Pulau Harapan 25-26 Juni 2017- Kepulauan Seribu DKI Jakarta
Indonesia
Setelah lebih dari 10 tahun tinggal di Pulau Jawa, saya baru
pertama kali menginjakkan kaki di Kep. Seribu 25 Juni 2017. Itu pun berkat Dita
ponakan saya yg mengajak saya berlibur saat libur Lebaran. Karena bingung mau
liburan ke mana ya.. Lebaran di Indonesia ke mana pun pergi pasti dipenuhi
lautan manusia dan serba macet cet. Secara iseng saya ajak Dita untuk berlibur
ke Pulau Seribu. Dan dia setuju. Dia memang pengen liburan murah meriah dan
tidak jauh banget. Akhirnya Dita hunting di internet cari EO yg mengatur paket
liburan ke Kep. Seribu.
Setelah browsing sana sini, akhirnya Dita menawarkan liburan
ke Pulau Harapan 2 hari 1 malam dengan biaya per orang 400ribu. Tidak terlalu
mahal, dan dekat pula. Saya pun langsung setuju. Semula Dita pengen 3 hari 2
malam, tapi setelah saya pertimbangkan dengan matang, akhirnya saya pilih 2
hari 1 malam. Soalnya saya gampang bosan. Akhirnya kami deal mengambil paket 2
hari 1 malam.Liburan ini saya ambil karena saya pasti bosan di rumah tanpa
kegiatan yg pasti. Mana libur Lebaran
kali ini panjang banget mulai tgl 22 Juni sd 2 Juli 2017. Prettt, pengen
liburan ke LN di bulan Juni, alamak yg ada pasti musim hujan kalau di Japan,
namanya tsuyu alias musim hujan. Maka
liburan 2 hari akan bisa mengalihkan kebosanan saya, setidaknya birunya laut
akan menenangkan hati.
Liburan ini karena Dita ikut andil, maka saya tidak terlalu
ikut aktif mengecek dan menentukan itinerarynya. Saya Cuma tanya apa saja yg
harus kami persiapkan saat ke sana. Saya pikir karena kami ada event snorkeling
maka saya perlu SunBlock yg SPF yg tinggi. Maka saya putuskan membeli SunBlock
Banana Boat Sport dgn SPF 110. Dan saya dapat info dari teman katanya karena
kami menginap di rumah penduduk maka ada kemungkinan banyak nyamuk katanya.
Maka saya putuskan membeli Autan Lotion anti nyamuk. Plus saya beli beberapa
snack atau makanan ringan selama di sana, yaitu kacang goreng Matahari, J’Co,
Malkist Crackers Roma dll.
Tanggal 24 Juni sore, semua persiapan pakaian dan
pernak-pernik untuk berlibur sudah kami siapkan. Baju renang untuk snorkeling
dan handuk kecil 4 buah untuk dipakai saat snorkeling. Saya pilih bawa tas
kecil saja dan hanya bawa baju ganti 1 pasang saja. Tapi seperti biasa saya
harus bawa perlengkapan mandi yg komplit. Semua sudah rapi, apik dan siap buat
berlibur.
Tapi yg belum siap adalah bagaimana kami akan menuju
Pelabuhan Kali Adem di Muara Angke. Karena ternyata saya tidak terlalu paham
bagaimana mencapai lokasi pelabuhan Kali Adem.
Saya coba searching di internet letak dan posisi pelabuhan ini. Saya
agak resah karena jam berkumpul di Kali Adem adalah pukul 6 pagi. Hadehhh gila
pagi banget. Sementara kami posisinya ada di Lippo Cikarang. Mana sedang
Lebaran pula. Apakah ada kendaraan atau bus yg ke Jakart di pagi dini hari banget.
Hmmm mulai resah. Coba cek naik Grab Car, katanya biayanya 164ribu rupiah.
Masih ok. Tapi apakah ada Grab Car yg jam 4 pagi? Hanya Tuhan yg tahu. Ini penyebab
muncul keresahan baru.
Akhirnya pilihan terakhir, saya harus tanya adik saya,
kira-kira dia bersedia tidak mengantar kami ke Kali Adem jam 4 pagi dini hari.
Dengan wajah terpaksa dia menganggukkan kepalanya hahaha. Habis mau bagaimana
lagi ya. Tapi ternyata syaratnya adalah saya harus tidur di Mutiara. Dia nga
mau berangkat dari rumah yg di Taman Cibodas hahaha. Demi berangkat ke Kep.
