Wednesday, March 25, 2015

Irony



Semua tampak sempurna dan indah di awalnya. Saya sampai meyakini bahwa Tuhan sudah mengatur semua pertemuan ini. Saya yakin tidak ada yg kebetulan dalam hidup ini. Semua sudah tertulis dan semua ada dalam kendali kekuasaan Tuhan.

Saya tidak bersedia mendengarkan semua nasehat kosong dari sahabat & kerabat saya. Bagaimana mungkin Tuhan salah dalam membuat rancanganNYA. Itu tak mungkin. Berulang-ulang saya meyakinkan diri saya bahwa semua ini sudah menjadi bagian dari rencanaNYA.

Statusnya duda cerai hidup dan punya anak pula membuat  daftar riwayat hidupnya terkesan buruk dan tak layak untuk dijadikan pasangan sehidup semati. Bagaimana mungkin bisa melakukan kesalahan berulang-ulang dalam hidupnya. Dan berharap orang lain masih yakin kalau dia adalah pria baik-baik yg pernah salah dalam mengambil keputusan dan salah dalam memilih pasangan hidupnya sehingga semua berakhir dengan bencana dan berantakan.

Wajahnya yg manis dan baik membuat saya yakin sekali kalau dia adalah pria sempurna yg layak diberikan kesempatan ketiga…Voila walaupun dunia hanya memberikan kesempatan kedua tapi saya belajar keluar dari adat yg umum, saya beri kesempatan ketiga.

Khasak-khusuk tentang statusnya ini tak membuat saya mendadak goyah dan gamang mengambil keputusan. Saya sudah sujud berdoa dan meminta petunjuk dariNYa. Saya meyakini tanda-tanda yg diberikanNYA kepada saya. Semuanya dipermudah. Yg membuat sulit semuanya bukan saya tapi orang-orang yg ada di lingkungan saya. Semua memberikan nasehat yg sama, coba pikirkan baik-baik, coba cari tahu lagi. Coba coba coba….coba tanya istri sebelumnya..what? istri sebelumnya…saya marah dan bosan mendengar semua nasehat itu. Saya sudah putuskan bahwa saya akan menerima dia apa adanya. Saya berjanji tak akan melihat masa lalunya yg kelam dan gelap. Itu masa lalu. Saya hanya akan melihat ke depan dan merenda hidup yg lebih baik di masa yg akan datang.

Tak ada sedikit pun keraguan di benak saya. Saya sudah melihat semua tanda yg ada. Dan saya merasa yakin dan benar, Tuhan berpihak pada saya. Dan mereka yg ada di sekitar saya harus belajar menerima keputusan saya. Saya mengabaikan semua nasehat kosong itu. Saya hanya ingin segera mengikatkan hidup dan masa depan saya dengannya. Saya sudah tak sabar ingin segera melekatkan nama saya dengan namanya. Ohhhhh sebegitu dahsyatnya keinginan itu mengelora dalam dada saya, sampai-sampai saya harus menghitung hari untuk memastikan namanya akan melekat berdampingan dengan nama saya. Saya tak ingin ada hal konyol yg akan menghalangi saya mendapatkannya. Tidak Tuhan, tidak saudaranya, tidak juga para mantan istrinya, tidak juga para anak-anaknya. Mereka saat ini buat saya seperti kerikil tajam yg menghambat masa depan saya. Saya yakin cukup kuat berjalan di atas kerikil tajam itu. Orang bilang saya sudah dibutakan cinta. EGP kata saya. Ini hidup saya. Biarkan saya menanggung akibatnya.

Hari indah yg sudah saya  tunggu sepanjang hidup saya itu pun tiba. Baju pengantin yg kuidamkan, pria yg kuidamkan,  saudara,kerabat dan sahabat pun hadir dalam rangkaian pesta pernikahan saya. Saya seperti berada di awang-awang. Melempar senyum dan sesekali tertawa dengan lelucon yg dilemparkan MC ke saya. Seperti ini rasanya menjadi raja dan ratu sehari yah. Dulu sering dengar tapi nga bisa membayangkan seperti apa rasanya. Ohhhh hari ini semua terasa sempurna. Meskipun tubuh saya lelah tapi saya masih merasa nyaman. Katanya perasaan jatuh cinta membuat segala kepenatan dan kerumitan hidup terasa ringan hahaha….

