harus berjibaku mengejar ketertinggalan saya. Saya mendadak ingin segera bisa memasak apa saja. Saya ingin serba bisa. Saya ingin membuat masakan terbaik yg saya pikir bisa menyenangkan suami saya. Ahhh saya berteriak dalam otak saya, ingin segera bisa semuanya. Ingin menjadi istri yg terbaik dan sempurna buat dia. Saya tak pernah membayangkan kalau saya akan memiliki pikiran seperti ini. Apa yg dulu saya benci dan saya bantah setengah mati, mendadak semuanya menjadi BENAR saat ini. Bukankah hidup ini memang aneh dan cenderung ironis. Semua bisa jungkir balik kalau kamu sedang jatuh cinta. Hidup saya, harapan saya, impian saya, hasrat saya mendadak semuanya JUNGKIR BALIK. Mendadak saya berubah menjadi manusia yg berbeda. Saya bahkan merasa asing dengan diri saya sendiri. Love is BLIND….
Saya selalu merasa yakin dan mengenali kekuatan dan kelemahan saya. Saya yakin, saya tipikal perempuan yg sanggup melewati berbagai rintangan hidup. Itu pula yg melatari keyakinan saya bahwa saya akan sanggup mengarungi biduk rumahtangga ini dengan pria yg sangat jauh dari tipe impian saya. Duda cerai dan punya anak bukan impian saya. Pria yg tidak kuat iman dan agamanya bukan impian saya. Pria yg tak stabil pekerjaannya bukan impian saya. Saya sama dengan perempuan lain di dunia ini, bermimpi dan berangan-angan mendapatkan pria mapan secara pekerjaan yg sudah punya 3 P, rumah pribadi, kendaraan pribadi, deposito pribadi dan semuanya yg serba pribadi. Tapi impian tidak selalu menjadi kenyataan. Dan saya cukup realistis, tak ingin hidup dalam dongeng seperti Cinderella. Ketemu pria tampan dan pangeran dari antah berantah yg menjemput saya di balkon kayak film Pretty Woman. Tidak. Saya hidup di abad 21 yg semuanya harus realistis. Saya tak keberatan dengan status dudanya. Saya pikir hari gini sulit menemukan pasangan sempurna yg hanya ada di negeri dongeng.
Tidak lebih dari 365 hari, semua keyakinan saya dan semua hasrat saya atas fondasi pernikahan ini, padam dan karam. Saya tak pernah menduga upaya saya menjadi istri sempurna itu bisa hancur berantakan hanya karena kesalahan-kesalahan kecil yg menumpuk dan membuat saya gamang menghadapi semuanya. Saya tak pernah menduga saya akan terluka di dada saya karena dia lebih suka makanan dari luar setelah saya lelah berupaya membuat masakan terbaik. Saya harus memakan sendiri masakan yg saya buat karena ternyata rasanya tidak sama seperti yg dimasak ibunya. Upaya saya menyenangkannya mendadak menjadi sebuah siksaan luar biasa ketika apa yg saya lakukan ternyata tak lebih dari sebuah kesia-siaan belaka. Hasrat saya untuk bisa menjadi juru masak terbaik baginya mendadak hilang menguap ditelan rasa sakit hati di dada saya. Mendadak saya tak mau memasak lagi. Saya tak mau membuatkan sarapan pagi lagi. Saya tak mau usaha saya menjadi sia-sia. Cukup sudah.
Siapa yg menduga, kalau saya akan berakhir dipelukan pria
dgn status duda cerai hidup plus bonus anak. Siapa yg menduga saya akan menjadi
wanita yg rela mengabdi dan menghabiskan waktu saya memasak untuk makanan yg
pada akhirnya tak pernah bisa ditelan suami saya karena rasanya memang tak
jelas. Tak ada yg lebih buruk di mata saya, ketika masakan yg kamu masak dengan
susah payah pada akhirnya hanya kan membuat pria yg kamu idamkan menderita
menelan masakan kamu…Itu seperti racun yg melukai kamu perlahan tapi pasti.
Mendadak kamu merasa bersalah karena tak belajar dengan baik semasa muda dan
punya kesempatan banyak untuk melakukan hal-hal yg baik ygdianjurkan ibumu. Penyelasan yg selalu datang terlambat…tak
pernah ontime kata teman saya hahaha….
Siang itu mendadak saya mendapat sms dari dia, katanya kog
kamu jarang masak ya kalau saat libur di rumah. Saya kaget juga dengan smsnya.
Tapi saya tak ingin mengungkapkan sebab yg sebenarnya. Saya mencari alasan lain
yg lebih masuk di akal untuk sekedar menghindari debat kosong yg hanya melukai
hati saya. Akhirnya untuk sekedar basa-basi kosong, saat libur di rumah, saya
selalu tanya ke suami saya, mau makan di luar atau mau makan masakan di rumah?
Dia menatap wajah saya, tapi saya mencoba menyamarkan isi hati saya. Saya tak
ingin dia tahu apa yg saya rasakan.
Anehnya saya sangat bahagia saat dia bilang sebaiknya makan di luar
saja. Saya merasa lega. Karena itu artinya saya terbebas dari siksaan dan omong
kosong tentang pengabdian istri terhadap suaminya.
Saya tak pernah tahu sejak kapan saya
kehilangan hasrat dan gairah tentang menjadi istri sempurna… Saya mencoba
mengingat-ingat semuanya, tapi saya tak pernah tahu sejak kapan itu terjadi.