Seribu dengan aman, maka saya dan Dita balik lagi tidur di Mutiara dan kami
akan berangkat jam 4 pagi karena jam berkumpul kata Dita pukul 6 pagi dan selambat-lambatnya
ditunggu pukul 7 pagi oleh panitia. Haleluya…Cukup merepotkan bukan? Ckckck.
Saya pun bilang ke Dita, tolong kamu set Alarm di HP mu
pukul 4 pagi saya bilang. Yupe, ok katanya. Saya pun percaya saja dan tidur
pulas karena badan saya terasa capek banget. Saya duluan tidur, karena khawatir
kurang tidur. Dita bilang ini mesti bangun jam 3 pagi katanya. Saya pikir ini
anak well prepared banget. Maka saya pun tidur lelap. Meskipun malam itu suara
takbiran melolong dimana-mana. Saya pilih tidur.
Saya kaget karena mendengar suara azan pagi. Setahu saya
azan pagi itu terdengar saat sudah pukul 5 pagi. Saya terbangun dan
membangunkan Dita. Saya bilang kamu nga setup HP kamu? Ini sudah pukul 5 pagi
saya bilang. Di-setting kog katanya. Nga tahu kenapa nga aktif katanya dengan
wajah bingung. Hadehhh, saya buru-buru membangunkan adik saya. Dan saya bilang
nga usah mandi, langsung cuci muka saja dan berangkat. Adik saya bangun sembari
menggerutu, kenapa kalian yg liburan gua yg repot katanya.
Saya pilih diam tak menjawab gerutuan adik saya. Dita yg
saya andalkan ternyata gagal. Ini akibat kalau mengandalkan orang yg salah.
Memang Dita sering lelet kata kakak saya. Tapi saya saja yg gagal paham.
Akhirnya saya memaksa semuanya buru-buru naik ke mobil dan memeriksa rumah dan
mengunci pintu utama dan mematikan semua lampu. Saya berangkat sembari memilih
diam tak banyak bicara. Saya biarkan adik saya menyetir dengan tenang tak ingin
mengganggu konsentrasi dia. Saya tahu dia agak marah dan jengkel karena dia ikut
terimbas keteledoran Dita.
Karena jalanan masih sepi banget dan jalan tol pun relative
aman dan sepi maka pukul 6 pagi kami sudah memasuki arah Cawang atas dan adik
saya meminta Dita menyalakan GPS di HP dan mengecek tol mana yg akan kami tuju
sebagai exit terdekat ke Kali Adem. Berhubung Dita agak lelet dan nga jelas
menerangkannya jadilah kami keluar tol Muara Angke padahal sudah saya bilang
bahwa menurut Mba Google kami harusnya keluar di Exit Tol Pluit. Tapi sudah
tahu salah Dita diam saja. Jadilah adik saya tambah jengkel dan kami kembali
berputar masuk ke tol lagi bayar lagi tol 9ribu rupiah dan melaju menuju Exit
Tol Pluit. Dan dari Exit Pluit kami masih bertanya ke bapak yg sedang nongkrong
di jalan dan sembai mencoba mendengarkan panduan dari GPS. Hadehhhh ternyata
jalanan ke Kali Adem lumayan sempit dan berbau amis dan jalanan yg lumayan
kotor. Ampun dah. Jakarta oh Jakarta. Kapan engkau bisa berubah. Meskipun dengan drama bangun terlambat kami
bisa tiba di Kali Adem pukul 6. 30an pagi. Para pengunjung yg akan ke Pulau
Seribu ramai banget. Meskipun Lebaran ternyata penumpang sangat banyak dan
didominasi oleh pengunjung etnis Chinese dan Batk dan suku lain yg mngkin tidak
terkait dengan sholat Ied Idul Fitri. Hehehe.
Kami turun dan segera Dita saya minta menghubungi EO-nya.
Berbeda dengan yg saya bayangkan ternyata kami naik kapal atau boat atau Ferry
yg terbuat dari kayu mirip perahu tradisional nelayan. Haleluya. Kapal KM
Garuda namanya yg menuju Pulau Harapan. Harga tiket peron masuk ke Pelabuhan
Kali Adem 2,000 rupiah. Dan tiket sekali jalan menuju P. Harapan 60ribu per
kepala.
Saya yg diserang rasa mengantuk meminta Dita menunggu
dibawah tiang bendera dan saya mendadak pengen minum kopi kapal api untuk
menghalau rasa kantuk. Secangkir kpi 5ribu rupiah. Sebotol Aqua 600ml 5ribu
rupiah. Selepas minum kopi justru perut saya mendadak mules pengen puff. Damn.