Oh hasrat saya untuk segera mengabdi dan menyenangkan hati suami saya sudah begitu meluap-luap. Saya bahkan bersedia melakukan hal-hal apa saja yg sebelumnya menurut saya baik dan benar tapi karena suami saya tak suka dan tak setuju dengan semua itu, maka dengan senang hati saya melakukan semua keinginannya. Mendadak saya tak boleh lagi pulang bareng satu mobil dengan pria lain, katanya status saya sebagai istri  tak baik bila satu mobil dengan pria lain yg bukan sedarah dengan saya.  Buat saya itu bukan hal yg sulit dan permintaannya wajar saja buat saya. Maka tanpa banyak argumen ba bi bu bu be bo…saya langsung menuruti kemauanya.

Saya yg tak begitu suka memasak, mendadak saya rela bangun pagi-pagi sekali untuk membuatkan sarapan pagi buat dia. Saya mencoba semua yg terbaik yg saya bisa. Oh mendadak saya begitu menyesal tak belajar memasak sedari dulu. Ibu saya sangat pintar memasak dan ayah saya selalu puas dengan masakan ibu saya. Rasanya saya menyesal tak menuruti himbauan ibu saya agar belajar memasak sedari dulu. Saya selalu merasa ide belajar memasak ini hanya membuang-buang waktu saya. Ngapain juga repot masak sendiri kalau bisa beli makanan siap saji. Buat saya hidup sudah cukup repot dan saya tak mau membuat hidup saya tambah repot hanya karena ide idealisme  ibu saya. Gila ide konyol apa pula ini….Saya kesal saat ibu saya bilang belajar masak yg benar biar nanti kamu disayang suamimu…Ke laut aja itu suaminya..kenapa saya harus susah-susah belajar masak hanya karena ingin menyenangkan suami saya.  Itu cocok buat ibu saya tapi bukan buat saya. Saya tak pernah mimpi jadi ibu rumahtangga yg hanya melayani suami saya seperti ibu saya…Saya benci mendengar ide menjadi istri sempurna buat menyenangkan suaminya…Oh God ide konyol apa itu. Itu bukan saya. Nga gue banget gitu lo…

Ahhh apa yg saya yakini dulu, kini mendadak menjadi begitu terasa salah dan sangat salah. Saya menyesal mengapa punya pikiran konyol seperti itu. Kini saya harus berjibaku mengejar ketertinggalan saya. Saya mendadak ingin segera bisa memasak apa saja. Saya ingin serba bisa. Saya ingin membuat masakan terbaik yg saya pikir bisa menyenangkan suami saya. Ahhh saya berteriak dalam otak saya, ingin segera bisa semuanya. Ingin menjadi istri yg terbaik dan sempurna buat dia. Saya tak pernah membayangkan kalau saya akan memiliki pikiran seperti ini. Apa yg dulu saya benci dan saya bantah setengah mati, mendadak semuanya menjadi BENAR saat ini. Bukankah hidup ini memang aneh dan cenderung ironis. Semua bisa jungkir balik kalau kamu sedang jatuh cinta. Hidup saya, harapan saya, impian saya, hasrat saya mendadak semuanya JUNGKIR BALIK. Mendadak saya berubah menjadi manusia yg berbeda. Saya bahkan merasa asing dengan diri saya sendiri. Love is BLIND….

Saya selalu merasa yakin dan mengenali kekuatan dan kelemahan saya.  Saya yakin, saya tipikal perempuan yg sanggup melewati berbagai rintangan hidup. Itu pula yg melatari keyakinan saya bahwa saya akan sanggup mengarungi biduk rumahtangga ini dengan pria yg sangat jauh dari tipe impian saya. Duda cerai dan punya anak bukan impian saya. Pria yg tidak kuat iman dan agamanya bukan impian saya. Pria yg tak stabil pekerjaannya bukan impian saya. Saya sama dengan perempuan lain di dunia ini, bermimpi dan berangan-angan mendapatkan pria mapan secara pekerjaan yg sudah punya 3 P, rumah pribadi, kendaraan pribadi, deposito pribadi  dan semuanya yg serba pribadi. Tapi impian tidak selalu menjadi kenyataan. Dan saya cukup realistis, tak ingin hidup dalam dongeng seperti Cinderella. Ketemu pria tampan dan pangeran dari antah berantah yg menjemput saya di balkon kayak film Pretty Woman. Tidak. Saya hidup di abad 21 yg semuanya harus realistis. Saya tak keberatan dengan status dudanya.  Saya pikir hari gini sulit menemukan pasangan sempurna yg hanya ada di negeri dongeng.

