Saturday, June 16, 2012

Travelling to Perth - Western Australia (Day 1)

23 May 2012, pukul 5:25 pagi waktu setempat, pesawat D7236 mendarat dengan selamat di Perth International Airport. Mata masih sayu dan mengantuk banget tapi harus siap-siap untuk turun dari pesawat. Rasanya nyawa saya belum berkumpul, tapi penumpang kiri-kanan saya sudah mulai mengambil tas dari bagasi di atas kursi masing-masing. Meskipun pesawat sudah mendarat dengan mulus, pintu pesawat sudah dibuka dan penumpang sudah dipersilakan turun, tapi penumpang tetap bergerak tenang,tidak grasak-grusuk kayak dikejar setoran. Tidak terlihat penumpang yg langsung sibuk menyalakan handphone kayak ketakutan kehilangan bisnis multi-milyaran hehehe. Semua terlihat tenang dan terkesan santai sekali. Wuihhhh bagus banget yah. Jarang-jarang saya lihat situasi begini di negeri saya, negeri antah-berantah hahaha.


Keluar dari pesawat, rasanya tubuh saya seperti disergap udara yg sangat dingin. Memang sebelum datang ke Perth, saya sudah dapat  info dari salah satu staff  Governor Robinsons Hostel yaitu Ms. Deanna bilang, suhu udara saat ini di Perth berubah ekstrim. Siang hari suhu udara  20-22 derajat dengan kondisi matahari bersinar penuh. Malam hari sampai pukul 9 pagi, suhu udara berkisar 7-9 derajat saja. Berdasarkan informasi ini, saya sudah mempersiapkan satu set pakaian long john yg berwarna hitam. Sebelum mendarat di Perth International Airport, di dalam kamar toilet pesawat, saya sudah memakai long john kemudian dilapisi oleh celana jeans,jaket hangat,sarung tangan dan topi kupluk. Tapi udara masih terasa dingin di tubuh saya. Mungkin alat pendingin di ruangan Perth International Airport ini, dikendalikan secara sentral, jadi suhu udara di seluruh ruangan sama dinginnya.

Saya berjalan berbarengan bersama penumpang yg lain menuju ruangan imigrasi. Tapi udara dingin membuat saya jadi sesak pipis. Saya pun terburu-buru berlari ke toilet. Yeah bukan hanya pipis doang, malah sakit perut dan akhirnya ngendon lama puff di toilet hahaha. Untung pengen puff saat masih berada di dalam gedung, gimana kalau udah berada di luar gedung, bisa berabe deh. Kebayang sepanjang jalan menahan sakit perut hehehe. Ternyata selalu ada yg patut disyukuri ya, meskipun udara sudah begitu dingin hehehe. Usai pipis dan puff, saya keluar toilet, para penumpang yg melintasi toilet sudah tidak ada. Saat saya berjalan mau menuju loket imigrasi, saya sedikit bingung, mana jalannya yah? Saya mentok ketemu duty free. Daripada malu bertanya sesat di jalan, saya mencoba bertanya ke petugas yg sedang melayani tamu di duty free, mana jalan menuju custom imigrasi. Dengan senyum ramah dia menjelaskan, belok ke kiri dan turun melalui escalator, nanti bisa lihat lokasi baggage claim dan di dekatnya sudah penuh  antrian imigrasi. Saya pun tersenyum,sambil mengucapkan terima kasih. Benar juga, saat saya turun sudah penuh dengan antrian di setiap loket. Ohlala panjang benar dan mengular. Taelah ternyata pagi-pagi begini, banyak pesawat yg landing ya di sini. Ampun dah!

Saya datang tanpa bagasi alias hanya bawa satu buah ransel yg isinya tak lebih dari 5 kg saja hahaha..itu ransel doang lo. Tapi saya bawa tas tangan yg isinya hampir 3 kg hehehe. 2 digicam, 3 buah HP, Samsung tablet dan 2 Nokia,segala pernak-pernik yg saya perlukan ada di sana, passport, dompet berisi uang, 4 buah charger ckckck …makanya beratnya sampai 3 kg. Untung, nga kurang kerjaan bawa laptop bisa gempor deh. Travelling kali ini memang saya putuskan semua isi tas saya hanya benda yg saya perlukan saja. 1 set baju long john warna hitam, 1 buah kemeja lengan pendek warna biru, 1 buah kaos lengan pendek bentuk baby doll warna hijau alpukat, 2 buah sweater high neck warna coklat dan merah, 1 buah  topi kupluk, 1 set sarung tangan coklat,  1 buah scarf warna ungu muda, satu buah jaket hangat warna merah,selebihnya underwear saja. Jadi saya bawa yg serba ringan saja. Yg namanya laptop dan tripod sudah saya putuskan ditinggal saja. Saya tak mau berat dan repot. Makanya saya bisa lenggang kangkung tak perlu klaim bagasi dan juga nothing to declare. Tadinya niat hati mau bawa kopi kapal api tapi saya tak mau repot juga,kudu lapor ini-itu. Jadi saya bisa bawa ransel saya ke bagasi pesawat. Peraturan terbaru saat ini, maksimun berat tas dan isinya yg bisa dibawa ke dalam pesawat hanya 7 kg, dan benda liquid/cairan maksimun 100ml saja. Jadi memang lebih bijak  beli  make up,alat mandi dan perfume yg travel size saja.