Saya buru-buru menuju ke tiang bendera dimana Dita menunggu. Saya bilang saya
pengen ke toilet. Saya titip tas saya. Dan setengah berlari mencari toilet.
Bertanya ke pengunjung dan mereka bilang dibelakang gedung ada toilet. Saya
bergegas ke sana dan suasana belakang gedung becek dan agak kotor. Saya pun
buru-buru menuju toilet dan memang kondisi toilet cewe kosong. Saya pilih
toilet yg banyak air di embernya dan segera melaksanakan hajat saya. Damn. Saya
dengar ada yg mengedor pintu dan bertanya ada orang tidak, saya bilang ada. Dan
saya terus saja menuntaskan tugas saya, sampai perut saya kosong. Dan Dita
telpon tanya saya di mana. Saya bilang di toilet. Dia bilang dia mau beli
tiket. Saya bilang ok, silakan beli tiket dan balik lagi ke tempat tiang
bendera dan kita ketemu di sana kata saya. Dia bilang ok.
Selesai dari toilet saya lihat bapak penjaga toilet ada di
pintu jaga. Ohhhh memang tidak ada yg gratis ya. Saya lihat dia tidak sholat
Ied kali yeee, masih sempat menunggu saya puff demi uang 2ribu rupiah. Terima
kasih pak. Saya bebas dari mules sekarang. Thanks.
Saya balik ke bawah tiang bendera dan Dita sudah di sana
menunggu dan sang EO datang dengan 2 tiket di tangannya. Kami pun bergegas
menuju kapal kami di KM Garuda. Sebelum masuk kami beli tiket peron dulu 2ribu
rupiah dan kemudian menuju kapal kami.
Tolong dicatat ya, berhubung kapal ini parkir berdempet-dempetan, maka kami saat
mau naik ke kapal KM Garuda ini, harus naik tangga dulu dari kapal yg pertama
dan kemudian menyeberang ke kapal kami dengan melompati kapal-kapal lainnya yg
sedang berjajar. Luar biasa banget. Untung saya tidak membayangkan bahwa kami
akan naik kapal besar cruise kayak di film-film Titanic gitu hahaha. Gila modal
Cuma 400ribu berharap naik Cruise? Helloooo…hahaha…Mimpi kali ye… Aa sudahlah.
Yg penting liburan deh.
Saat mau naik ke kapal ternyata di bagian dek atas sudah penuh dengan penumpang yg sudah membuat
kavling untuk grup masing-masing. Beserta alas duduk pelampung orange. Petugas
meminta kami untuk pilih dibawah ada kursi katanya. Akhirnya kami pilih di
bawah dan saya bisa merecharge handphone saya. Di bawah ada saklar dan concent
untuk recharge battery HP. Meskipun suasana dibawah ini agak pengap dan ada
kipas angin manual yg berputar-putar dengan suara yg lumayan berisik. Dan
jendela kaca yg membuat cahaya bisa masuk ke ruang bagian bawah ini. Karena
bangku banyak yg kosong dan penumpang bisa tiduran di kursi panjang. Saya dan
Dita duduk berjejer di dekat jendela.
Sambil melamun membayangkan seperti apa suasana di Pulau Harapan. Saya
tidak ingin membayangkan bahwa liburan ini bergaya luxury mirip kayak artis
lagi liburan di Maldives hahaha. Ini liburan murah meriah dengan modal Cuma
400ribu, maka wajarlah kalau kami naik kapal kayu tradisional dan bunyi kapal
yg berderik-derik kalau dihempas ombak serasa mau patah dan terbelah dua
hahaha.