Tidak lebih dari 365 hari, semua keyakinan saya dan semua hasrat saya atas fondasi pernikahan ini, padam dan karam. Saya tak pernah menduga upaya saya menjadi istri sempurna itu bisa hancur berantakan hanya karena kesalahan-kesalahan kecil yg menumpuk dan membuat saya gamang menghadapi semuanya. Saya tak pernah menduga saya akan terluka di dada saya karena dia lebih suka makanan dari luar setelah saya lelah berupaya membuat masakan terbaik. Saya harus memakan sendiri masakan yg saya buat karena ternyata rasanya tidak sama seperti yg dimasak ibunya. Upaya saya menyenangkannya mendadak menjadi sebuah siksaan luar biasa ketika apa yg saya lakukan ternyata tak lebih dari sebuah kesia-siaan belaka.  Hasrat saya untuk bisa menjadi juru masak terbaik baginya mendadak hilang menguap ditelan rasa sakit hati di dada saya.  Mendadak saya tak mau memasak lagi. Saya tak mau membuatkan sarapan pagi lagi. Saya tak mau usaha saya menjadi sia-sia. Cukup sudah.


Siapa yg menduga, kalau saya akan berakhir dipelukan pria dgn status duda cerai hidup plus bonus anak. Siapa yg menduga saya akan menjadi wanita yg rela mengabdi dan menghabiskan waktu saya memasak untuk makanan yg pada akhirnya tak pernah bisa ditelan suami saya karena rasanya memang tak jelas. Tak ada yg lebih buruk di mata saya, ketika masakan yg kamu masak dengan susah payah pada akhirnya hanya kan membuat pria yg kamu idamkan menderita menelan masakan kamu…Itu seperti racun yg melukai kamu perlahan tapi pasti. Mendadak kamu merasa bersalah karena tak belajar dengan baik semasa muda dan punya kesempatan banyak untuk melakukan hal-hal yg baik ygdianjurkan ibumu.  Penyelasan yg selalu datang terlambat…tak pernah ontime kata teman saya  hahaha….

Siang itu mendadak saya mendapat sms dari dia, katanya kog kamu jarang masak ya kalau saat libur di rumah. Saya kaget juga dengan smsnya. Tapi saya tak ingin mengungkapkan sebab yg sebenarnya. Saya mencari alasan lain yg lebih masuk di akal untuk sekedar menghindari debat kosong yg hanya melukai hati saya. Akhirnya untuk sekedar basa-basi kosong, saat libur di rumah, saya selalu tanya ke suami saya, mau makan di luar atau mau makan masakan di rumah? Dia menatap wajah saya, tapi saya mencoba menyamarkan isi hati saya. Saya tak ingin dia tahu apa yg saya rasakan.  Anehnya saya sangat bahagia saat dia bilang sebaiknya makan di luar saja. Saya merasa lega. Karena itu artinya saya terbebas dari siksaan dan omong kosong tentang pengabdian istri terhadap suaminya.  

Saya tak pernah tahu sejak kapan saya kehilangan hasrat dan gairah tentang menjadi istri sempurna… Saya mencoba mengingat-ingat semuanya, tapi saya tak pernah tahu sejak kapan itu terjadi.

Saya pun tak pernah tahu sejak kapan saya mulai melihat kekurangannya. Semua kekurangan dan kelemahannya yg dulu yg saya anggap biasa-biasa saja mendadak menjadi hal yg besar buat saya. Kebiasaannya yg terlambat bangun pagi mendadak menjadi hal yg menjengkelkan buat saya. Gimana mau menjadi iman dalam keluarga kalau bangun pagi saja, harus saya bangunkan berulang-ulang. Kebiasaannya untuk hang out dengan teman-temannya pun mendadak menjadi ganjalan besar buat saya. Saya mendadak protes ketika dia hang out dengan teman perempuan dan teman lelakinya semasa kuliah. Katanya mereka sedang reuni dengan teman kuliahnya. Mendadak saya menahan marah di dada saya. Katanya saya tak boleh satu mobil dengan pria lain yg bukan sedarah dengan saya, tapi apa artinya semua itu kalau dia sendiri bisa pesta reunian dengan teman perempuan dan pria lainnya… Aturan apa itu. Mendadak saya tak terima dengan semua itu. Saya tak ingin memulai debat kosong tapi saya secara sekilas mencoba menyindir dia dan mengingatkan bahwa tidak baik bareng dengan wanita lain yg bukan sedarah dengan dia….Sindiran saya dengan senyuman itu ternyata ditanggapi serius dengan dia. Lalu dia bilang begini, kenapa? Kamu protes? Yah sudah, kalau kamu pengen hang out juga dengan teman pria kamu juga nga apa-apa…Terserah kamu saja…Nga masalah katanya….Entah kenapa kalimat itu seperti petir yg menyambar di siang bolong buat saya…