Sebelum memasuki antrian di loket imigrasi, seorang petugas wanita menghadang jalan saya sambil menanyakan apakah ada yg harus saya ‘declare’ ? Saya bilang tidak ada. Lalu dia mempersilakan saya dengan sopan memasuki antrian loket imigrasi. Suasana pagi itu begitu mengesankan buat saya, para petugas yg berkulit putih itu begitu baik, ramah dan sopan, tak terlihat suasana tegang seperti berada di negeri jiran yg kayaknya semua orang yg masuk negaranya mirip teroris. Saya tak merasakan sama sekali aura seperti itu. Di sini para petugas imigrasinya ramah dan mengecek data passport saya sangat cepat dan dengan aura wajah bersahabat dan tersenyum dengan hati. Saya sangat terkejut sekali. Selama ini beberapa rumor yg beredar di internet yg sudah saya baca menuliskan bahwa orang Indonesia kurang bisa diterima di negeri ini. Tulisan itu membuat saya sedikit khawatir dan rada parno tapi fakta yg kini saya lihat dengan mata kepala saya sendiri sangat berbeda, semua berbanding terbalik 180°C, mereka sangat sopan dan ramah sekali. Benar kata pepatah, tak kenal maka tak sayang.

Selesai dari imigrasi saya keluar menuju lobbi. Saya berdiri mengamati seluruh aktivitas orang-orang yg ada di lobbi, mengamati orang-orang yg sedang sibuk mencari kendaraan menuju Perth. Saya sendiri hanya bengong, nga tahu mau ngapain. Saya tak punya informasi yg jelas bagaimana menuju hostel saya di Ocean Beach Backpackers di Town of Cottesloe. Karena saat saya akan mengajukan visa, saya hanya mem-browsing hostel di internet via hostelworld.com dan cari hostel yg paling tinggi ratingnya,  harganya sudah tak jadi masalah buat saya, saya hanya butuh booking room 1 malam saja untuk memenuhi persyaratan di aplikasi visa saya. Karena saat mengisi aplikasi visa saya, saya wajib menuliskan alamat tinggal saya selama di Perth. Sayangnya, 2 hostel  yg saya booking via hostelworld.com, dua-duanya tidak menjelaskan bagaimana menuju dan menemukan hostel tsb. Betul memang, mereka mencantumkan alamatnya dengan jelas tapi tidak dituliskan cara menuju ke sana. Aneh juga sih. Baru kali ini saya booking room via hostelworld.com tapi tidak ada penjelasan cara menuju hostel tsb. Tapi saat itu saya abaikan saja, karena saya butuh booking room segera. Nah kini saya bengong, mau bagaimana nie? Sayangnya saya nga berani keluar ruangan juga sih, kebayang dinginnya di luar. Saya hanya mencoba berjalan pelan mengitari lobbi dan berkutat memilih berbagai buku dan brosur wisata tentang  Perth yg dipajang di sebuah rak di salah satu sudut ruangan lobbi Perth International Perth. Saya baca satu persatu brosurnya, sembari berpikir naik apa nie menuju hostel. Hmmm sempat terpikir sekilas juga di benak saya, kalau ada teman asyik kali yah…Asyik ada teman yg bisa diajak buat bingung juga maksudya hahaha…

Setelah bosan baca brosur, secara tak sengaja saya membaca di sebuah dinding yg mengiklankan beberapa hotel dan hostel yg  direkomendasikan. Dan lengkap dengan cara menghubunginya secara gratis. Ada telpon di sana yg tersedia secara gratis.Tinggal pilih hotel atau hostelnya dan ada 2 angka kode khusus untuk menghubungi hostel tersebut. Gila praktis banget. Beruntung, ternyata hostel saya Ocean Beach Backpackers ada di iklan tsb. Saya merasa mendapat jalan keluar untuk masalah saya hahaha.

Saya memperhatikan seorang bule yg sedang menelpon salah satu hotel yg ada di iklan tersebut. Dia menanyakan masih ada kamar atau tidak? Kalau ada, dia minta layanan jemputan dari Perth International Airport. Wow praktis sekali yah. Tapi saya pikir, saya tak akan minta layanan seperti itu, saya hanya ingin tahu bagaimana cara ke Cottesloe Beach. Sesuai petunjuk yg ada, saya angkat telpon dan menekan angka 39, segera tersambung dengan OBB. Saya tanya bagaimana menuju OBB? Si petugas balik tanya, posisi saya saat ini dimana? Saya jawab di Perth International Airport. Dia lalu menyarankan saya naik bus yg biasa mentransfer penumpang dari international ke domestic, lalu dari domestic saya disarankan naik bus yg menuju Perth Town. Dari Perth Town, saya disarankan naik bus No. 102 yg menuju Town of Cottesloe. Hmm lumayan berliku-liku juga ya. Tapi sudah saya putuskan saya ingin mengenal dan menikmati transportasi mereka yg katanya superpraktis dan supernyaman. Saya berjanji dalam hati saya, akan menikmati semua proses ini, secara hari masih pagi banget. Bagus deh. Saya pun tak niat terburu-buru. Saya masih merasakan gairah memasuki semua yg serbabaru dan penuh kejutan di negara yg katanya supernyaman ini. Selain negara NZ, katanya Perth adalah kota berikutnya yg sangat nyaman untuk dihuni siapa saja. Hmmm saya harus membuktikan pendapat mereka ini. Semoga bukan sekedar iklan kosong yah…hehehe…