Saya pun tak pernah tahu sejak kapan saya mulai melihat
kekurangannya. Semua kekurangan dan kelemahannya yg dulu yg saya anggap
biasa-biasa saja mendadak menjadi hal yg besar buat saya. Kebiasaannya yg
terlambat bangun pagi mendadak menjadi hal yg menjengkelkan buat saya. Gimana
mau menjadi iman dalam keluarga kalau bangun pagi saja, harus saya bangunkan
berulang-ulang. Kebiasaannya untuk hang out dengan teman-temannya pun mendadak
menjadi ganjalan besar buat saya. Saya mendadak protes ketika dia hang out
dengan teman perempuan dan teman lelakinya semasa kuliah. Katanya mereka sedang
reuni dengan teman kuliahnya. Mendadak saya menahan marah di dada saya. Katanya
saya tak boleh satu mobil dengan pria lain yg bukan sedarah dengan saya, tapi
apa artinya semua itu kalau dia sendiri bisa pesta reunian dengan teman
perempuan dan pria lainnya… Aturan apa itu. Mendadak saya tak terima dengan
semua itu. Saya tak ingin memulai debat kosong tapi saya secara sekilas mencoba
menyindir dia dan mengingatkan bahwa tidak baik bareng dengan wanita lain yg
bukan sedarah dengan dia….Sindiran saya dengan senyuman itu ternyata ditanggapi
serius dengan dia. Lalu dia bilang begini, kenapa? Kamu protes? Yah sudah,
kalau kamu pengen hang out juga dengan teman pria kamu juga nga apa-apa…Terserah
kamu saja…Nga masalah katanya….Entah kenapa kalimat itu seperti petir yg
menyambar di siang bolong buat saya…
Mendadak kami menjadi dua orang asing yg mulai senang saling
menyindir kelemahan masing-masing. Dia mulai menyindir saya kalau dia tak puas
dengan upaya saya. Mendadak saya memiliki sejumlah daftar kekurangan yg membuat
saya menjadi kurang layak menyandang namanya….Saya pun mulai tak pernah puas
dengan sikapnya. Saya mulai menduga-duga apakah ini asal muasal yg membuat para
mantan istrinya kabur dan minggat dari dia. Saya dulu setengah mati yakin bahwa
para mantan istrinya adalah para perempuan yg tak pantas mendampingi dia.
Mantan istrinya semua perempuan bodoh dan tak bisa menyenangkan suaminya…Saya
dulu begitu yakin dengan semua cerita duka yg dipaparkannya bahwa para mantan
istrinya tak becus mengurus rumahtangga…Itu sebabnya saya pun ikutan sinis
melihat mantan istrinya… Tapi akhir-akhir ini saya mendadak mulai bersimpati
kepada mantan istrinya. Mungkin sikap suami saya yg mau menang sendiri dan
merasa benar sendiri itulah yg menjadi akar penyebab istrinya semua kabur. Mengapa saya begitu buta selama ini? Mengapa
saya begitu yakin dengan semua ceritanya…Mengapa saya jadi ikutan menjadi
perempuah bodoh…Entah mengapa mendadak dada saya sesak dan saya tak sanggup
menahan rasa sakit di dada saya….Saya menangis sejadi-jadinya karena kebodohan
saya. Bagaimana mungkin saya bisa menjadi setolol dan sebuta ini.
Saya hancur berantakan seperti gelas pecah berantakan tak bisa
dijadikan utuh lagi… Mendadak saya marah terhadap diri saya sendiri. Saya marah
untuk semua yg terjadi. Bagaimana
mungkin saya yakin Tuhan berada di pihak saya, ketika semuanya begitu indah di
awalnya… Saya merasa semua tanda yg ada begitu sempurna. Tak mungkin Tuhan
salah merancang jalan hidup saya. Saya sudah berdoa dan saya sudah meminta
petunjukNya. Semuanya terasa begitu benar. Oh God where are you now???
Berulang-ulang saya menggeleng-gelengkan kepala saya. Berharap ini hanya mimpi…
Mimpi buruk yg hanya akan berakhir semalam saja.. Tapi tidak. Ini nyata. Kaki saya
mendadak gamang berdiri. Saya mendadak pucat membayangkan apa yg harus saya
lakukan selanjutnya.
Bagaimana saya harus menjelaskan semua ini ke orang tua saya…bagaimana
saya harus menjelaskan ini ke teman-teman, sahabat, kerabat dan teman-teman
sekantor saya… Apa yg akan mereka katakan tentang saya.. Apakah mereka akan
mentertawakan saya? Apakah mereka akan bilang : I TOLD YOU SO!
Yg saya inginkan saat ini adalah segera menghilang dan lenyap
dari permukaan bumi ini… Saya tak pernah menduga jalan hidup saya akan karam
seperti ini. Saya masih terpaku kebingungan…Saya berharap ada sebuah keajaiban
datang menjamah saya…membalik semuanya seperti impian saya…Betapa ironisnya
hidup ini…Saya jatuh cinta terhadap apa yg saya benci sebelumnya. Pada akhirnya
ketika semuanya tak berjalan seperti mimpi saya, saya menyadari bahwa jalan yg
saya pilih ternyata salah…Dan saya sulit mengakui semua kebodohan saya… My
friend says I am the smartest person in
the wrong room…
Well life has a funny way of sneaking up on you
When you think everything's okay and everything's going
right
And life has a funny way of helping you out when
You think everything's gone wrong and everything blows up
In your face
(AM)
(AM)
nuchan@2015
storyteller
No comments:
Post a Comment