Mendadak kami menjadi dua orang asing yg mulai senang saling menyindir kelemahan masing-masing. Dia mulai menyindir saya kalau dia tak puas dengan upaya saya. Mendadak saya memiliki sejumlah daftar kekurangan yg membuat saya menjadi kurang layak menyandang namanya….Saya pun mulai tak pernah puas dengan sikapnya. Saya mulai menduga-duga apakah ini asal muasal yg membuat para mantan istrinya kabur dan minggat dari dia. Saya dulu setengah mati yakin bahwa para mantan istrinya adalah para perempuan yg tak pantas mendampingi dia. Mantan istrinya semua perempuan bodoh dan tak bisa menyenangkan suaminya…Saya dulu begitu yakin dengan semua cerita duka yg dipaparkannya bahwa para mantan istrinya tak becus mengurus rumahtangga…Itu sebabnya saya pun ikutan sinis melihat mantan istrinya… Tapi akhir-akhir ini saya mendadak mulai bersimpati kepada mantan istrinya. Mungkin sikap suami saya yg mau menang sendiri dan merasa benar sendiri itulah yg menjadi akar penyebab istrinya semua kabur.  Mengapa saya begitu buta selama ini? Mengapa saya begitu yakin dengan semua ceritanya…Mengapa saya jadi ikutan menjadi perempuah bodoh…Entah mengapa mendadak dada saya sesak dan saya tak sanggup menahan rasa sakit di dada saya….Saya menangis sejadi-jadinya karena kebodohan saya. Bagaimana mungkin saya bisa menjadi setolol dan sebuta ini.

Saya hancur berantakan seperti gelas pecah berantakan tak bisa dijadikan utuh lagi… Mendadak saya marah terhadap diri saya sendiri. Saya marah untuk semua yg terjadi.  Bagaimana mungkin saya yakin Tuhan berada di pihak saya, ketika semuanya begitu indah di awalnya… Saya merasa semua tanda yg ada begitu sempurna. Tak mungkin Tuhan salah merancang jalan hidup saya. Saya sudah berdoa dan saya sudah meminta petunjukNya. Semuanya terasa begitu benar. Oh God where are you now??? Berulang-ulang saya menggeleng-gelengkan kepala saya. Berharap ini hanya mimpi… Mimpi buruk yg hanya akan berakhir semalam saja.. Tapi tidak. Ini nyata. Kaki saya mendadak gamang berdiri. Saya mendadak pucat membayangkan apa yg harus saya lakukan selanjutnya.

Bagaimana saya harus menjelaskan semua ini ke orang tua saya…bagaimana saya harus menjelaskan ini ke teman-teman, sahabat, kerabat dan teman-teman sekantor saya… Apa yg akan mereka katakan tentang saya.. Apakah mereka akan mentertawakan saya? Apakah mereka akan bilang : I TOLD YOU SO!  

Yg saya inginkan  saat ini adalah segera menghilang dan lenyap dari permukaan bumi ini… Saya tak pernah menduga jalan hidup saya akan karam seperti ini. Saya masih terpaku kebingungan…Saya berharap ada sebuah keajaiban datang menjamah saya…membalik semuanya seperti impian saya…Betapa ironisnya hidup ini…Saya jatuh cinta terhadap apa yg saya benci sebelumnya. Pada akhirnya ketika semuanya tak berjalan seperti mimpi saya, saya menyadari bahwa jalan yg saya pilih ternyata salah…Dan saya sulit mengakui semua kebodohan saya… My friend  says I am the smartest person in the wrong room…


Well life has a funny way of sneaking up on you
When you think everything's okay and everything's going right
And life has a funny way of helping you out when
You think everything's gone wrong and everything blows up
In your face
(AM)

nuchan@2015
storyteller



No comments:

Post a Comment