Sebelum keluar ruangan, saya bertanya ke salah satu petugas bandara, dimana letak halte untuk bus transfer ke domestic? Dua petugas tersebut serempak bilang di dekat pintu keluar sebelah kiri. Katanya silakan keluar ruangan  saja, di sana ada papan petunjuk yg jelas. Saya tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Yg namanya baru pertama kali ya, saya kog lebih rajin bertanya daripada putar-putar mencari sendiri hehehe. Saya ke luar ruangan, uppsss langsung dihajar udara dingin yg masih berkabut. Hmmm secara otomatis otak saya langsung kebayang kopi panas, wuihhh nikmatnya kalau ada kopi panas yah hahaha. Kini otak saya mulai paham, kenapa orang yg tinggal di daerah yg sangat dingin, senang minum kopi yah. Memang pasti nikmat ya, dingin-dingin begini menghirup dan menyesapkan kopi di lidah, pasti supernikmat hahaha

Diluar ruangan sebelah kiri, saya melihat ada 2 bus yg sedang parkir. Satu rada kecil kayak mobil ¾ di Indonesia. Satu lagi bus besar kayak Damri. Dua-duanya warna rada orange, bertuliskan CONNECT – Perth Airport Shuttle atau Perth Connect Airport. Saya lihat beberapa orang sedang antri di depan shuttle bus yg kecil. Saya pun ikutan antri. Supirnya lalu berteriak bilang begini : Perth Town, please stand on the right, transfer to domestic, please stand on  the left. Oh saya khan menuju domestic, maka saya antri di sebelah kiri. Yg antri di sebelah kiri hanya 4 orang saja, sang supir lalu bilang, yg transfer ke domestic, silakan naik shuttle bus yg diujung sana, maksudnya shuttle bus yg besar tadi. Tapi bus kecil ini khan ke Perth Town yah? Apa saya naik bus kecil ini saja yah. Lalu saya tanya sang supir itu berapa ongkosnya ke Perth Town? Katanya 15AUD sampai tujuan. Hmm mahal juga yah. Akhirnya saya pilih naik shuttle bus yg transfer ke domestic sajalah. Sekalian saya pengen tahu dimana tuch Domestic Airport. Saya berjalan menuju shuttle bus yg besar, dan duduk dibangku deretan ke-3. Saya lihat 3 orang pria dari Malaysia juga ikutan naik ke bus besar ini. Saya tahu mereka dari Malaysia dari cara mereka berbicara memang dialeknya kental dengan Melayu-Malaysia. Tapi saya sedang tidak ingin kenalan sama sekali. Saya pilih diam membisu saja. Sambil sibuk memotret beberapa obyek yg layak dipotret di sekitar bandara ini. Saya menilai bahwa Perth International Airport ini tidak cukup besar untuk menampung penumpang yg begitu banyak. Meskipun pelayanannya sangat rapi dan efisien tapi saya pikir perlu diperbesar kali ya. Dan bangunannya juga sangat minimalis banget. Bus ini kelihatannya belum juga niat berangkat, karena saya lihat supirnya menunggu bus kecil tadi selesai mengatur penumpangnya. Karena sebelum naik ke bus kecil tsb, para penumpang sudah wajib bayar, dan koper mereka disimpan di bagasi belakang bus tsb. Setelah bus kecil tadi selesai dan mulai melaju, maka disusul dengan bus besar ini berjalan di belakangnya. Hmm mungkin sudah menjadi aturan kali yah.

Setelah bus ini melaju, saya mulai menikmati suasana kiri-kanan jalan yg lebar dan rapi sekali. Dan kelihatannya walaupun sudah musim gugur, tidak terlihat pohon-pohon yg kering dan meranggas. Semua pohon masih terlihat hijau. Karena di sini banyak ditanam pohon-pohon cemara dan juga berbagai jenis pohon palem yg tinggi-tinggi sekali. Jadi sekilas tidak terlihat bahwa kini sudah musim gugur di Aussie. Udara yg sangat dingin, mungkin menandakan sebentar lagi akan memasuki musim dingin di Perth-WA. Musim dingin di Perth memang mulai Juni-Agustus. Kebalikan dari negara-negara 4 musim yg lainnya. Kalau di Jepang musim gugur itu Sep-Nov, kalau di Aussie itu Mar-Mei. Saya pun sempat kaget mengetahui hal ini. Saya justru tahu, saat saya browsing-browsing di internet mengenai suhu udara saat bulan Mei itu berapa derajat di sana. Saya biasanya mencari tahu suhu udara di negara yg akan saya kunjungi, untuk memastikan saya tidak saltum/salah kostum.Berabe khan musim dingin tapi saya hanya bawa baju yg serbatipis dan tank top pula. Haiya bisa mati kedinginan dong hahaha. Ayak-ayak wae!