Saya pikir kapal akan berangkat pukul 7 pagi ternyata kapal
baru jalan pukul 8 pagi. Hadeh kita sudah terburu-buru takut ketinggalan kapal
ternyata masih lama baru jalan. Prettsss…Perjalanan dari Kali Adem sampai Pulau
Harapan ternyata sangat lama hampir 3.5 jam. Saya tak tahu harus melakukan apa
selama di kapal. Saya pilih chatting di WA
tapi itu pun tak lama karena mendadak sinyal sudah putus sendiri dan
battery HP pun habis. Saya charge HP saya dan memilih tiduran di kursi belakang
karena Dita pun sudah mulai dilanda mabuk laut. Ditambah lagi dia lupa minum antimo
obat anti mabuk laut udara dan darat. Saya pun tak tahu kalau dia bisa mabuk
laut. Setelah berlayar 1.5 jam perut
saya pun mendadak mual pengen muntah tapi saya pilih tidur agar perut saya
tidak mual dan muntah. Mungkin karena kapal memang terombang ambing dihempaskan
ombat yg cukup keras. Kapal terus berayun-ayun kayak lagi main kapal kora-kora
di Dunia Fantasi hahaha…. Motor di kapal memang sangat berisik dan ditambah
dengan ombak yg terus menerus menerpa kapal. Saya coba berbincang dengan
petugas kapal tentang seputar Kep. Seribu. Saya tanya pulau mana yg terbaik dan
terindah? Saya tanya apakah Pulau Pari? Katanya paling bagus Pulau
Pelangi,karena 1 malam harganya 4.5 juta dan di sana banyak artis yg menginap
katanya. Kemaren juga keluarga Raffi Ahmad sedang berlibur di PUlau Pelangi
katanya.Ohhh gumam saya. Saya pernah dengar Pulau Putri juga bagus kata saya.
Iyah katanya. Ada juga Pulau Tidung dan Pulau H. Banyak yg bagus tapi itu semua
kayak RESORT katanya. Ada pengelolanya. Bukan milik penduduk. Sedangkan Pulau Harapan ini sudah banyak penduduknya
katanya dan kalau snorkeling juga banyak pulau-pulau kecil yg lainnya dekat
dari Pulau Harapan katanya seperti Pulau Bulat, Pulau Macan Gundul, Pulau
Dolphine, Pulau Genteng Besar dll. Jadi bisa bebas memilih katanya. Ohhh bener
juga pikir saya.
Saat kapal melaju saya lihat petugas duduk di dek dekat
anjungan dan sembari terus mengepulkan asap rokoknya memandang lurus ke depan
dan menunjuk pulau-pulau kecil yg ada di sana. Saya lihat laut luas biru tapi
agak kotor karena ada botol Aqua yg terapung di sana. Saya lihat petugas pun
dengan tenang membuang puntung rokoknya ke laut persis gaya orang Indonesia di
darat juga kalau selepas merokok di mobilnya dan saat puntung rokok akan
dibuang dari jendela mobil. Karena mereka pikir seluruh jalanan adalah tong
sampah dan mereka boleh buang sampah sembarangan. Tipikal sebagian besar orang
Indonesia yg suka buang sampah sembarangan tanpa peduli akan akibat kebiasaan
buruk mereka ini maka alam menjadi rusak dan sebagai akibatnya alam berontak
diperlakukan semena-mena dan dieksploitasi sedemikian luar biasa dan hancur
lebur, dan akibatnya adalah banjir di mana-mana, laut kotor dan biota laut
rusak. Sebagian melakukan ini dengan sadar dan tahu akibatnya tapi malas berbuat
baik dan benar. Sebagian melakukan ini karena gagal paham bahwa alam adalah
satu-satunya sahabat yg harus dijaga dan dirawat sebagai bumi satu tempat kita
hidup dan berpijak. Hadehhh entahlah. Ada rasa kecewa tapi tak akan merubah
situasi yg ada. Saya pilih balik ke kursi saya dan pilih tidurlah.
Akhirnya kira-kira pukul 11 siang akhirnya kami tiba juga di
Pulau Harapan. Udara pantai yg menyengat segera membakar kulit. Saya melihat
lautnya yg berwarna biru tua, biru muda dan warna shappire. Wow dari atas kapal
kayu ini ditengah cahaya matahari yg garang membakar kulit tapi hamparan laut
biru yg indah segera membasuh dan membuat mata jadi adem dan manjaaaa kata
Syahrini hahaha….Indah banget dan membuat kamu lupa betapa panasnya udara saat
itu hahaha… Finally we are arrived in Hoping Island hahaha…
Kami pun turun dari kapal dan menelpon EO yg akan menyambut
kami. Sambil duduk di tempat teduh Dita
mencoba menelpon sang EO. Dan kayaknya Dita pun sedang habis kuota internetnya
dan tak bisa WA. Saya minta dia telpon atau sms-an saja. Karena Handphone saya
sedang habis batterynya. Dan sang EO membalas dengan menginfo ke Dita agar kami
menuju Gapura yg bertuliskan Selamat Datang di Pulau Harapan. Di sisi kiri
kanan jalan banyak pedagang makananseperti penjual batagor ikan dan gorengan
seperti ikan cumi dan kepiting dan diberi saos pedas. Kayaknya enak dan crispy.
