Pagi ini aku bangun dan mendengar suara kicau burung dari
jendela. Sudah lama rasanya aku tak mendengar kicauan merdu itu. Jakarta memang tidak ramah. Orang senang
membangun rumah tapi tidak gemar menanam pohon. Bagi orang Jakarta setiap
jengkal tanah adalah uang, maka akan tak bermanfaat bila hanya ditumbuhi
pepohonan rindang, karena tidak menghasilkan uang. Malah pohon rindang hanya
mengumpulkan para pedagang kaki lima yg suka berteduh bila sedang kepanasan
dihantam kejamnya dan panasnya udara ibu kota.
Kemana pun mata memandang maka mata akan melihat
gedung-gedung tinggi yg menjulang menantang langit. Seolah-olah mereka berlomba ingin mencapai
langit. Bahkan mereka tak peduli meskipun Jakarta selalu dilanda banjir dan banjir.
Penduduk Jakarta itu reseh, cerewet, bawel, menyebalkan, dan tak beradab. Mereka
familiar dengan gadget termahal, mereka hobbi bermedsos ria, bahkan semua
medsos mereka ikuti, tapi jangan berharap mereka paham dan mau berpartisipasi
menjaga kebersihan Jakarta. Mereka berhak menuntut ini dan itu kepada pemerintah tapi tidak punya rasa tanggungjawab untuk menjalankan kewajibannya sebagai warga Jakarta. Mereka pemalas, jorok dan tidak malu tidur nyenyak
di antara gunungan sampah yg menjulang. Mereka berharap ada superman yg datang
membuat semuanya menjadi rapi, bersih dan tidak macet dan tidak banjir. Itulah
kondisi penduduk jakarta.
Pemerintahnya pun setali tiga uang. Rajin banget memungut
pajak dari rakyat. Katanya untuk membangun sarana dan infrastruktur dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Tapi rakyat yg mana aku tak pernah tahu. Mereka hanya
menggunakan kekuasaan mereka menarik pajak secara semena-mena tanpa pernah
bertanggungjawab atas penggunaan pajak tersebut. Jalan selalu rusak di
mana-mana. Listrik mati tanpa pemberitahuan kepada warga. Mereka tak peduli
kerugian yg mereka timbulkan kepada warga tapi kalau telat bayar listrik mereka
berhak memberlakukan denda keterlambatan. Luar biasa. Jangan bicara sarana air
sehat dan bersih, air Pam selalu terlihat keruh dan mengalir kecil. Itulah Jakarta yg katanya ibukota RI dan
etalase Indonesia.
Kotor, sumuk dan horornya kota Jakarta dan juga kota-kota
besar di Indonesia membuat aku berharap ada manusia seperti superman yg punya hati yg baik dan jujur dan selalu berpihak kepada rakyat datang menyulapnya
menjadi indah seperti Jepang atau minimal
seperti Singapore.
Tapi kapan ya? Ada Jokowi yg mengusung Revolusi Mental tapi belum apa-apa sudah dicaci-maki dan
dituduh dengan berbagai macam tuduhan yg menyakitkan. Memang bangsa ini suka
lupa ingatan. Sudah pernah dibodohi dan dipasung selama 32 tahun tapi kog masih
rindu dengan masa lalu yg penuh dengan sejarah hitam yg memilukan hati para
orang tua yg kehilangan putra-putrinya yg mencoba bersuara lantang menentang
kezaliman penguasa orba.
Tapi hari ini tiba-tiba ramai-ramai orang yg dulu menghujat penguasa
masa lalu malah hari ini berteriak sama kerasnya mengagung-agungkan penguasa yg
dulu menindas, menyiksa dan memasung setiap orang yg mencoba bersuara, kini
dibopong dan diarak-arak dan diagung-agungkan bak raja besar nan agung, suci dan penuh keadilan dan yg mampu
membawa negeri ini keluar dari kemiskinan, ketidakadilan dan kebodohan. Ckckck
bener-bener negeri ini penuh dengan manusia yg amnesia. Kalau yg amnesia hanya
kalangan akar rumput mungkin aku masih maklum karena keterbatasan informasi dan
pengetahuan, tapi yg saat ini banyak amnesia justru para pendidik, para aparat
dan kalangan atas yg notabene memiliki pendidikan
terbaik pun ikutan amnesia dan bicara omong
kosong kayak orang mabuk laut dan membuat perut mual pengen muntah dengan
omongannya yg kotor dan memalukan mencoba membodohi orang banyak dengan
memutarbalikkan fakta yg ada. Bener-bener sakit. Bener-bener rusak. Quo vadis
Indonesia?
nuchan@02072014
resah