Setelah 15 menit melaju, akhirnya saya sampai juga di halte bus Perth Domestic Airport. Saya pun turun dari bus. Saya bener-bener sesak pipis karena udara yg sangat dingin. Akhirnya saya harus masuk dulu ke gedung domestic ini dan mencari toilet terdekat. Hmm rasanya lega banget setelah pipis. Setelah keluar dari toilet saya lihat 3 orang pria Malaysia itu sedang membeli kopi panas di sebuah coffee shop yg ada di gedung domestic ini. Saya tergoda pengen beli tapi lihat harganya yg 4 AUD, mahal amat, saya urungkan niat saya buat beli hahaha. Saya balik lagi ke halte bus. Saya coba mendekati salah satu supir shuttle bus yg sedang parkir di sana. Saya tanya bus mana yg akan akan menuju ke Perth Town?Dia bilang kalau yg di depan sana, dia menunjuk  sebuah bus kecil mirip kayak bus ¾ yg sudah saya lihat saat di Perth International Airport, itu bus akan ke Perth Town tapi harganya 15AUD katanya, tapi kalau yg dibelakang sana lihat halte yg ada warna green katanya itu sekitar 3.8 AUD. Kamu harus tunggu di halte bus yg green katanya. Saya tersenyum dan menganggukan kepala bilang terima kasih.

Lalu saya berjalan ke arah halte bus yg green. Di sana saya bertemu dengan seorang wanita Australia yg berkulit hitam. Saya coba tanya dia mengenai bus yg menuju Perth Town. Lalu dia tersenyum bilang ke saya bahwa dia pun akan menuju Perth Town. Jadi kalau bus datang, dia akan kasih tahu. Saya menjadi lega mendengarnya. Saya tanya apakah dia bekerja di sini, dia jawab ya. Dia bekerja di bandara. Saya mencoba bercakap-cakap dengan dia tentang cuaca yg begitu dingin saat ini. Dia terlihat begitu lelah sekali. Saya agak sungkan sebenarnya kalau bertanya banyak hal. Mungkin dia kerja malam dan pulang pagi jadi terlihat sangat lelah.  Setelah 30 menit menunggu, akhirnya bus kami datang juga. Kalau saya tidak salah, mungkin bus No.37. Saat saya naik ke bus, saya menyodorkan uang 50AUD ke supirnya karena memang uang terkecil yg saya punya hanya 50AUD, dengan wajah kurang senang sang supir bilang tidak punya uang kembalian untuk uang sebesar itu. Dengan sedikit panik saya bilang saya akan mencoba tukar uang tersebut ke coffee shop. Boleh menunggu tidak, saya tanya begitu. Dengan tetap wajah jutek, dia bilang tidak bisa janji. Kalau nanti sudah waktunya jalan, saya belum juga ada, dia akan segera berangkat.  Lalu wanita Australia yg tadi saya ajak ngobrol bilang begini, kalau nanti ini sudah jalan, masih ada bus berikutnya kog yg sama akan datang. Jadi tunggu saja katanya. Akhirnya saya pasrah saja mendengarnya. Saya segera buru-buru menuju gedung domestic untuk membeli secangkir kopi panas seharga 4 AUD. Kini saya mendapat uang kembalian  dengan uang receh. Saya segera berjalan dengan langkah cepat ke bus No.37 tadi. Akhirnya saya bisa naik bus tepat waktu, dengan menyodorkan  5AUD ke supir, kemudian supir memberikan uang kembaliannya. Saya lega banget bisa tepat waktu.  Ahhh nga kebayang kalau bus ini sudah jalan, saya harus menunggu lagi sendirian.

Sepanjang jalan menuju Perth Town, saya melihat para penumpang naik dan turun dengan tertib di halte yg sudah ditentukan. Seorang ibu dengan dandanan yg sangat modis naik ke bus sembari mendorong kereta bayinya  ke dalam bus, di dalam bus ternyata tersedia kursi khusus buat wanita yg membawa bayinya dan kereta dorong bayinya ke dalam bus, ada satu kavling yg tersedia di dalam bus untuk ibu dan anak ini dengan judul Priority Seating, sehingga ibu dan anak bisa duduk  dengan nyaman di dalam bus. Supir juga menunggu dengan tenang sampai para  penumpang duduk tenang dan rapi baru bus berjalan dengan kecepatan yg normal. Luar biasa bagusnya pelayanan transportasi di sini. Saya pikir sangat nyaman untuk semua penumpang dari berbagai kalangan, baik yg tua maupun yg punya anak masih bayi bahkan bagi orang cacat pun mendapatkan pelayanan yg sangat baik saat menaiki bus. Bus secara otomatis akan mengeluarkan semacam alat bantu flat steel untuk membantu orang yg cacat atau butuh bantuan untuk naik ke dalam bus. Sangat nyaman. Saya hanya bisa terkagum-kagum menikmati pelayanan yg sangat bagus ini.

Selama menuju Perth Town, saya  bukan hanya menikmati pelayanan Transperth yg serbanyaman, saya pun dibuat terkagum-kagum menyaksikan keindahan dan kebersihan kota ini. Semuanya begitu rapi,bersih dan indah. Tidak ada kemacetan sama sekali.  Dan penduduknya begitu ramah dan penuh senyuman. Munkinkah suasana yg begitu rapi, bersih dan indah ini mempengaruhi suasana hati para penduduknya? Entahlah! Tiba-tiba saya begitu jatuh cinta dengan kota ini. Wajah saya dipenuhi senyum sumringah. Saya menikmati semua suasana keindahan ini dengan hati yg berbunga-bunga. Saya mendadak merasa melo dan sangat beruntung karena diberikan kesempatan oleh Sang Empunya untuk menikmati keindahan kota ini, meskipun dengan berbagai drama yg terjadi sebelum saya menginjakkan kaki saya di kota ini. Sungguh saya patut bersyukur kepadaNya.