Saya beli 5 tusuk dgn harga 10ribu rupiah. Kami kemudian berjalan menuju gapura
dan bertemu dengan sang EO dan peserta lainnya. Kami kemudian diajak menyusuri
rumah penduduk dan berjalan kaki menuju penginapan kami. Kami dibawa ke se buah
rumah kosong yg memang digunakan untuk tempat menginap para pengunjung ke
P.Harapan. Satu rmah ini ada isi 3 kamar. Dan kami diminta bebas memilih kamar
yg mana saja dan saya dan Dita memilih kamar paling belakang. Ada satu buah
Kasur besar dan 2 bantal. Dan kamarnya lumayan luas dan ada ACnya satu buah
dibagi dua dipakai untuk 2 kamar. Yupe not so bad. Setidaknya kami berdua dalam
satu kamar. Kayaknya yg lainnya berkelompok dan mereka memilih sekamar dengan
teman2nya. Tapi sayangnya kamar dan Kasur kurang juga sehingga mereka diberikan
Kasur tambahan dan tidur di ruang tamu. Semoga mereka tidak digigit nyamuk ya.
Karena Lelah dan mabuk laut maka kami mencoba istirahat sejenak.
Dan kami sudah diberikan menu makan siang ayam goreng dan sayur asem serta
krupuk. Makan ala kadarnya sajalah. Karena sudah lapar maka saya dan Dita
segera makan siang dan membawa makanan kami ke kamar dan makan siang di kamar
kami. Lumayan untuk mengganjal perut yg sudah lapar. Katanya pukul satu siang
kami akan snorkling di Pulau Genteng Besar katanya. Ohhhh I am so excited.
Kami buru-buru menghabiskan makan siang kami dan mulai
menyusun barang bawaan yg akan kami bawa saat snorkeling. Setelah berkemas-kemas kami pilih istirahat
sembari memilih adem di kamar yg pakai AC sembari menunggu dipanggil sang EO
kami. Saya dengar group yg lainnya sedang sibuk dengan dandanannya. Ada juga yg
mau snorkeling tapi dia masih sibuk mencatok rambutnya. Saya bingung tapi nga
terlalu ikut pusing memikirkannya. Yg komentar justru Dita, katanya lo kog
dicatok rambutnya katanya. Khan nanti snorkling basah juga katanya. Iyah sih
kata saya. Tapi EGP-lah pikir saya. Rambut ya rambutnya dia, terserahlah mau
dicatok keg mau dikeriting keg emang gue pikirin hahaha.
Mungkin sebelum snorkeling
apakah dia mau selfie dulu jadi dia perlu terlihat cantik juga khan
pikir saya hehehe.
Mereka sudah siap sedia mau selfie dan juga snorkeling.
Buktinya mereka berdandan cantik dulu dan pakai baju kaos dan celana pendek dan
ada juga yg pakai swim-suit juga. Pokoknya mantap punya deh.
Pukul satu siang EO kami datang dan memberikan pengarahan
bahwa kami akan menuju 2 buah pulau kecil untuk snorkeling katanya. Kami
diminta mematuhi jadwal yg sudah ditentukan dan kalau ada ombak diminta tenang
dan tidak histeris hahaha. Dan bawa barang seperlunya saja katanya. Sebelum
menuju pelabuhan kami diminta doa bareng dulu sesuai agama masing-masing
hahaha. Oh EOnya lumayan religious juga ya hehehe. Top. Dia perkenalkan nama
aliasnya Bryan hahaha. Itu bukan nama sebenarnya. Cuma nama keren saja.
Setelah berdoa kami berjalan kaki menuju pelabuhan kembali.
Panas terik banget tetapi tak menghalangi para pengunjung pulau untuk
snorkeling. Saya lihat semua sudah siap sedia mau snorkeling tetapi saya
bingung ketika kami diarahkan menuju perahu kayu kecil. Dan saya tanya si Bryan
bagaimana kami mau tukar baju kalau mau snorkeling tanya saya, katanya harus
sudah siap pakai baju untuk snorkeling. Apa kata saya kaget. Tidak ada ruang
ganti pakaian lagi. Saya akhirnya minta waktu mau ke toilet dulu ganti baju.