Saya melamun membayangkan kota tempat saya tinggal yg carut-marut,kotor dan penuh debu. Suara motor yg meraung-raung menimbulkan polusi suara yg luar biasa, dan asap kelabu kenderaan memenuhi seluruh udara dan menyebabkan langitnya terlihat suram dan kelabu. Para penduduknya juga terkesan sangar dan tak sabaran. Sepertinya mereka terlihat terburu-buru. Betapa semuanya berbanding terbalik dengan kota Perth ini.

Setelah 45 menit berlalu, saya pun tersadar dari lamunan saya. Bus No.37 ini sudah memasuki kota Perth. Saya melihat bangunan-bangunan dengan desain tua tapi sangat indah  dan tertata rapi sekali. Bangunan di sini tidak terlalu menjulang tinggi seperti di kota saya. Saya memperhatikan berbagai halte bus yg terawat sangat  rapi sekali. Bahkan di setiap halte diberikan petunjuk yg sangat jelas dan juga ada mesin yg menunjukkan bus berikutnya akan tiba berapa menit lagi. Jadi para penumpang terlihat tenang dan tidak perlu gelisah, karena semuanya sudah serbajelas. Hmmm saya cuma bisa bergumam berulang-ulang mengucapkan betapa rapi dan bagus bangetnya kota ini. Salahkah saya bila merasa iri melihat semua ini?
Bus No.37 sudah memasuki  area St. Georges dan William Street. Lalu berhenti di sebuah halte dekat perempatan jalan St.Georges dan William Street. Saya lihat para penumpang  turun semuanya di halte ini. Lalu saya bertanya ke supirnya,  kalau saya mau melanjutkan perjalanan saya ke Town of Cottesloe, saya harus turun di mana? Lalu supir bilang saya harus turun di sini. Katanya saya harus pergi ke Wellington Street Bus Station. Menyeberang dari jalan ini, lalu lurus menuju Wellington Street Bus Station. Walaupun belum paham sepenuhnya, saya tetap menganggukan kepala saya, sambil mengucapkan terima kasih banyak. Saya segera turun dan mulai melakukan scanning dengan mata saya, melihat keadaan sekelilingnya. Ada perasaan hangat di hati saya, dan masih setengah tak yakin bahwa saya sudah menginjakkan kaki saya di kota Perth yg rapi dan bersih ini. Tiba-tiba saya sangat menyukai udaranya yg sejuk banget, karena kini matahari sudah nongol menyinari kota Perth. Langit terlihat biru jernih ditingkahi udara sejuk. Sepanjang jalan saya melihat para bule-bule yg tinggi-tinggi ini berjalan kaki dengan gaya santai sambil menenteng se-cup kopi ditangannya. Yah yah saya sudah paham, memang nikmat minum kopi saat udara sejuk begini.
Sambil jalan, mata saya sibuk mengamati suasana jalanan, sambil sesekali membidikan kamera saku saya mengambil photo-photo gedung yg ada di sana. Setiap ketemu perempatan jalan dan lampu merah, saya pasti mencari orang lain lagi untuk bertanya dimana letak Wellington Street Bus Station. Sudah 3X ketemu lampu merah kog belum ketemu juga yah. Saya tanya lagi, katanya lurus dan belok kiri. Tapi sudah berjalan lurus dan belok kiri kog malah tidak terlihat tanda-tanda bus station ya…Saya malah ketemu pusat perbelanjaan MYER. Ini dimana ya bus stationnya? Saya tanya seorang pria bule yg sedang sibuk mengukur jalan, dia hanya bilang salah bukan di sini. Tapi nga kasih ide juga ada dimana hahaha. Dasar bule sableng, lagian dia lagi sibuk, ujug-ujug gue datang ngangguin dia hahaha. Sorry ya neng, gue nga minat untuk ramah tamah saat ini hahaha. Tapi gue nga kesel sih hahaha, gue tahu dia sibuk banget. Saya malah  memilih memotret gedung-gedung di sana, sambil clingak-clinguk cari orang yg bisa menolong saya hahaha. Akhirnya saya bertanya ke seorang wanita yg berwajah China sipit lagi duduk di lantai gedung MYER sedang membaca buku. Dimana letak Wellington Street Bus Station? Dia tersenyum sembari menjelaskan kalau dia turis juga dari Taiwan katanya. Tapi dengan senang hati dia menjelaskan kalau melihat peta yg dia pegang katanya saya harus mundur lagi dekat perempatan jalan tadi, dan tak jauh dari lokasi Train Station katanya. Saya tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Yah balik lagi deh ke belakang hahaha

Akhirnya saya jalan lagi deh ke arah Train Station yg ditunjukkan dua turis Taiwan tadi. Tak lama saya sampai di area Train Station, tapi tetap nga kelihatan tuch bus stationnya hahaha. Saya tanya lagi seorang petugas pria yg sudah cukup tua juga, dimana letak bus station? Alamak yg ini ramah dan baik banget, dengan penuh perhatian dia menjelaskan ke saya, dan malah dia bantu saya menyeberangi jalan yg seharusnya tidak boleh diseberangi di situ, dia bilang tenang-tenang, saya bersama kamu. Dan dia berjalan bersama saya, dan menuntun tangan saya menuju ke arah bus station tersebut. Tidak jauh dari bus station itu, dia bilang begini, kamu lihat gedung itu, itu adalah Wellington Street Bus Station. Naik lift dan belok kiri kamu akan melihat Transperth Information Centre. Silakan bertanya apa saja di sana. Saya pun tersenyum sumringah melihat kebaikannya hahaha. Terima kasih bapak petugas yg baik banget hahaha…

Setelah jalan sana putar sini, akhirnya saya memang menemukan Wellington Street Bus Station. Kini rasanya saya udah sesak pipis banget. Saya tanya seorang pemilik kios di sana, di mana toilet? Dia bilang lurus dan belok kiri, ada pas di pojok gedung ini katanya. Oh lala lampu di toiletnya kog warnanya ungu yah? Rasanya wajah jadi rada keungu-unguan kalau sedang bercermin. Lagian saya bukan penggemar Ungu lo..apa hubungannya yah? Aneh. Tapi berhubung sesak pipis banget jadi nga minat berdandan lagi. Saya hanya ingin menuntaskan pipis saya hahaha. Lega rasanya habis pipis. Udara yg sangat sejuk bikin saya sering pipis nih. Ampun dah.

Kini saya sudah  berada di Transperth Information Centre. Saya melihat dua orang wanita yg bertugas di sana. Satu wanita wajahnya sangat India banget, saya pikir dia pasti orang India. Satu lagi wanita bule yg tinggi banget tapi anehnya rambutnya dibuat hitam legam dan panjang terurai. Saya sedang antri menunggu dua orang turis yg sedang bertanya soal timetable dan informasi tentang bus di Perth. Setelah dua turis itu selesai, saya pun bertanya tentang bus mana yg akan menuju Town of Cottesloe. Dan dimana saya harus naik, dan bisakah saya membeli smartrider di sini. Petugas wanita India ini menjelaskan semuanya secara jelas dan rinci sekali. Wah ini baru namanya Information Centre. Bahkan dia tanya ke saya, berapa lama akan tinggal di Perth. Dia mulai memberikan rincian yg baik, bagaimana menghemat biaya selama berada di Perth. Dia bilang sebenarnya tidak perlu saya beli smartrider kalau tinggal di Perth hanya kurang dari sebulan. Lebih baik beli tiket normal saja dan juga bisa memakai consession ticket, kalau memang mau. Dan dia memberikan saya plan A dan plan B. Tapi saya tetap pengen beli smartrider, karena saya tidak mau repot mengeluarkan uang kecil setiap kali mau bayar bus, tidak praktis. Dan  dia akhirnya menyerahkan semuanya ke saya. Saya pilih beli smartrider saja seharga 20AUD. Kemudian dia memberikan secarik kertas, tentang bagaimana menuju Cottesloe Beach dan juga brosur timetable bus khusus daerah Town of Cottesloe dan juga kota Perth. Saya diminta sama dia menuju stand no.7 dan naik bus No.102 yg akan menuju Town of Cottesloe. Akhirnya saya akan menuju hostel saya nie. Yihaaa sebentar lagi saya akan tiba di hostel saya Ocean Beach Backpackers hehehe. Senang banget.

Sebelum tiba di negeri ini, saya memiliki rasa gamang untuk menjalani traveling ini. Saya selalu gamang di hari pertama saat memasuki negara baru. Walaupun saya cukup sering traveling ke luar negeri sendirian, tapi tidak lantas menghilangkan rasa gamang ini. Mungkin semua orang pasti memiliki rasa ini ya, saat bertualang sendirian. Hari ini saya sedang berdiri di Wellington Street Bus Station di Stand No.7 sedang menunggu bus No.102 yg akan membawa saya ke Town of Cottesloe, tepatnya ke penginapan saya di OBB Ocean Beach Backpackers. Tak berapa lama bus No. 102 sudah datang. Saya antri naik ke dalam bus. Kini saatnya saya mencoba melakukan tag on untuk kartu smartrider saya hehehe. Ada rasa nyaman yg menyelusup di dada saya. Senang rasanya menggesekan kartu smartrider ini ke mesinnya hahaha. Rasanya praktis banget. Tak perlu saya repot merogoh-rogoh dompet saya, mencari uang receh. Sedap.

Bus melaju menuju Cottesloe. Saya mulai menikmati kembali suasana kota Perth dari dalam bus. Saya melewati taman-taman kota  yg ada air mancur dan pohon-pohon yg sedang menguning daunnya  dan juga melewati Swan River yg terkenal itu. Saya masih saja disuguhkan pemandangan kota yg sangat nyaman dan bersih. Ah betapa saya sangat menyukai perjalanan ini. Indah dan bersih, udara yg sangat enak hanya 22 derajat, langit Perth yg biru jernih. Ahhh semuanya melengkapi kenikmatan perjalanan ini. Saya melihat para penumpang yg bercengkrama  di dalam bus dengan sangat santai sekali. Tak ada tanda-tanda kalau mereka sedang resah atau khawatir. Saya memuja kota ini karena selama ini saya hidup di kota yg berbeda sekali dengan kota Perth ini. Kota saya setiap hari menyajikan menu yg sama macet,kotor, debu,panas dan penduduknya banyak yg ganas dan sanggar-sangar di jalan raya. Salahkah saya memuja kota ini? Norakkah saya karena terlalu menganggap kota ini indah dan layak huni? Entahlah.