Saya bilang ke Dita kita harus ganti baju dulu. Maka kami buru-buru cari toilet
lagi tetapi jauh banget maka saya pilih balik ke gapura dan ada kantor kepala
desa di sana dan saya pergi ke bagian belakang gedung tersebut dan buru-buru
ganti baju dan pakai swim suit di sana dan kemudian dilapis dua pakai baju gaun
terusan lagi diluarnya. Opps tambah panas deh. Pakai baju 2 lapis. Setelah itu
kami balik ke perahu lagi. Karena semua belum berkumpul maka kami duduk di
bawah ruang tunggu yg ada di sana. Sambil saya dan Dita mengoleskan SunBlock
Banana SPF 110 ke seluruh kaki dan tangan kami sebanyak-banyaknya karena
khawatir terbakar hehehe.
Setelah semua kumpul kami diminta naik ke perahu. Naiknya
pun pakai meloncat segala karena perahu diparkir agak jauh. Luar biasa banget.
Kami kayak anak pulau saja dilatih beradaptasi dengan kebiasaan orang pulau
hehehe. Saya pikir apakah tidak bahaya naik perahu begini ke tengah laut. Tapi
wajah para peserta semuanya santai saja tak ada yg khawatir dengan kondisi
perahu kayu ini. Memang benar kami semua kayaknya tipikal orang Indonesia yg
tidak takut mati tenggelam karena kami memang turunan bangsa pelaut yg punya
banyak nyawa cadangannya hahaha.
Bahkan saking hebatnya, kami semuanya bawa tas yg berisi
penuh dengan gadget yg mahal-mahal banget karena setiap orang saya lihat bawa 2
buah handphone canggih dan dengan kamera yg anti basah dan juga kamera yg bisa
selfie segala dengan pakai tongsis. Hebat. Meskipun naik perahu kayu kecil kami
bisa nekat membawa gadget canggih hehehe.
Setelah semua naik ke perahu kini kami melaju menuju Pulau
Genteng Besar. Perahu kami cukup berisik dan terguncang-guncang diterpa ombak.
Perahu kami sepanjang jalan berayun-ayun dipukul ombak. Setiap kali diayun oleh
ombak kami berteriak tapi bukan takut tapi malah gembira. Seperti anak kecil yg
tidak kenal rasa takut karena tidak mengerti bahaya yg di depan mata. Begitulah
suasana yg kami rasakan di atas perahu kayu tradisional ini. Setiap datang
ombak kami berteriak wow wow sembari tempias air yg memukul perahu mengenai
tangan dan muka kami dan rasa asinnya air lautpun terasa dibibir yg basah
terkena tempias air laut. Sesekali muncul pikiran seram dibenak saya dan
membayangkan ombak akan menghempaskan perahu ini dan patah dan terbelah dua
menghempaskan kami ke laut lepas. Sementara laut luas yg indah ini berubah
menjadi menakutkan di benak saya. Bayangan konyol ini membuat bulu roma saya
berdiri. Saya berusaha menepis pikiran buruk ini dari pikiran saya. Saya
buru-buru memakai pelampung orange ke tubuh saya dan berusaha menghilangkan
pikiran buruk tersebut dengan ikutan tertawa-tawa melihat deburan ombak yg
terus menerus menguncang perahu kami. Dan saya ikutan mengambil video saat
kapal terus berguncang hehehe. Saya lupa dengan pikiran buruk di benak saya
karena yg lainnya semuanya bergembira.
Akhirnya kami tiba juga di Pulau Genteng Besar, sebelum kami
tiba ternyata sudah banyak perahu lainnya yg sudah parkir di sana sambal
menyaksikan pengunjung lainnya sedang snorkeling juga. Saya lihat beberapa ikan
Dori yg berenang ke sana ke mari. Dan beberapa penumpang di perahu kami sudah
terjun ke laut berenang. Dan sebagian lagi masih sibuk dapat penjelasan dari EO
kami si Bryan mengenai peggunaan sepatu katak, baju pelampung dan juga alat
pernafasan yg dipinjamkan ke kami. Terlihat peralatan ini kurang terawatt
karena tidak disimpan dengan rapi oleh pemiliknya. Masing-masing mencoba
memilih alat-alat tersebut, ada yg masih kotor dan ada yg kebesaran dan ada yg
sudah rusak juga. Jadi tidak bener-bener berfungsi dengan baik. Saya coba
memilih seadanya. Tapi kog ada rasa gamang pengen terjun ke laut. Saya sudah
lama tidak berenang dan kurang latihan fisik juga. Jadi ragu2 mau terjun ke
laut. Lama saya duduk mencoba alat-alat tersebut sambal belajar memakai dengan
benar bersama Dita. Meskipun ragu, akhirnya saya turun juga ke laut via tangga
yg tersedia.