Setelah berjalan lebih dari 25 menit, saya mulai membuka peta kota Cottesloe yg ada di tangan saya. Peta ini saya ambil saat ada di Perth Information Centre tadi dan juga buka buku tentang wisata Hello Perth yg saya ambil di rak buku wisata yg ada di Perth International Airport. Saya pikir sebentar lagi bus ini akan tiba di depan hostel saya. Jadi apa salahnya saya cek dulu alamatnya di peta ini. Ketika saya mulai membaca peta sepertinya pria bule yg di sebelah saya menyadari kalau saya adalah turis di sini. Dia memperhatikan saya dengan seksama sedang menelurusi urutan jalan menuju Marine Parade & Eric St Cottesloe Beach. Lalu pria bule ini bertanya dengan ramah ke saya, mau ke mana katanya? Saya lalu dengan sigap mengambil selembar kertas printout yg bertuliskan booking no. dan juga alamat lengkap Ocean Beach Backpackers. Dia lalu mengecek dengan teliti di peta yg saya pegang. Lalu dia bilang nga jauh lagi sih. Sudah dekat, paling 5 menit lagi. Ini kalau lihat di peta ini paling 3 kali belokan lagi. Tapi saya mau turun di blok depan ini. Nanti saya pesankan ke supirnya supaya kamu diturunkan di Marine Parade and Eric Street katanya. Saya tersenyum sambil bilang terima kasih. Sesuai petunjuk pria bule ini saya mulai mengamati peta ini sambil memperhatikan papan nama jalan. Mendekati area Cottesloe, rumah-rumah yg ada di sana besar-besar dan bagus banget. Semua jalan terlihat luas dan lebar sekali. Pedestrians roadnya juga sangat lebar. Sepanjang jalan ditumbuhi pohon cemara yg tinggi-tinggi banget. Saya melihat rumah-rumah di sana dicat  dengan warna putih bersih. Dan kebanyakan rumah yg ada di daerah  Cottesloe ini  terlihat menanam bunga mawar yg bunganya besar banget dan pohon mawarnya tumbuh tinggi dan rimbun sekali. Aneh ya. Saya biasanya lihat bunga mawar di tanam di negeri saya pendek dan di dalam pot bunga. Tapi di sini,  Perth, langsung ditanam di tanah. Batangnya besar dan pohonnya tinggi pula. Terlihat indah menghiasi taman-taman di depan rumah mereka.

Sudah berlalu 5 menit dan 3 kali belokan tapi masih belum melihat nama jalan Marine Parade, saya jadi sedikit khawatir. Lalu saya mendekati sang supir dan bilang saya mau turun di Marine Parade & Eric Street. Supir bilang sebentar lagi, kalau sudah sampai akan saya beritahu kamu. Dia melihat gurat resah di mata saya. Tapi sambil tersenyum dia bilang sudah dekat kog, nanti kamu bisa turun di depan sana katanya. Benar saja, tak lama kemudian saya melihat sebuah halte di depan saya. Di dekat halte itu terlihat hamparan laut Indian Ocean yg luas dan besar sekali. Indah sekali. Persis seperti yg digambarkan di website yg saya baca. Aura yg saya rasakan  tenang dan sunyi sekali.

Saya turun di Marine Parade & Eric Street. Entah kenapa nama jalan ini pun memberikan ingatan tersendiri di benak saya. Saat turun saya baru memahami kenapa nama jalan ini digabungkan jadi satu. Ternyata OBB tempat saya menginap ini berada dipersimpangan jalan Marine Parade yg menghadap ke Indian Ocean dan sebelah lagi persis di Eric Street.Sehingga papan nama jalannya pun memang ditulis bergandengan Marine Parade & Eric Street. Sekarang mata saya coba menyisir Eric Street ini. Saya melihat sebuah café yg ramai pengunjung sedang bersantai menikmati matahari yg bersinar sangat penuh. Langit biru jernih menyatu dengan pemandangan laut Indian Ocean yg luas dan sangat biru. Jalan raya yg sangat lebar tapi mobil atau bus jarang terlihat melintas di sana sehingga terkesan tenang dan sunyi. Hanya para pengunjung yg sedang minum bir atau kopi duduk-duduk di sana sambil bercengkrama mereka tertawa ria.Bener-bener tenang dan santai banget.

Mata saya pun mencoba mencari-cari di mana hostel saya. Tak lama mata saya terpaku melihat sebuah tulisan Ocean Beach Hotel. Saya coba cek booking room saya tapi di sana tertulis jelas Ocean Beach Backpackers bukan Ocean Beach Hotel. Saya coba berjalan lagi melewati café tadi, dan sekarang saya melihat sebuah gedung dengan tulisan Receptionist Ocean Beach Hotel. Dari pada bingung saya coba masuk dan bertanya ke sang petugas resepsionisnya, sambil menunjukkan kertas booking room saya. Dengan ramah dia menjelaskan bahwa saya harus menuju gedung di belakang hotel ini, nanti kamu lihat OBB. 

Saya pun pergi lewat belakang gedung OBH, lalu saya ketemu gedung kayak mini market, tak ketemu OBB. Lalu saya mengintip masuk mini market ini, tiba-tiba petugas muncul, lalu saya tersenyum dan bilang saya lagi cari OBB. Pria bule berbadan gempal ini, mempersilakan saya masuk lewat pintu utama saja. Katanya belok kiri dari mini market ini nanti kamu melihat pintu masuk OBB.  Saya pun berjalan belok kiri, betul saja ternyata saya baru sadar dan melihat dengan jelas  tulisan di pintu masuk Ocean Beach Backpackers. Ya ampun dari tadi saya melihat para pengunjung yg lagi leyeh-leyeh di teras OBB ini dan juga di café tadi itu adalah persis bersebelahan OBB. Karena tak paham saya jadi berputar mengitari gedung ini. Ohlala ternyata ini OBB. Cape deh. 

Meskipun merasa geli dengan kejadian ini, tapi saya senang karena akhirnya menemukan OBB ini dalam waktu yg relatif singkat hahaha. Biasanya ada hostel yg menyebalkan susah dicari hahaha. Tapi yg ini tempatnya sangat strategis sekali. Di jalan raya dan kalau mau ke Costtesloe Beach cuma jalan kaki satu menit saja. Udah persis di depan mata. Dari sini terlihat pantai dan laut yg biru sekali. Hmmm pantesan hostel ini cukup diminati ya.

Saya disambut oleh seorang resepsionis wanita muda dengan senyum ramah. Saya lalu menyodorkan  kertas booking room saya. Tapi karena masih jam 12 siang, dia bilang belum bisa check in. Jadi saya harus menitipkan tas ransel saya dulu di ruang penitipan. Hostel ini terlihat sangat sederhana tapi rapi. Setelah membayar uang deposit dan biaya menginap satu malam, saya pun keluar menuju Cottesloe Beach yg tak jauh dari hostel ini. Saya sudah tak sabar pengen duduk-duduk di pantai melihat birunya laut dan indahnya langit yg biru jernih. Saya ingin menghirup udara Town of Cottesloe yg bersih, dan ringan dihirup menyusup ke dalam dada saya.

Matahari yg bersinar penuh di pantai, tapi tak menimbulkan rasa gerah atau panas. Karena suhu udara musim gugur di Perth ini memang unik sekali, matahari bersinar sangat terang tapi udaranya sangat sejuk, hanya 20-22 derajat. Tak ada angin sama sekali. Semuanya indah sekali berpadu dengan suasana tenang dan nyaman. Saya pun gemes segera mengambil kamera saku saya, ingin mengabadikan semuanya. Berkali-kali saya bergumam bahwa saya jatuh cinta dengan tempat ini. Ahhh saya berpikir bahwa Tuhan sudah mengabulkan mimpi saya untuk menginjakkan kaki saya di Perth. Rasanya kalau kilas balik lagi, saat saya beli tiket AA itu dengan pikiran bahwa ini hanya usaha saya menghambur-hamburkan uang saya. karena saat itu,saya yakin banget kalau saya pasti sulit mendapatkan visa Aussie ini. Tapi kini fakta itu terbalik. Saya rasanya kayak berjudi dan hasilnya menang hahaha. Saya jatuh cinta dengan pantai ini, Cottesloe Beach. Saya jatuh cinta dengan Town of Cottesloe yg bersih dan tertata rapi sekali. Saya menikmati indahnya barisan pohon cemara yg tinggi-tinggi. Saya menikmati pedestrians road yg lebar banget dan di sisi pantai tersedia bangku besi yg dibuat untuk mengenang orang-orang yg mereka kasihi. Kamu bisa duduk di sana berjam-jam menikmati pantai dan langit yg indah di musim gugur sambil mengenang orang-orang yg telah tiada dan dulu mereka juga mencintai pantai Cottesloe yg indah ini. Saya melihat kenangan itu diukir melalui lantai batu yg berhias cap jari tangan mereka yg disusun rapi di pinggir pedestrians road di Cottesloe Beach. Cara yg sangat cerdas untuk mengenang orang-orang yg istimewa dalam hidup kita.  Cottesloe Beach, Je t'aime!




to be continued!
nuchan@ 15062012

4 comments:

  1. Dear Nuchan...trimakasih atas info Perthnya..terutama info mengenai bus ke kota Perth dari bandara..selama ini info yg ada hanya taksi, ternyata ada bus murah jg ya..

    Maya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama mba Maya..semoga berguna yah..GBU!

      Delete
  2. Bus dr international airport ke domestic airport bayarnya berapa ya ?

    Richie

    ReplyDelete
  3. salam kenal mbak, rencana juni 2014 ini saya sama anakku mau ke perth juga, trims infonya cukup detail tentang bus ke pusat kota perth. cuma yang saya mau tanya, dulu kamu naik pesawat apa ? lalu apa pas pulang lagi ke Indonesia pesawatnya malam atau pagi, sebab saya berencana ga mau bermalam di hostel lagi kwatir ketinggalan check in skitar jam 3 pagi. kira2 boleh ga ya, malam menjelang pagi nunggu di bandara international perth ?

    ReplyDelete