Saya mencoba menyelam sambal sesekali memegang tangga sambal
melihat ikan-ikan Dori kuning berenang ke sana ke mari. Sayangnya ikan-ikan
tersebut lari menjauh saat di datangi orang lain…Kalau yg berenang sudah
menjauh dan sepi baru ikan-ikan tersebut mulai datang berkumpul dan berenang
riang gembira ke sana ke mari. Ikan-ikan itu pun sadar akan bahaya kejahiran
manusia hehehe.
Tidak seperti yg saya bayangkan sebelumnya, spot-spot
snorkeling di Pulau Genteng Besar ini tidak terlalu indah dan ikan-ikannya pun
tidak terlalu banyak dan air lautnya pun tidak begitu jernih. Saya mencoba
berenang di sisi kanan perahu yg tanpa ada tangganya saat saya terjun saya
merasa kaget dan gamang sehingga saya agak panik dan mendadak minta tolong si
bapak petugas menarik saya dan dia malah bilang berenang dan memutas ke sisi
perahu yg ada tangganya, saya yg jarang berenang di laut jadi panik tapi
berusaha tidak panik dan berenang menuju tali penambat perahu dan berpegang
pada tali perahu tersebut hampir 5 menit dan kemudia berenang sebisa mungkin
menuju tangga dan setelah sampai tangga saya naik ke atas perahu dan duduk
menarik nafas dan mengusap bibir saya yg terasa asin sekali dan tubuh lengket
karena air laut yg asin banget.
Saya lihat Dita pun sedang berenang di sisi dekat tangga.
Tapi karena spot snorkeling ini tidak terlalu indah saya tidak begitu antusias
untuk turun lagi. Jadi saya mencoba istirahat melihat-lihat pengunjung yg
lainnya berenang ke sana ke mari sembari selfie dan wifie. Mereka terlihat
gembira sekali. Tapi bukan Cuma saya saja yg sedang asyik istirahat di atas
perahu tapi ada dua orang cewe lainnya yg sedang duduk tenang sambal menatap
teman-temannya yg cowo berenang dan menyelam dgn semangat hahaha.
Saya pikir setelah pulau Genteng Besar ini selesai kami akan
pulang ternyata kami masih menuju Pulau Macan Gundul. Di sana pun kami
snorkeling juga. Tapi suasana dan spotnya sama saja. Tidak ada yg istimewa dan
jenis ikannya pun sama saja. Ini karena
cuacanya yg kurang bersahabat atau memang suasana lautnya memang seperti ini?
Entahlah. Saya tetap turun ke laut dan berenang dan menyelam juga melihat
ikan-ikan Dori tapi tidak lama juga karena spotnya sama saja jadi gampang
bosan.
Selepas pulau Macan Gundul saya pikir kami pulang ke Pulau
Harapan ternyata kami singgah di Pulau Dolphine. Saya tanya ke guide kami, buat
apa kita ke pulau ini? Katanya istirahat dan photo-photo di Pulau Dolphine.
Ohhhh saya bergumam. Entah kenapa saya tidak begitu antusias. Dan perahu kami
tiba di Pulau Dolphine dan saya lihat orang-orang lumayan ramai di sana sedang
selfie dan photo-photo di laut dan ada juga yg berayun-ayun di sebuah ayunan di
bawah pohon yg tak jauh dari pantai.
Kami turun dari perahu sembari berlari-lari di pantai dan
sibuk selfie dan wefie. Ternyata spot untuk hunting photo bagus juga di Pulau
Dolphine ini. Seketika saya bersemangat ingin berselfie ria dengan Dita. Dita
berlari-lari dan sibuk photo di sebuah ayunan kain yg berwarna pink dan selfie
menggunakan timer di HPnya. Saya pun mengajak Dita merekam video yg menghadap
pantai. Pantainya terlihat indah dan warna laut pun terlihat indah karena
matahari sedang bersinar penuh dan membuat warna laut ini terlihat 3 warna
dengan warna biru muda, biru tua dan warna shapphire kehijauan. Cantik sekali.
Kami menjadi semangat berphoto-photo di sana sampai lupa untuk beli kelapa muda
dan juga lupa beli makanan ringan hahaha. Tapi kami berdua puas berphoto-photo
di Pulau Dolphine ini. Syukurlah Pulau Dolphine ini memberikan kenangan indah
buat saya dan Dita. Sudah lama saya rindu melihat pantai yg indah seperti di
Tanah Tinggi Beach di Pulau Belitung Timur hahaha. Meskipun gagal ke Pulau
Bulat untuk melihat sunset karena factor cuaca yg kurang bersahabat tapi saya
puas dengan suasana di Pulau Dolphine hehehe.
Setelah Pulau Dolphine kami akhirnya bergegas pulang ke
Pulau Harapan. Sebelum pulang saya beli
Indomie rebus satu cup dan makan bareng
di atas perahu dengan Dita. Karena tubuh kami masih basah dan angin laut yg
berhembus kencang banget membuat tubuh kami kedinginan. Saya coba pakai
pelampung untuk mengurangi rasa dingin. Saya lihat Dita masih sibuk
melihat-lihat hasil photonya di HP tapi karena tempias air laut yg terus
menerpa akhirnya HP di simpan di tas kami dan diletakkan di sebuah jaring2 di
atap perahu agar baranng2 kami aman dari air laut. Wow para nelayan dan pemilik
perahu ini sudah memikirkan sedemikian rupa bagaimana menyelamatkan barang2
mereka saat berada di laut dan ombak terus menerus mengguncang perahu mereka.
Maka cara aman adalah meletakkan barang2 di jaring2 tersebut. Good job.
Karena badan merasa kedinginan maka perjalanan pulang ini
terasa jauh banget. Dan beberapa perahu lainnya terlihat menyalib perahu kami
yg terlihat berlayar sangat cepat dan petugasnya terlihat melambaikan tangan ke
arah kami meledek supaya kami bergerak lebih cepat lagi hahaha. Kami
tertawa-tawa melihat petugas tersebut menggoda si bapak tua pemilik perahu ini
hahaha.
Saya bilang sama Dita, nanti kita buru-buru langsung ke
penginapan ya. Dan langsung masuk kamar mandi ya. Kita mandi duluan biar tidak
kedinginan kata saya. Kita langsung mandi. Itu janji kita berdua. Turun dari
perahu Dita saya lihat berjalan cepat di depan saya. Saya tertinggal jauh. Tapi
karena tergoda batagor ikan di pinggir pantai tsb, maka saya beli 5 tusuk 3
tusuk cumi dan 2 tusuk kepiting goreng. Saya kasih saos asam pedas dan sembari
jalan saya makan batagor saya.
Saya agak lupa
sebenarnya posisi penginapan kami. Saya ingat2 lupa saja. Saya mencoba berjalan
dan mengingat2 letaknya. Sembari melihat kalau masih ada yg saya kenal satu
grup dengan kami. Tapi sayangnya tidak ada. Ahh sudahlah. Saya tetap berjalan
mengikuti rute kami tadi pagi. Dan akhirnya saya ketemu juga rumah tersebut dan
saya lihat Dita sudah menunggu di depan rumah tadi. Ternyata menunggu juga sampai tiba si pembawa kunci
rumah tsb.
Akhirnya si mba yg baik hati pembawa kunci ini pun tiba. Dia
bilang kunci rumah di bawa kelompok pria dan dia harus cari dulu orangnya. Saya
bersyukur si mba baik hati ini sudah menolong kami dari menunggu lama. Ketika
pintu rumah penginapan dibuka kami langsung masuk kamar mandi dan segera mandi
byar byar karena air masih banyak di ember dan bak mandi. Kami langsung
bershampoo ria berulang2 karena rambut saya lengket dan badan pun digosok
berulang2 karena badan terasa lengket banget. Setelah mandi puas banget. Kami
segera masuk kamar dan mengeringkan rambut. Badan terasa segar dan lega. Dan
makan malam pun sudah tersedia. Saya kaget lihat ikan bakar besar banget dan
baunya menyengat di hidung saya. Saya kurang suka makan ikan apalagi di bakar,
jadi saya pilih makan nasi dan mie goreng saja serta telur. Setelah itu
istirahat.
Setelah makan malam, kami pilih tidur. Tak berapa lama saya
dengar si mba baik hati itu mengetuk kamar saya dan tanya apakah kami akan
bergabung makan ikan bakar di pantai katanya. Saya pikir sudah malam dan tadi
sedikit gerimis di luar dan Dita pun
sudah tidur lelap, jadi saya putuskan tidak bergabung dan pilih tidur saja.
Badan saya pun terasa pegal-pegal. Mungkin tidur cepat akan menolong saya dari
rasa Lelah. Dan saya pun pilih tidur lelap. Itulah kisah kami berdua dengan
Dita di 25 Juni 2017 dari Pulau Harapan Kep. Seribu, DKI Jakarta Indonesia
hehehe.